Track#4 Bitterlove

42 3 0
                                    

Bitterlove

emang banyak hal pahit setiap harinya. tapi gak tau kenapa, sejak kenal lo, gue yakin banget sama lo. Cuma sama lo gue bisa lewatin mereka semua tanpa ragu. Apa lo yang Mahasiswa psikologi bisa jelasin gue kenapa?

#Tama

Merengut adalah hal pertama yang gue lakuin malam ini. berpikir keras kenapa gue harus sering-sering memikirkan Indie padahal itu tidak perlu.

Masih banyak materi anatomi fisiologi dan Patofisiologi yang perlu gue pelajarin dibanding memikirkan seorang gadis kayak Indie.

Gue sendiri heran dengan diri sendiri belakangan ini. Gue ingat banget terakhir gue mikirin seorang gadis itu pas masih duduk Dibangku akhir SMA, itupun akhir semester 5, sebelum gue menatap lurus kepada ujian nasional dan ujian universitas, tanpa melirik hal lain sedikit pun.

Sekarang sudah masuk semester 6, masih ada Clinical Practice yang harus gue siapin disemester laknat ini.

Kedokteran adalah jurusan paling masuk akal buat gue . Tidak banyak memberi kemungkinan, tapi memberi jawaban, dan kepastian. Sangat cocok untuk orang rasional kayak gue.

Tapi sekarang gue bingung rasional yang selama ini gue bangun, hilang kemana. Seolah-olah tengah dicuri oleh Indie.

Gue berdecak. " INDIE lagi, anjir!" gue gak tau antara heran atau kesel pas gue ngomong gini.

" ngapa emang sama gue? Lo Nyumpahin gue ya?" ucapan dibelakang gue menbuat gue menoleh dengan pandangan Horor.

Indie dibelakang menatap malas diri dengan satu tangan menenteng ice espresso-nya.

memperhatikan minuman gelap itu sambil melirik tubuh mungil Indie adalah satu-satunya hal yang gue pilih dibanding mengatakan 'hai!' atau ' Indie?' dengan begonya.

Gue menggeleng kecil sambil melihat tampang malas gadis yang duduk dihadapkan gue sekarang.

Lihatlah, Indie hanya seorang gadis mungil dengan celana pendek diatas lutut yang kebesaran, serta kaos putih bertuliskan 'such a #$ck &:tch!' dan dibalut kemeja yang begitu kebesaran, bahkan panjangnya melewati celana pendek Indie. Ingat, itu membuat Indie terlihat jadi semakin kecil seperti marmut.

Untuk apa gue mikirin cewek yang ngejepit rambutnya asal dengan 'jedai' kayak mau ke warung, padahal ini Cafe.

" lo ngapain di Cafe malem-malem gini?"

" mikirin elo."

Indie menatap gue dengan aneh. Yahh cukup aneh sih kalo lo dapet omongan manis kayak barusan dari cowok yang baru beberapa kali ketemu sama lo.

Gue gak menyalahkan muka sangsinya yang justru keliatan lucu kok.

Dia berdiri dari duduknya dan membungkuk sedikit biar bisa ngeliat muka gue lebih deket.

Tunggu, dia bukan cewek barbar yang nekat dan suka main nyosor kan?

Saat wajahnya udah berjarak beberapa senti Dari muka gue, gue melihat tatapan jijiknya ke gue.

Dan detik berikutnya, tangan mungil tanpa kuku yang panjang itu mendorong kecil kepala gue dengan gak ada harga dirinya banget.

" dasar bego. Don't wasting your time, Dude. Time's Never waiting for you."

Gila cuy. Ini cewek kecil kecil barbar banget ya?

Indie duduk lagi dibangkunya dan melirik buku anatomi gue yang menggambarkan Kardiovaskuler.

" kedokteran? Lo anak kedokteran?"

" tahun ketiga. Emang kenapa? Emang dulu lo mau masuk kedokteran? " heran gue. Indie mengendikkan bahunya acuh.

INDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang