Perempuan
Sebenarnya makhluk paling lemah
Mereka bisa terlihat kuat padahal hatinya rapuh
Mereka bisa tertawa padahal hatinya menangis
Mereka bisa tersenyum padahal hatinya sakit
Sejujurnya perempuan tak sekuat yang kalian kira
Sekuat-kuatnya perempuan, suatu saat nanti mereka ingin merasa terlindungi***
Senin pagi. Dimana semua manusia memulai kembali aktivitas mereka. Semua orang akan dihadapkan dengan aktivitas yang melelahkan, setelah merasakan 2 hari weekend. Jalanan akan menjadi macet karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang untuk berangkat bekerja. Apalagi untuk anak sekolah. Hari Senin adalah hari dimana semua anak sekolah melaksanakan upacara bendera. Bagi anak sekolah hari Senin adalah hari yang sangat sangat menyebalkan. Gerbang sekolah SMA NEGERI 2 Bandung akan segera ditutup. Pasalnya sebentar lagi bel akan berbunyi menandakan bahwa upacara bendera akan segera dimulai.
Natali yang sudah siap langsung masuk kedalam barisan paling belakang. Biasanya dia akan baris paling depan akan tetapi dia bangun kesiangan. Masih untung dia bisa baris untuk mengikuti upacara. Kalau tidak, dia akan dihukum bersama siswa siswi yang datang terlambat. Apalagi guru piket hari senin itu sangat menyebalkan sekali. Samar-samar Natali mendengar percakapan antara Hanif dan Reynal, yang tidak lain sahabatnya Sakha. Karena barisan Natali berdampingan dengan barisan cowo.
"Tuh bocah kemana sih, Nal?" bisik Hanif kepada Reynal, tapi bukan bisikan yang ada pasalnya obrolan mereka terdengar oleh beberapa siswa siswi terutama Natali.
"Mana gue tahu, kesiangan kali," balas Reynal.
"Ngga biasanya si Sakha telat," ucap Hanif
"Udah lah, kalaupun telat ya pasti dia dihukum."
Tiba-tiba Natali menimpali percakapan mereka,"Anak nyebelin kayak si Sakha ngga usah dipikirin. Mulai kelihatan kan nakalnya dia kayak gimana."
"Anjrit. Sejak kapan lo disini?" ucap Hanif dengan wajah terkejut.
"Biasa aja kali, kayak yang baru pertama kali lihat orang cantik aja," balas Natali.
"Najis," celetuk Reynal, memang Reynal ini type cowo yang cuek, omongan nya pedas bon cabe level 15 aja kalah pedas sama ucapan si Reynal. Tapi, Reynal ini sayang keluarga banget dan kalau udah akrab sama dia, yakin deh orangnya seru.
"Temen kalian kemana?" tanya Natali tiba-tiba.
"Temen yang mana?,"tanya balik Hanif.
"Itu si Sakha!" ucap ketus Natali sambil mendelikan mata.
"Biasa aja dong, kenapa lo? Kangen sama dia?" ucap Hanif.
"Najis banget kangen sama tuh orang." kata Natali.
"Ya tumben tumbenan lo nanyain dia, iya kan Nal?" tanya Hanif kepada Reynal sambil menyenggol bahu Reynal.
"Hmm" singkat padat dan jelas astaga.
Tanpa mereka sadari, suara bariton terdengar. Ya, ternyata itu Pak Anjas.
"Tolong itu yang barisan paling belakang dimohon untuk tidak berisik!" ucap tegas Pak Anjas yang ditujukan kepada Hanif, Reynal dan Natali.
Mereka bertiga pun langsung terdiam dan melaksanakan upacara bendera dengan khidmat.***
Bel istirahat berbunyi, saat Hanif dan Reynal baru saja berdiri dari bangku mereka tiba-tiba Sakha sudah datang dengan nafas tersengal sengal seperti habis lari jarak jauh sekali. Langsung saja Sakha menyimpan tas nya dan pergi kekamar mandi tanpa memperdulikan panggilan kedua sahabatnya.
YOU ARE READING
The Sacrifice
Teen FictionMELCY & SAKHA Hiduplah bagaikan matahari meski dia menyinari bumi hanya sendirian pada siang hari dilangit, tetapi dia sangat dibutuhkan oleh semua orang. Dan jadilah seperti bunga matahari yang memiliki simbol kesetiaan karena dia selalu setia meng...