Angin Pujaan Hujan
#Indie
Kerinduan mengalun indah di otak kusut gue. Memproyeksikan suatu perasaan yang sebenernya gak gue rasain sama sekali untuk sekarang . Eh, Gak juga sih ya.
now i realize that i'm missing all my leisure before i was busy with the college right now . Huh, How grateful i am!
Yahh.... Semua orang bisa bilang, gue harusnya bersyukur bukan mengeluh. Disaat banyak orang yang layak kuliah tapi gak bisa, gue yang bisa kuliah tapi kurang layak ini malah mengeluh lelah, jenuh dan sebagainya dengan kuliah gue.
Yah, orang-orang banyak yang ngomong kayak gitu. Kebanyakan lagi diantara mereka itu adalah orang-orang yang gak bisa kuliah itu.
Sisi ego gue berteriak bahwa mereka itu iri sama keberuntungan gue yang bisa kuliah ini. Sedangkan sisi naif gue berbisik , bahwa yang mereka bilang itu ada benarnya tapi bukan berarti gue dilarang mengeluh.
Walau gue keliatan cuek sama nilai dan malas malasan, gue ini pernah nangis karena nilai kok.
Gue percaya ada kalanya manusia itu musti nangis, ngeluh, ngomel-ngomel tentang hidupnya.
Tapi cukup hari itu, cukup malam itu aja menangis keras sambil memberi pertanyaan bodoh kepada udara disekitar. Cukup malam itu, dan besok lanjutkan hari dengan lebih baik dari kemarin.
Catet, cukup hari itu, cukup malam itu. Gak berlanjut sampai besok atau besoknya lagi.
Gue punya prinsip bahwa keluhan dan helaan nafas lelah lo itu gak akan membuat tugas dan beban lo selesai dengan ajaibnya. Yang bisa menyelesaikan semua itu, ya usaha lo.
Iya, rasanya males banget denger kata-kata motivasi itu dari mulutnya orang 'mageran' kayak gue.
Tapi kalo ada benernya, kenapa harus abai? Yang penting makna kalimatnya, bukan siapa yang berkata. Isn't me right?
Kerinduan memberikan kesempatan kepada Diskusi Senja untuk memanjakan telinga dan otak gue.
Yup, pas banget sama seberkas sinar emas silau yang dilatar belakangi oleh gradasi oranye dan keunguan diatasnya.
Memilih duduk di pojok Cafe kecil yang penuh aroma asap rokok, diapit tembok dibelakang punggung dan Jendela bening tanpa stiker disamping tubuh gue, serta laptop yang yang terbuka dengan lembaran digital kosong yang ditampilkan layar. Mungkin ini pilihan paling tepat dari banyaknya pilihan keliru yang gue buat hari ini.
Gue tersenyum kecil. Lo gak akan percaya gue masih bisa hidup dan tersenyum disini hanya karena lagu yang mengalun dari pengeras suara dan lukisan senja nyata dimata gue ini.
Karena sekarang semua indera gue dimanjakan disaat yang bersamaan.
Aroma kopi espresso menyengat bercampur aroma rokok mahal yang mungkin uangnya bisa lo pake makan nasi padang sampe kenyang.
Suhu dingin AC Caffe bertarung dengan hangatnya sinar baskara yang disampaikan jendela ke kulit gue. Membuat gue ingin tertawa atas seberapa sengitnya mereka.
Wicara yang masih menyimpan rasa kafein dari americano juga rasa manisnya gula donat membuat gue merasa gemas atas keserasiannya.
Lensa kepunyaan gue ini bahkan udah jadi budak cintanya senja. Begitu mendamba sampe gak mau berpaling bahkan berkedip sejenak aja rasanya rugi bukan main. Hahaha, segitu bucinnya mata gue sama senja.
Sepasang telinga ini rasanya melambung tinggi dimanja habis-habisan sama
Fana Merah Jambu yang baru aja mampir ke telinga gue sekarang.Dan terakhir, batin ini rasanya bebas banget. Untuk sejenak, gue merasa bukan siapa-siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIE
Teen FictionAngin pujaan hujan Resah Kerinduan Hitam putih Aku tenang Shepia Sebuah kisah klasik Bahasa kalbu Risalah Hati Pelangi Bumi dan Bulan Lemon tree When the party's over Don't look Bac....Dan seterusnya. Bukan. Itu bukan puisi. Itu Daftar isi lagu, a...