Aku tak menyangka jika hidupku berubah 180 derajat hanya karena hal sepele. Kehidupan tenang dan damai seketika berubah menjadi penuh teror dan kecemasan.
Namaku Illa Chrysantheme Vircilia, dua puluh tahun. Seorang mahasiswa S1 jurusan Bioteknologi di universitas swasta terbaik kedua di Indonesia. Jurusanku ini kerapkali disandingkan dengan jurusan kedokteran, padahal jurusanku berbeda signifikan.
Meskipun dianggap jurusan tidak laku, aku sangat bangga bisa menjadi mahasiswi di sana dengan jurusan yang sangat kusukai ini. Ya, aku sangat menyukai Biologi. Menurutku, Biologi adalah ilmu yang sangat unik. Ilmu yang penuh misteri karena sangat berkaitan dengan makhluk hidup. Bagaimana caranya manusia lahir, bagaimana mekanisme kerja tubuh manusia untuk bertahan hidup, dan bagaimana menebak waktu kematian... oh, semua itu adalah hal yang sangat fantastis untukku.
Kali ini, aku tidak mau membahas itu dengan detail. Aku ingin membahas bagaimana awal kehidupanku yang tenang seketika diliputi ketakutan yang sangat besar, tidak dapat dibayangkan olehku sebelumnya.
Tanggal 7 Desember ini, Kavin—sahabat yang sudah kuanggap seperti akak laki-laki—mengajakku ke sebuah mal untuk servis laptop. Laptop yang baru berusia dua tahun itu sudah seperti laptop yang mau uzur—maksudku laptop yang sudah termakan oleh umur. Laptopnya seringkali ngajak ribut, sampai-sampai pernah dia meminjam laptopku hingga sebulan lamanya demi mengerjakan tugas yang bejibun.
"Kavin," panggilku, "gua mau ke toilet, ya. Titip HP." Aku tak tanggung-tanggung menyerahkan HP ber-casing hijau muda ke tangannya dan lari terbirit-birit mencari toilet wanita. Setelah menunaikan panggilan alam, aku segera keluar dari toilet.
Oh, sial. Lagi-lagi kebiasaan burukku muncul.
Melihat adanya promosi buku dengan harga super murah, aku langsung lari dan mengobrak-abrik tumpukan buku. Untung saja aku tidak menitipkan dompetku ke Kavin— bisa-bisa aku melewatkan kesempatan emas ini. Setelah dua jam lamanya aku mengeksplorasi setiap sudut, aku membeli buku-buku dengan uang yang tersisa di dompetku.
Menyadari HP-ku dititipkan ke Kavin, sekelebat aku merasa menyesal. Mengutuki diri sendiri sebagai orang bodoh, seharusnya aku bawa saja HP berlayar 5,5 inci itu—biarpun susah dimasukkan ke dalam saku celana. Aku kembali ke tempat di mana aku menitipkan HP-ku padanya, tetapi dia tidak ada. Akhirnya aku berputar-putar mencarinya seperti orang yang lupa jalan pulang, sekitar dua jam kemudian aku berpapasan dengan Kavin di salah satu toko baju. Kavin yang terengah-engah mengelap keringat dengan tangannya. Wow, wajahnya makin ganteng saja. Akan tetapi, aku merasa ada yang tidak beres dengan mimik wajahnya yang menyiratkan kepanikan—seharusnya dia bernapas lega karena sudah bertemu denganku. "La," dia berusaha mengatur napasnya, "kamu ke mana aja?"
"Ah, maaf, Vin! Tadi gua—" Dia langsung melihat bungkusan bertuliskan nama toko buku langgananku. Pasti dia tahu aku keluyuran ke toko buku, seperti biasa. Anehnya, dia tidak berkomentar sedikit pun—kukira dia akan marah besar karena aku membuatnya keliling mal demi mencariku.
"La," dia memanggilku lagi, "lu baca WA, deh. Cepat." Aku yang mengernyitkan dahi akhirnya menuruti perkataannya.
Brak. HP-ku lepas dari genggamanku setelah aku membaca isi pesan Whatsapp yang sangat banyak itu. Setiap detik, tulisan typing... menambah angka di sebelahnya. Semua isinya ancaman. Intinya, aku disalahkan karena aku berkerja menjadi guru les pada mata pelajaran Biologi. Tidak hanya itu, aku juga menjadi asisten laboratorium untuk angkatan di bawahku. "Me—memangnya kenapa kalo aku anak Biotek...?" tanyaku dengan suara gemetar.
"E—emangnya dosa kalo aku anak Biotek?" Kavin menggeleng.
"Gua nggak tahu," sahutnya sembari mengedikkan bahu, "ayo, kita pulang. Nanti nenek lu nyariin." Aku yang sudah pening itu mengangguk pelan.
YOU ARE READING
Kumpulan Cerita Pendek Romantis
RomanceSebuah seni yang menempatkan perasaan manusia sebagai unsur terpenting adalah cinta atau bisa dikatakan hubungan romantis antar dua individu. Perlakuan spesial di antara dua individu ini tentu bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan angka karena s...