halaman ketiga,

145 25 0
                                    

"pulbar?" tanya hyunjin sembari memperhatikan guru biologi didepannya, bu seulgi.

"gatau, bola dulu lah," jawab ryujin.

"gaada bola-bolaan ya jing, kemaren kaki lo lecet semua gitu," omel hyunjin, ryujin cuman ngedengus doang.

"mang napasi gaboleh, shombong amat" ryujin ngedumel sendiri, hyunjin ngeledekin ryujin,

"ming nipisi gibilih, simbing imit," sambil mulut yang di menye-menyein.

"fak u," ryujin ngasihin jari tengahnya ke hyunjin. hyunjinnya cuman ketawa sampe matanya ga keliatan. dan berlanjut mereka ngerjai tugas dari bu seulgi.

selesai ngerjain tugas, bertepatan sama bel istirahat kedua. ryujin sama hyunjin langsung cus ke kantin, dan duduk dikursi paling pojok. ngapain tuh?

"lo yang pesen, gada penolakan," ucap hyunjin memaksa.

"anjing," umpat ryujin, "languange, baby." ryujin cuma muter bola matanya aja.

"pesen apaan?"

"seblak, jangan terlalu pedes ya," ryujin cuma nge-iyain, terus langsung ketempat seblak.

selesai beli seblak, ryujin balik ke mejanya sama hyunjin.

"jeno siapa?" tanya ryujin sambil nyuap sesendok seblak ke mulutnya.

"jeno? oh, itu cogan hits se-sma pb. lo kudet banget demi apaan?" (pb; pelita bakti)

"gantengan mas hendery jir,"

"gantengan gua kali," hyunjin kepedean.

"iya, terserah."

nggak lama, ada tiga orang, ralat. cowok maksudnya. dateng buat nyamperin mejanya ryujin, pas ryujin nengok ke atas, dia cuma kenal satu, jeno.

"anggani ryujin, mau pulang bareng jeno nggak?"

Tiga Nadi SeperasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang