07/10

591 95 3
                                    

Ryu kembali meletakkan handuk dingin itu di kepalamu. Mengompresmu yang kini tengah terbaring di atas ranjang. Pagi ini demammu mulai menurun dibandingkan tadi malam.

Kau yang kemarin dengan percaya dirinya mengatakan bahwa kau tidak akan sakit karena hujan-hujanan, kini malah terbaring lemah di atas tempat tidur.

"Cepat sembuh, [Name]." Gumam Ryu seraya mengusap pelan rambutmu.

Pria itu menghentikan usapan tangannya di kepalamu sebelum beranjak dari kursi yang tadi ia duduki di samping tempat tidur dan berjalan ke luar dari kamarmu.

Beberapa saat kemudian, Ryu kembali ke kamar dengan membawa bubur yang tadi dia buat. Pria itu lantas menghampirimu dan kembali duduk di tempatnya semula.

"[Name], bangunlah. Aku sudah membuat bubur untukmu." Ryu mengusap pelan lenganmu.

Kau yang merasa terusik pun akhirnya membuka mata. Ryu membantumu untuk duduk dengan menyandarkan kepalamu di heardboard ranjang.

"Makanlah, [Name]." bujuk Ryu seraya menyodorkan sendok yang berisi bubur kepadamu.

Kau memalingkan wajahmu ke arah lain. "Tidak mau. Aku tak suka bubur."

"Ayolah, [Name]. Kau harus makan bubur ini supaya kau bisa meminum obatmu." Ryu kembali membujukmu agar kau mau membuka mulutmu.

Kau kembali menggelengkan kepala. Bibirmu mengerucut seperti anak kecil yang merajuk meminta sesuatu kepada ibunya.

Sepertinya Ryu harus menyemangati dirinya sendiri agar sabar menghadapi kelakuanmu yang seperti anak kecil.

"[Name], ku mohon." bujuk Ryu untuk kesekian kalinya.

"Baiklah. Tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya?"

"Cium aku." ucapmu enteng tanpa menghiraukan wajah Ryu yang kini memerah bak tomat yang siap dipetik.

"A-apa? C-cium?"

"Kenapa? Kau tidak mau?" Kau merengut menatapnya. "Kau takut tertular ya?"

"T-tidak." //Padahal iya

"Lalu kenapa?" //Bukan mukhrim

"Baiklah kalau begitu." ujar Ryu pada akhirnya. Tampaknya dia harus menuruti kemauanmu, karena dia ingin kau segera sembuh. Tidak tega rasanya melihatmu terbaring lemah seperti itu.

Yah, walau sedang sakit pun kau masih meminta hal yang aneh-aneh. Sebenarnya Ryu tidak keberatan untuk menciummu, hanya saja dia terlalu malu untuk mengakuinya.

Kau tersenyum senang saat melihat kekasihmu menyetujui syarat yang tadi kau ajukan.

Cup

Bibir itu pun menempel sempurna dengan bibirmu. Ryu memberikan ciuman singkatnya di bibirmu dan mulai menyuapimu dengan wajah yang sedikit merona.

"S-sekarang makan." ucapnya tergagap.

"Dengan senang hati." Kau tersenyum dan segera menuruti perintahnya.

DRABBLE | Tsunashi Ryunosuke [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang