JUNGKOOK menatap layar ponselnya yang menghitam, dia telah ditinggalkan... Ditinggalkan untuk kali kesekian dan untuk kesekian pula ia hanya bisa bersikap segalanya akan masih tetap sama.
Namun, tak terpungkiri bahwa sebagian hatinya berdenyut nyeri saat ia harus mengingat kembali saat-saat dimana tangan yang seharusnya ada dalam genggamannya itu menautkan jemarinya pada tangan orang lain, bagaimana mata indah itu teralihkan darinya dan mengacuhkannya untuk yang lain, bagaimana dia hanya bisa bergeming menyaksikan orang yang dicintainya terjatuh demi orang lain.
Taehyung...
Nama itu seakan berdansa tanpa kenal lelah diotaknya, dalam remang Jungkook membawa kakinya menuju sebuah kamar. Memutar knopnya dengan perlahan dan terbatuk saat gumpalan debu menyerbu indra pernafasannya.
Ruangan minimalis berukuran lima kali empat meter itu terlihat kotor. Perabot berdebu dipojok ruangan yang tampak menyedihkan hanya teronggok ditempatnya. Kain-kain putih yang tampak terpenuhi debu juga bergeming layaknya Jungkook yang kini hanya menyapukan pandangannya seakan menerawang.
Tak ada yang dilakukan Jungkook selama beberapa detik, matanya hanya menatap apapun yang memasuki retina mata lalu menghela nafasnya berat. Ia menutup mata sejenak lalu kembali mendesah dan pergi.
Pintu kayu bercat biru langit itu kembali tertutup. Punggung kokoh milik Jungkook telah menjauh, memilih meninggalkan kamar yang entah bagaimana seakan menyimpan jutaan rahasia disana. Rahasia tentang ―entah siapa- sang pemilik kamar pintu berwana biru langit itu.
Dan takdir itu hanyalah bagaikan sebuah labirin, dimana seseorang akan dipermainkan didalam sana. Terperangkap, kebingungan, gelisah, takut, dan sendirian disana. Tak akan pernah ia menemukan jalan keluar tanpa terjatuh, dan tak akan pernah pula ia terjatuh tanpa adanya sebab. Memilih atau menyerah.... Dan akhir pasti akan ada, bagaimanapun jalannya.
Taehyung terbangun saat sinar matahari menusuk matanya, ia menggeliat dan lantas membuka matanya. Ini bukan kamarnya, ya.. Ia tahu pasti hal itu. Ini kamar tamu milik Kim Namjoon, suaminya. Tepatnya dua puluh dua jam lima belas menit lima puluh tiga detik yang lalu.
Taehyung menghela nafas, menyingkap selimut lalu berjalan menuju pintu bercat kelabu tepat didepan mukanya. "Kau sudah bangun?"
Namjoon yang berpakaian formal adalah hal pertama yang menyambutnya. "Kau mau sarapan? Aku akan segera memb―"
"Tidak perlu, aku akan membuatnya sendiri." potong Taehyung tanpa ekspresi. "Kau tampak tergesa."
Namjoon terdiam sebentar lalu terkekeh dan selanjutnya tersenyum pahit. "Hm, ya. Aku harus bekerja," ucap Namjoon kemudian lalu berjalan mengambil tas serta kunci mobil yang tergantung disamping Taehyung.
Dalam jarak yang tak sampai satu meter itu Taehyung bisa melihat dengan jelas raut kesedihan yang tersirat di wajah orang yang selalu dia hormati itu. Namjoon tersiksa, Taehyung tahu itu. Ia juga sama namun untuk kasus Namjoon, rasa sakit dan sesak itu akan selalu meluap saat Namjoon melihat wajah Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE [NamV | KookV] PDF✅️
FanfictionBiarkan cinta itu larut bersama keheningan. [NamV - KookV - Yaoi - Married] Complete in PDF Version