06/10

576 96 2
                                    

Kau menggigil dan menyilangkan tangan di depan dada seraya memandang percik-percik air yang lari menembus batas halte. Sejenak kau melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganmu, disana waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

Helaan napas keluar dari celah bibirmu, tatapanmu lantas kembali terfokus pada tetesan air hujan yang jatuh membasahi bumi. Fikiranmu tiba-tiba melayang pada setengah jam yang lalu dimana kau masih bersama Ryu sebelum pria itu mendapat telepon dari managernya yang mengatakan bahwa ternyata Trigger memiliki jadwal dadakan untuk mengisi sebuah acara.

Meski tidak rela, kau segera menyuruhnya untuk bergegas. Tadinya Ryu bersikeras untuk mengantarmu pulang lebih dulu, namun kau menolaknya dengan alasan takut dia akan terlambat.

Pada akhirnya, kencan yang sudah kalian renacanakan pun gagal. Dan di sinilah kau sekarang, terjebak di sebuah halte seraya menunggu hujan mereda. Sendirian.

Tiupan angin yang dingin membuatmu mengeratkan pelukan pada tubuhmu sendiri. Rasanya kau akan membeku jika berdiri di sini lebih lama lagi. Entah apa yang terjadi pada bus yang biasa kau tumpangi hingga setelah sekian lama kau menunggu, bus itu belum juga datang.

Mungkin kau harus menerobos hujan? Lagipula, sudah sangat lama kau tidak hujan-hujanan. Terakhir kali kau melakukannya adalah ketika kau duduk di bangku SMP.

Perlahan tapi pasti, kakimu melangkah meninggalkan halte tempatmu berteduh. Senyum terbit di bibirmu begitu tetesan hujan jatuh membasahi kepalamu. Kau mendongak dengan mata tertutup, membiarkan tetesan air itu kini jatuh membasahi wajahmu.

Rasanya menyenangkan. Kekecewaan dan kekesalan yang tadi kau rasakan seolah menguap entah kemana.

Di tengah kegiatanmu menikmati hujan, tiba-tiba sebuah payung menghalangi akses air yang akan jatuh membasahi tubuhmu untuk kesekian kalinya.

"Apa yang sedang kau lakukan, [Name]?"

Matamu seketika terbuka begitu suara familiar itu menyapa indra pendengarmu.

"Ryu?" tanyamu bingung ketika kau melihat Ryu yang kini tengah menatapmu dengan cemas. "Kenapa kau ada di sini?"

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau hujan-hujanan seperti ini? Kalau kau sakit bagaimana?"

"Aku tidak akan sakit." cicitmu pelan. Namun nampaknya itu hanyalah bualan saja, karena beberapa detik kemudian kau malah bersin yang dimana hal itu membuat Ryu menghela napas sebelum pria itu membuka jaketnya dan menyampirkannya di bahumu.

"Ayo, kuantar kau pulang."

"Tapi pekerjaanmu bagaimana?"

"Kau lebih penting, [Name]. Lagipula, pekerjaanku dimulai setengah jam lagi."

Ryu segera merangkul bahumu dan kau langsung meringkuk di pelukannya ketika kalian mulai berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari halte.

Ah, kau berharap waktu berhenti berputar agar kau bisa merasakan kehangatan kekasihmu lebih lama lagi.

DRABBLE | Tsunashi Ryunosuke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang