My Heart
#Damar
Pagi ini Surya tampil menawan dari balik kaca bis kota. Begitu menawan seolah hari ini dia mau berkencan dengan awan disiang nanti.
Ahahaha... Aksara melankolis yang ditularin Endie bikin gue geli sekaligus bangga diwaktu yang sama.
Gue mengambil ponsel dan mengabadikan ketampanan Surya pagi ini.
Yang pasti bakal gue kirim ke Endie biar dia chat-an sama gue. Daripada hapenya dipake cuma buat nyetel sama ganti lagu doang.
Kadang fungsi hapenya cuma buat memperdengarkan playlist keramatnya Endie.
Iya, Endie. Itu lho..., yang kemarin ngatain gue adalah jenis orang yang pamit karena ragu untuk kembali.
Nama panjangnya 'kan
Wiendie Ananta apa gitu gue lupa. Yah, kalo kata Endie, gak bakal keluar juga di ujian skripsi, buat apa tau? Hahahaha..Gue selalu panggil dia Endie sampe akhirnya dia kesel karena banyak orang ngira gue manggil cowok, bukan cewek, terutama seorang Indie.
Karena dia gak mau dipanggil gitu, tapi gue suka sama nama unik itu, akhirnya gue manggil dia Ndie, dan dia gak keberatan.
Padahal penyebutannya cuma beda dikit tapi huruf yang ada sama aja.
Gue nyaris tertawa keras membaca umpatan Endie atas gambar yang gue kirim.
Gak, kali ini dia gak mengumpat ke gue. Dia mengumpati dirinya sendiri yang baru bangun dipukul 7 kurang 15 menit ini.
Percaya atau engga, Ndie pasti udah nyampe kampus sebelum gue yang berangkat duluan ini, sambil bilang,
" gue gak mandi. Lu bawa makanan gak?"
Hahahaha... Wiendie Ananta dengan segala keunikannya.
Dia terlalu unik dengan sikap santai dan cueknya.
Saat semua menggunjing dia karena kemalesannya di kampus, dia memilih memasang muka datar dan tidur di bangku koridor gedung direk kampus tanpa rasa malu.
Gue kadang nemu dia di gazebo kampus yang ada banyak pohon, dan udah pasti banyak nyamuknya.
Gue gak satu fakultas sama dia. Tapi gedung fakultas kita tetanggaan. Jadi kadang sering ketemu sama anak-anak jurusan psikologi kayak Wiendie.
Tapi yang selalu bikin gue heran adalah, atensinya.
Gak tau kenapa dan sejak kapan, gue selalu bisa nangkep atensinya padahal gue gak nyari.
Dia seolah narik gue.
Dia kayak papan tulisan 'diskon 99%' dan gue bagai emak-emak yang gak bisa beralih dari barang diskonan. Hahahaha... Perumpamaan yang pasti bakal dihujat sama Wiendie.
Dan sebelum gue mengetik perumpamaan konyol itu, Telepon masuk ke ponsel gue.
Tertulis Hani,
Pacar gue.Gak, itu namanya beneran Hani. Bukan sebuah panggilan sayang yang alay itu, tapi namanya emang Hani.
" Hallo, disini Jasa Kirim-antar Rindu, Damar Express." sambut gue setelah gue angkat telepon itu.
Tawa kecil yang begitu manis membuat gue ikut tersenyum. Hani begitu manis secara keseluruhan. Kelakuan, mulutnya, bahkan wajahnya bukan manis lagi, tapi manis banget.
Kalau dibanding sama Endie sih, Endie lebih cantik. Tapi mereka berdua beda.
Hani dengan segala kemanisannya, dan Wiendie dengan segala keunikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
INDIE
JugendliteraturAngin pujaan hujan Resah Kerinduan Hitam putih Aku tenang Shepia Sebuah kisah klasik Bahasa kalbu Risalah Hati Pelangi Bumi dan Bulan Lemon tree When the party's over Don't look Bac....Dan seterusnya. Bukan. Itu bukan puisi. Itu Daftar isi lagu, a...