1

232 9 0
                                    

Segerombol anak laki-laki diperkirakan 4 orang yang ganteng bahkan menjerumus ke tampan memasuki area kantin.

"Lo mau pesen apa, Ken? Mumpung gua lagi baik nih sama lo."tawarnya.

"Samain aja, Gar."balas Kenan seadanya.

"Ok."Tegar langsung berjalan untuk memesan makanannya dan makanan temannya. Oh tidak bukan, bukan teman tapi sahabatnya yang kelewat datar itu.

"WOY TEGAR LO GA NAWARIN GUA SAMA TEDI?"teriak Fandy saat tau Tegar tidak menawar makanan kepadanya dan Tedi.

"Berisik."sarkas Kenan.

"Yaelah lagian tuh manusia berkelakuan alien kenapa cuma nawarin ke lo doang? Kan ada gua sama Tedi juga."balas Fandy tak mau kalah dengan Kenan.

"Ga usah kayak cewe lo pesen sendiri!"Kenan mengarahkan tatapan tajam kepada Fandy.

"Lo tuh suka ga sadar ya, tadi apa lo di pesenin si Tegar kan? Berarti lo yang anak kecil. Ganteng-ganteng ko bego."balas Fandy menatap Kenan juga. Ia bahkan tak takut apabila sampai berkelahi dengan sahabatnya yang tak sadar diri itu.

"Dia nawarin ke..."

"Udahlah, Fan. Pesen aja udah ayo sama gua kalau lo berantem bisa dimakan sama fansnya Kenan, emangnya lo mau?"Tedi memotong ucapan Kenan dan memberhentikan pertengkaran 2 sahabatnya itu.

"Ck. Udah ayo."Fandy menarik tangan Tedi dan memesan makanannya.

Tak berselang lama Fandy dan Tedi memesan makanan, Tegar datang dengan membawa 2 piring berisi nasi goreng dan 2 jus alpukat.

"Lah mana si Fandy sama Tedi?"tanya Tegar penasaran. Pasalnya tadi pas dia ingin memesan makanan untuk dirinya dan Kenan 2 sahabatnya itu masih berada di meja.

"Lo ga denger tadi Fandy neriakin lo?"tanya Kenan langsung mengambil alih piring dan jus miliknya dari nampan.

"Eh emang Fandy neriakin gua ya?"Tegar bingung dong perasaan tadi dia ga denger Fandy berteriak.

"Budek."Kenan menatap sahabatnya yang satu itu. Benar kata Fandy kalau Tegar itu benar-benar seperti alien budek.

"Oh iya tadi gua pake earphone nyokap telfon gua sengaja gua fullin biar denger kan di kantin lagi rame takut ga kedengeran ."Tegar hanya senyam-senyum melihat tatapan yang diberikan Kenan.

"Nasi goreng?"tanya Tedi yang baru datang bersama Fandy.

"Yaps. Eh, btw muka lo kenapa, Fan? Kusut gitu, mau gua setrika ga?"ejek Tegar. Ya karena Tegar tau pasti Fandy sedang marah dengannya karna menghiraukan terikannya tadi. Tapi, jujur nih ya tadi tuh ga bermaksud pake earphone kalau bukan mamanya telfon ga akan ia melakukan itu dan mengabaikan sahabatnya yang mudah baper.

"..."yang di tanya hanya diam tak menghiraukan ucapan Tegar. Ia bahkan lebih memilih memakan makanannya yang tadi ia beli bersama Tedi.

"Ok, ok gua salah gua minta maaf. Tadi nyokap gua telfon jadi gua pake earphone dan ngabaiin teriakan lo."sudah cukup Tegar tak tahan kalau sahabatnya mendiamkannya.

"Hmm."Fandy hanya bergumam, sama sekali tidak tertarik dengan ucapan Tegar.

"Ayolah, Fan maafin gua,"Tegar mendekatkan tubuhnya ke Fandy. "Gua janji dah ga bakalan kayak gini lagi, suer dah."lanjutnya sambil mengangkat 2 jarinya membentuk peace.

"Jijik, Gar. Jauh-jauh dari gua hus sana."Fandy mendorong tubuh Tegar agar menjauh darinya.

"Ga akan sebelum lo maafin gua."balas Tegar mengeluarkan puppy eyesnya.

"Amit amit dah gua mimpi apa sih punya sahabat bentukannya kaga ada yang bener. Iya gua maafin puas lo."Fandy menghela nafas panjang dan mungusak rambutnya.

"Yey."

"Drama picisan lagi."setelah sekian lama membiarkan 2 sahabatnya itu Kenan angkat bicara.

"Ken."tegur Tedi.

"Iya iya. Gitu dong baikan ga usah marah-marahan lagi."Kenan tersenyum tipis kepada 3 sahabatnya itu. Dan berakhir pada teriakkan histeris para perempuan di kantin.

Ya memang Kenan ini hanya menampilkan senyumnya kepada keluarga, sahabat dan pokoknya orang yang paling dia sayang deh. Sesekali sih pernah tersenyum tapi garis bawahi lagi hanya kepada keluarga, sahabat, dan orang yang dia sayang.

Kring...

Kring...

Kring...

"Ayo ke kelas udah bel masuk."ajak Tedi.

"Yak, makanan gua belum abis. Ah lo sih Gar."balas Fandy.

"Lah kok gua. Ok ok pulang sekolah gua traktir lo makan siang sekalian lo berdua Ted, Ken."ok kali ini Tegar ngalah dengan Fandy.

"Yey/ok."balas ke3 sahabatnya.

Mereka berempat pun menuju kelas mereka. Sambil bercerita, mengejek, bercanda atau apapun yang mereka lakukan.

Brukk...

"Aw."perempuan itu menabrak dan menumpahkan minuman kepada laki-laki yang berada di depannya.

"Lo ga punya mata?"tanya lelaki itu.

"Hmm, ma-maaf Kak. Saya ga sengaja, beneran deh."balas perempuan itu takut dan menundukkan kepalanya. Karna ia tahu sedang berhadapan dengan pangeran es di sekolah ini. Iya Alexa Kenan Azka.

"Maaf? Lo fikir dengan lo minta maaf bakalan ngebalikin baju gua yang ketumpahan minuman lo?"tanya Kenan tajam.

"Te-terus a-aku ha-rus gimana? Ah bodoh kenapa aku harus gugup seperti ini"lanjutnya dalam hati.

"Hmm..."Kenan menggantung ucapannya dan mendekat ke arah perempuan itu. "Nama?"tanyanya dengan lembut tapi menakutkan bagi perempuan yang sedang berdiri dihadapannya.

"Putri Maudita Alya. Biasa di panggil Alya."jawab Alya memperdalam kepalanya melihat ujung sepatunya di saat seperti ini lebih indah.

"Tatap lawan bicaramu saat berbicara."balas Kenan sambil mengangkat dagu Alya dan menatap di kedua mata yang sangat indah. "Cantik."gumamnya.

"Ma-maaf."balas Alya pelan namun masih terdengar dengan Kenan.

"Ok kau ingin aku memaafkanmu bukan?"tanya Kenan yang langsung di anggukkan kepala oleh Alya dan itu membuat Kenan gemas sendiri.

"Lo jangan macem-macem, Ken. Dia juga banyak fansnya kayak lo."Fandy tiba-tiba berbisik kepada Kenan dan hanya di balas dengan angkatan kedua bahunya yang artinya "gua ga peduli"

"Ikut gua."Kenan menarik Alya ke tengah lapangan. "Gua tau gua ga sempurna, eh tunggu tunggu gua sempurna lah gua banyak yang suka. Dan sebagai permintaan maaf lo gua bakal terima kalau lo jadi pacar gua. Jadi lo mau kan?"

Alya masih blank. Sumpah demi apapun Alya tuh ga pengen kayak gini dia mending di hukum suruh nyuci bajunya Kenan. Pikiran Alya masih melayang dan sekali lagi tak menghiraukan tatapan gemas dari orang yang di depannya.

"Aku ga nerima penolakan ok."lanjut Kenan.

"Aish. Ck. Kalau gitu kenapa dia bertanya. Menyebalkan"gerutu Alya.

"Haha aku masih mendengar mu sayang."balas Kenan yang langsung menciup pipi Alya.

"Yak. Ka Kenan jangan sembarangan mencium ku."Alya memukul pundak Kenan. Yang di pukul hanya terkekeh.

"Dasar perempuan tidak tau malu masih saja merebut apa yang harusnya menjadi milikku."






Tbc

My Possessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang