Dua

38 6 1
                                    


Jadikan hidup seperti episode-episode di sinetron.
Bisa merasakan kesedihan dan kebahagiaan dalam waktu yang sama.
Tanpa pernah kita duga.

***

Pagi yang cerah, semua anggota keluarga sudah siap duduk di meja makan menunggu makanan untuk disajikan. Canda tawa mengiringi meja makan tersebut sembari bercerita tentang kseharian masing masing dari mereka. Mulai dari si sulung yang menceritakan tentang dunia perkuliahannya sebagai seorang mahasiswa semester akhir yang disibukkan dengan penyusunan skripsi. Si bungsu yang menceritakan bagaimana suka dan duka kehidupannya di bangku Sekolah Mengengah Pertama. Sang kepala keluarga hanya mendengarkan keluh kesah putra dan putri nya tanpa menyela sedikitpun. Sedangkan, si anak kedua dari keluarga mereka baru terlihat batang hidungnya yang sedang menuruni tangga, bukannya langsung ke meja makan tapi malah menghampiri sang bunda kesayangan yang sedang sibuk membuatkan makanan.

"Coba tebak ini siapa Bun?," kata sang kepala keluarga -ayah Gerald sambil agak berteriak.Sedangkan, sang empu yang tiba tiba menghampiri bundanya langsung menutup kedua mata sang bunda oleh tangannya tanpa rasa bersalah. Ya begitulah Sakha Raden Pramestya. Putra kedua yang sangat menyebalkan dan terjahil dari sepasang suami istri, Gerald dan Della.

"Udah deh, Bunda tahu kok ini siapa," balas Bunda dengan tangan sang Bunda kematanya sambil berusaha melepas tangan yang menutupi matanya.

Sedangkan semua orang yang ada di meja makan hanya cekikikan melihat adegan tersebut. Sakha hanya diam tidak menjawab omongan Bundanya.

"Udah deh Sakha lepas tangannya, Bunda belum selesai masak nya ini nanti gosong gimana." perintah sang Bunda dengan nada sedikit kesal.

"Kenapa sih ketahuan terus, padahal kan yang tadi ngomong itu Papa bukan aku," sangga Sakha tidak terima. "Loh kenapa Papa yang disalahin. Papa kan cuman nurutin perintah kamu," balas Gerald sambil menahan tawa.

"Karena, lo tuh orang yang paling menyebalkan seluruh dunia. Orang yang ngga bisa diem, kerjaannya jahilin orang terus. Gimana orang ngga curiga sama lo?." ucap Gibran Arlando, si putra sulung.

"Apa salah dan dosaku sayang, cinta suciku kau bu- awww," tiba tiba suara nyanyian Sakha terganti oleh suara kesakitan karena sudah ada seseorang yang telah melemparinya secuil potongan apel. Siapa lagi kalau bukan adik bungsu mereka, Yosephanie Adriana.

"Berisik woy, tuh mulut kayaknya harus dilakban deh biar diem ngga banyak bacot," cerca Riana mengomel sambil menahan tawa.

"Dasar lo bocah, suka-suka gue dong. Hidup hidup gue kenapa lo yang repot sih beben, " balas Sakha tidak terima. Dan terjadilah perang adu mulut diantara mereka berdua.

"Ini meja untuk makan bukan untuk berdebat yang tidak jelas okey. Waktunya kita sarapan pagi yang cerah ini harus diawali dengan senyuman dan sarapan. Bukan dengan harapan." tiba tiba datang Bunda Della menengahi perdebatan kedua anak mereka sambil membawa makan yang siap untuk disantap.

"BUCIN." serempak suara mereka seperti paduan suara saat mendengar penuturan sang Bunda yang terdengar seperti ABG. Sedangkan, Bunda hanya tersenyum melihat orang orang tersayangnya yang menyakiti dengan kompak.
Selang beberapa menit, sarapan mereka ludes habis tanpa tersisa sedikitpun.

--------

Sakha menenteng kantong plastik yang berisi cemilan-cemilan, ya setelah sarapan tadi Sakha langsung bergegas pergi ke supermarket dengan berjalan kaki katanya supaya sehat. Saat dalam perjalanan pulang Sakha melewati sebuah taman dan duduk sebentar karena merasa lelah -lebay sekali Sakha ini. Tapi, tiba-tiba Sakha mendengar suara teriakan seorang perempuan meminta tolong. Bangkit lah Sakha dari posisi wenak nya sembari mencari darimana sumber suara teriakan tersebut. Dan ternyata di sebrang jalan taman ada kursi roda yang berjalan sendiri karena jalannya yang memang sedikit menurun. Jangan lupakan teriakan seorang perempuan yang meminta tolong dan suara itu berasal dari perempuan yang duduk dikursi roda tersebut.

The SacrificeWhere stories live. Discover now