8%

120 14 4
                                    

waktu tuh bergulir cepat, cuma kitanya aja yang melambat. bener-bener nggak kerasa tiba-tiba udah kelar un aja, padahal kaya baru banget masuk sekolah.

"apaan nih panjul, baru hari pertama selesai un lo udah sedih aja." kata jusuf yang lagi jalan di samping julian. galau banget tu anak keliatannya.

"gua ga bisa ketemu rara lagi." dia bilang gitu sambil manyun.

"yaiyalah tolol, lu pake acara ngejatohin diary dia, gua yang ketar-ketir nontonin."

"ya maaf, gue gatau kalo dia temennya hanan."

"lo gak tau aja dia kalo marah kaya beruang laut ngamuk, lo baru digertak sama dia aja gemeteran kan, ngaku lo jul?"

******

"JULIAAAAAAANN." pekik rara di atap itu.

"lo ngejatuhin diari itu, nyawa lo juga yang gua jatohin." lanjutnya.

tapi masa iya sih seorang angkasa julian ini gak berani sama rashina novalia yang katanya ditakutin ini.

rara berlari dari pintu masuk atap dan mencegat tangan julian.

"hey tunggu lah, santai aja."

"lo pikir gua murahan bisa tertipu sama mulut bajingan kaya lo itu." dia memelintir tangan julian, julian kaget dan diarinya jatuh, bukan ke halaman sekolah, tapi ke halaman atap.

"gue nahan-nahan biar nggak ngomong kasar sama lo tapi kayanya lo sendiri yang ga bisa dialusin." raea menendang kaki julian dan membuat julian berlutut.

sial nih cewek.

"liat apa yang lo lakuin. liat jing. atap berantakan karena lo, lo punya hati nggak sih?"

julian diam, serius. baru kali ini dia dibegoin cewek.

"kalo lo masih ga berubah, ga cuma tangan lo yang gua buat mati rasa."

rara melepas pelintiran itu lalu berlari memungut kertas diarinya sambil mencaci maki.

serius, rara nggak suka situasi hari ini, rara nggak suka julian, mau gimanapun.

*******

"vinka."

"ya, gar?"

"lo cantik banget malam ini."

ini entah kencan ke berapa mereka, tapi tetep aja sagara kukuh sama pendapatnya.

"gar."

"ya?"

"lo percaya ngga sih kita ngga bakal bersatu?"

hari ini, kencannya bukan di restoran mewah, bukan di prasmanan pinggir jalan, tapi rumah vinka, tepatnya di balkon rumahnya.

tadi udah siap banget mau kencan, tapi gerimis dan sagara tuh bawa motor, nggak mungkin aja rasanya mau kencan tapi gerimisan.

jadi ya sambil menunggu gerimis sore yang awet ini, ditemani biskuit sama teh, mereka bincang bincang aja. soal sekolah, temen, ekskul, kesibukan masing-masing.

"gua percaya-percaya aja kok, vin. buktinya gua masih disini, nunggu lo buat siap."

"tapi apa lo ngga ilfeel sama gue, gar?"

"untuk apa? lo urakan? orang orang pada ngatain lo wanita ga bener? hey, vinka. ini hidup lo, lo yang ngatur bukan mereka."

"gar, gua mau nyoba."

"nyoba apa?"

"gua mau kita pacaran."

"itu jawaban yang gue tunggu-tunggu, vinka."

********

"satria, aku mohon.." mika menangis sambil meronta-ronta.

"ini udah keputusanku dari dulu, mik, aku nggak bisa nolak ini."

"aku bisa kasih kamu apapun.. tapi jangan pernah begini."

"maaf, mika."

to be continued

huru hara ; millenium sqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang