Prolog

14.7K 655 8
                                    

"Kakak beneran nggak mau ikut?" Seorang wanita yang sudah menginjak kepala tiga itu kembali meyakinkan putra sulungnya yang masih tidak ingin berubah pikiran.

"Iya, Bunda. Ini kan harinya Atha." Bocah lelaki itu menjawab tanpa ragu, sembari menyimpul tali sepatu adik kecilnya.

Hari ini adalah hari ulang tahun adiknya yang ketujuh. Ia menyarankan pada orang tuanya agar mengajak Atha jalan-jalan sepuasnya, mengingat adiknya itu tidak pernah mau diajak keluar rumah selama ini, karena selalu berkutat dengan komiknya.

"Aca juga mau di rumah aja nemenin kakak." Bocah yang lebih muda itu merengek, menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Simpul yang sudah dirapikan oleh kakaknya pun kembali lepas karena polahnya.

"Heh!" Sang kakak menepuk pelan puncak kepala adiknya. Ia kembali berjongkok dan menyimpul tali sepatu adiknya dengan sabar. "Hari ini harus mau! Kamu kan nggak pernah ikut Ayah sama Bunda jalan-jalan."

Atha menggeleng. "Aca di rumah aja sama kakak, jagain nenek."

Sang kakak mencubit kedua pipi Atha dengan gemas. "Ja-ngan ba-wel!"

Ardi dan Lina hanya terkekeh melihat tingkah kedua putra kecil mereka yang hanya terpaut satu tahun. Si sulung baru saja merayakan ulang tahunnya yang kedelapan bulan lalu, kini ia membiarkan waktu 24 jam orang tuanya khusus dihabiskan untuk Atha.

"Hari ini Ayah bakal beliin komik kesukaan Aca." Pria yang berstatus sebagai kepala keluarga itu mengelus surai putra bungsunya dengan lembut.

"Bener, Yah?" Kedua manik Atha mengerling menatap sang Ayah yang berjongkok di sebelah kirinya.

"Iya, nanti kita juga beli es krim sepuasnya," sahut sang bunda, ikut merendah menjajarkan tinggi putranya di sebelah kanan.

Atha kecil pun tertawa. Ia menggamit jemari ayah dan bundanya, kemudian mengayun-ayunkannya dengan gembira. Sang kakak yang gemas tidak bisa menahan untuk menciumi pipi Atha, sehingga membuatnya kegelian. Ia juga mencium pipi kedua orang tuanya sambil membisikkan daftar oleh-oleh yang harus dibawa pulang nanti.

Kemudian, mereka bertiga pamit berangkat setelah berpesan agar si sulung tidak nakal di rumah. Setelah pintu tertutup, Atha kembali masuk dan menghampiri kakaknya lalu memeluknya.

Sang kakak yang tertegun atas perubahan sikap adiknya, hanya bisa membalas pelukan itu dengan lebih erat. Firasatnya seakan mengatakan, kalau ia melonggarkan rengkuhannya barang sebentar, maka adiknya akan pergi jauh dan tidak akan bisa ia gapai kembali.

Dan entah takdir apa yang Tuhan mainkan untuknya, firasat itu benar-benar terjadi. Beberapa jam setelah kepergian kedua orang tua dan adiknya, berita kecelakaan sampai pada indra pendengarannya. Berita itu menyatakan bahwa ketiga anggota keluarganya tidak ada yang selamat.

Sang kakak merasa sangat naif. Ia terlalu menyepelekan firasatnya tadi pagi. Raga kecil adiknya sudah tidak dapat ia peluk lagi, kecupan orang tuanya juga tidak akan dapat ia rasakan kembali, untuk selamanya. Dan untuk pertama kalinya, sang kakak merasa sangat menyesal atas keputusannya.

☂☂☂

Ini first time aku bikin cerita dengan genre kesukaanku. Silahkan komen saran kritiknya 😳

 Silahkan komen saran kritiknya 😳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sidoarjo, 21 Juni 2020.

Atharrazka [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang