Post satu part lagi deh >.< soalnya aku udah lama banget gak update. Jadi ini bonus ya. Next part up kalau ada 25 votes and 30 comments. Aku tunggu ya!!!!!!
Andrian
"Jadi kamu mau daftar di jurusan apa?" tanyaku pada si Jelita yang terus mengalihkan pandangannya.
"Aku..." Jelita terlihat masih ragu untuk menjawab.
"Kamu masih bercita-cita jadi dokter?" pertanyaan ini sengaja kuberikan.
"Masihhhh" tebakanku tepat, jawabannya sangat bersemangat.
"Mau daftar di kedokteran berarti?" lagi aku mengarahkannya untuk jujur.
"Tapi Mas... kuliah dokter itu mahal... lama lagi... kita..." jawabannya terputus-putus karena keraguannya.
"Gak masalah. Biaya aku yang tanggung. Waktu gak perlu dipikirin, asalkan kamu tetap jadi istriku yang nurut nantinya." Jawabku sambil mengambil formulir pendaftaran mahasiswa kedokteran di kampus ini.
Seluruh proses pendaftaran kuliah Jelita telah selesai. Aku sudah mengatakan padanya, setiap kali dia menuruti keinginanku sebagai gantinya aku akan menuruti keinginannya.
Aku tahu keinginan terbesarnya adalah kuliah dan menjadi dokter. Tugasku mewujudkan apa yang diinginkannya tersebut, walau dengan sedikit memaksa seperti ini.
*****
Sepanjang perjalanan aku mengantar Jelita ke rumahnya, tidak ada perbincangan yang terjadi di antara kami. Aku memang sudah mengejutkannya dengan apa yang kulakukan di malam sebelumnya.
Malam itu, aku berhasil memastikan bahwa Jelita pun memiliki ketertarikan yang sama padaku. Walau dia menikah denganku karena terpaksa, paling tidak reaksi tubuhnya padaku tidak dipaksakan.
Akhirnya kami sampai di gang rumah kontrakan ini. Aku mengikuti Jelita berjalan menuju rumahnya. Hari ini aku akan menemui ibunya dan akan meminta izin untuk menikahinya.
"Eh Jelita sudah pulang. Loh ini nak Andrian kan?" aku mendekatinya sambil mencium tangan ibu.
"Iya bu. Saya Andrian. Ibu gimana keadaannya? Sehat?" tanyaku.
"Ibu sehat nak. Oh iya ibu belum sempat bilang terima kasih sudah membantu ibu dan Jelita di kejadian waktu itu. Ibu takut sekali nak, Jelita bisa diambil sama mereka." Penjelasan ibu Jelita sudah mulai mendatangkan air mata di pelupuknya.
"Ibu gak usah terima kasih bu. Saya merasa bertanggung jawab untuk Jelita, karena itu juga sebenarnya saya datang hari ini." aku mencoba memulai penjelasan.
"Maksudnya apa ya nak?" ibu Jelita mulai terlihat bingung.
"Saya berencana menikahi Jelita bu. Secepatnya. Saya harap bisa di minggu depan."
Mata ibu Jelita membelalak terkejut. Jelita terlihat ketakutan untuk mengangkat wajahnya. Aku mendekati Jelita dan menggenggam tangannya sambil berkata "Saya ingin bertanggung jawab atas hidup Jelita mulai sekarang bu. Saya ingin menikahinya dan menjadi suaminya. Saya mencintainya."
Jelita mengangkat wajahnya mencari mataku. Aku tahu dia mencoba mencari kebohongan di mataku. Sayangnya si cantik ini tidak akan menemukannya, karena aku memang mencintainya.
Selanjutnya, ibu Jelita menginterogasiku dengan beberapa pertanyaan. Seluruh pertanyaan tersebut berhasil kujawab dengan mudah. Hingga akhirnya, ibu Jelita pun berkata "Ibu merestui kalian menikah. Ibu bahagia Jelita bisa kembali bahagia. Terima kasih nak Andrian."
*****
10 Hari Sebelum Pernikahan
Harapanku ingin menikah dengan Jelita dalam waktu satu minggu tidak berhasil dilakukan. Mama yang sangat gembira dengan keputusanku menikah ini ingin pesta pernikahan dipersiapkan dengan baik. Jadi Mama meminta paling tidak diberikan waktu dua minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Denganku: First Love Story
RomanceWarning 18+ Dia kembali, pria yang kucintai sejak dulu kini kembali. Tapi dia tak sama lagi. Aku takut dengannya, tapi aku mencintainya. (Jelita Young) Aku kembali, tapi tidak seperti ini yang kuharapkan. Keberadaannya mengusikku, tapi aku ingin mem...