Empat

8 3 0
                                    

Dalam hidup,
Kita akan menemukan seseorang
Tak perlu selalu ada
Bisa memahami kita
Menerima kita
Baik buruk kehidupan kita
Itu sudah cukup

***

Natali dan Melcy sekarang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah Melcy. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, ya maklum saja namanya juga cewek. Dikit dikit capek, dikit dikit lelah. Ketika Natali dan Melcy sampai dirumah Melcy, mereka hanya disambut oleh Bi Ijah asisten rumah tangga dirumah Melcy. Bi Ijah sudah bekerja dirumah itu kurang lebih tujuh belas tahun. Katanya, Bi Ijah ini sudah terlalu nyaman bekerja serta mengabdi kepada keluarga Pak Ezra, yang tidak lain adalah Papa Melcy. Tidak lama dari situ datanglah Bi Ijah sambil membawa 2 gelas jus jeruk permintaan Natali.

"Ini non minumnya, dijamin seger melepas dahaga. Pokokna mah mantap endol surendol ta kendol kendol." ucap Bi Ijah dengan logat Sundanya itu. Yang menurut Melcy sangat lucu sekali.

"Bahasa apaan sih Bi itu, lucu deh. Hehe," ujar Melcy tidak kuat menahan tawa dengan apa yang diucapkan Bi Ijah. Sementara Natali langsung menyerobot jus jeruk itu karena sudah tidak kuat ingin meminumnya saking hausnya.

"Aduh non, da Bibi mah sudah lucu dari lahir atuh," guyonan Bi Ijah sampai membuat Natali tersedak. Melcy yang melihatpun hanya tertawa.

"Haha. Makanya Nat, kalau minum itu pelan pelan deh. Kayak yang ngga minum setahun aja sih lo." ucap Melcy.

Bi Ijah menimpali ucapan Melcy "Pelan pelan atuh non, emangnya ucapan Bibi teh ada yang salah kitu?," tanya Bi Ijah kepada Natali.

"Omaigat. Ngga ada salahnya kok Bi ngga, saya itu cuman kaget aja. Bibi emang lucu kok tapi maaf masih lebih lucu saya lho Bi." ucap Natali dengan kepercaya dirian sekali. Memang kepedean Natali ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Sudah pd akut.

"Bibi bisa apa atuh kalau non Nata sudah ngomong begitu mah," pasrah Bi Ijah.

"Oh iya Bi. Mama sama Papa kemana Bi? Kok ngga kelihatan dari tadi." tanya Melcy karena merasa sangat sepi ketika masuk rumah.

"Tuan sama nyonya teh lagi pergi non, tadi teh bilangnya mau ketemu sama temen kantornya. Kalau ngga salah mah perginya teh ke Bogor." jawab Bi Ijah.

"Kalau si Azriel kemana?," ya Azriel itu satu satunya adik laki laki Melcy.

"Den Azriel mah masih tidur non dikamarnya,"

"Astaga. Gila kali ya jam segini tuh bocah masih tidur dikasur. Mau jadi apa dia nanti?," cerocos Natali mendengar ucapan Bi Ijah tadi.

"Udahlah, biarin aja Nat. Ya mungkin dia capek kali, tiap hari harus latihan karate," jelas Melcy, ya memang Azriel ini sudah ikut Club karate sejak dari duduk si bangku Sekolah Dasar dan sampai sekarang dia menginjak bangku SMP masih mengikuti club tersebut. Bahkan disekolahnya pun dia ikut ekstrakurikuler Karate dan sudah banyak piala yang diraih dari mengikuti perlombaan perlombaan.

"Yaudah atuh non, Bibi teh mau balik lagi ke dapur ya masih banyak kerjaan Bibi teh," pamit Bi Ijah untuk kembali menyelesaikan tugasnya di dapur.

"Iyah Bi silahkan, nuhun ya Bi," sedikit sedikit Melcy bisa Bahasa Sunda karena belajar dari Bi Ijah.

"Sami sami non, " balas Bi Ijah dan pergi meninggalkan ruang tamu. Sekarang tinggal menyisakan Natali dan Melcy berdua.

"Jadi, gimana kejadian itu bisa terjadi? " tanya Natali seakan akan mengintrogasi Melcy.

"Ya gitu. Intinya cowo tadi ngga salah Nat, bahkan dia yang tadi selamatin gue. Gue ngga bisa bayangin kalau seandainya dia tadi ngga dateng mungkin gue sekarang ngga disini" jelas Melcy dengan wajah sendu memikirkan kejadian yang tadi menimpanya. Sementara Natali yang melihat wajah sendu Melcy, dia hanya menatap iba kearah sahabatnya itu. Sudah banyak cobaan yang Tuhan berikan kepada sahabatnya itu. Natalia tahu sebenarnya Melcy ini perempuan yang sangat rapuh tapi dia juga perempuan yang kuat. Karena itulah Tuhan memberi cobaan yang bertubi-tubi kepada Melcy. Sebab Tuhan tahu, Melcy bisa melewatinya. Natali kenal Melcy bukan hanya satu atau dua hari.

The SacrificeWhere stories live. Discover now