Hari ini hari rabu, sudah empat hari lamanya Chenle mengurung diri di rumah. Bukan karena alasan yang bukan-bukan, tetapi sudah sejak hari minggu lalu ia mengalami demam.
"Lele-ya, ayo bangun dulu. Kau perlu sarapan setelah itu minum obatmu." Chenle sedikit melenguh lemah dibangunkan oleh Renjun. Ia memaksakan diri untuk memposisikan dirinya duduk diatas ranjang.
Renjun meletakkan nampan diatas meja disebelah ranjang Chenle dan dengan telatennya menyuapkan bubur ke dalam mulut adiknya. Renjun mengecek suhu tubuh Chenle yang masih belum membaik. Selama Chenle demam Renjun tidak dapat meninggalkan Chenle sendirian di rumah. Ia meminta ijin untuk tidak bekerja demi merawat Chenle. Syukurnya Jaemin mengijinkan. Tapi tetap saja ia juga kepikiran karena terlalu lama mengambil ijin di perusahaan.
"Ge.." panggil Chenle dengan suara lemahnya yang hanya disahuti dengan gumaman oleh Renjun.
"Lebih baik Gege bekerja. Tidak baik ijin bekerja selama ini." Lanjutnya. Renjun menggelengkan kepalanya.
"Tidak Lele-ya, Gege tidak dapat meninggalkanmu sendirian jika kondisimu masih mengkhawatirkan seperti ini."
"Tidak apa-apa Ge. Lele cukup istirahat saja dirumah. Jika ada sesuatu Lele akan menghubungi Gege. Tidak enak dengan Jaemin-hyung." Renjun sedikit menimbang-nimbang perkataan adiknya, setelah beberapa saat akhirnya ia menyetujui ucapan Chenle.
"Hmmm baiklah. Tapi janji jika kondisimu memburuk hubungi Gege." Chenle mengangguk sebagai tanda persetujuan.
"Sekarang habiskan dulu sarapanmu, setelah itu minum obatmu. Gege akan menyelesaikan ini semua barulah bersiap-siap ke perusahaan."
Renjun melanjutkan kegiatannya membantu Chenle menghabiskan bubur dan meminum obat. Setelah itu ia beranjak pergi bersiap-siap untuk bekerja. Sedangkan Chenle melanjutkan merebahkan diri di ranjangnya.
.
.
.
.
"Hhhh kenapa Chenle belum sembuh juga? Sudah tiga hari ini ia ijin demam. Aku merindukannya." Haechan memberengut, meletakkan kepalanya diatas meja kantin. Haechan ingin menjenguk Chenle tapi tugas sekolah yang menumpuk seperti tidak mengijinkannya.
"Kenapa di saat seperti ini tugas sekolah berbondong-bondong saling berdatangan sih? Menyebalkan." Mark yang mendengarkan gerutuan Haechan tanpa henti sejak senin lalu tidak dapat berbuat apapun dan hanya bisa menenangkan Haechan.
"Aku ingin menjenguknya Markeu. Aku khawatir karena demamnya tidak sembuh-sembuh." Haechan semakin merengek pada kekasihnya. Mark hanya mengelus kepala kekasihnya, ia juga mengkhawatirkan kondisi sahabatnya Chenle.
"Sudahlah Haechan-ah, kita tidak dapat berbuat apapun sekarang ini. Lebih baik kita mendoakan semoga saja Chenle bisa cepat sembuh dan beraktivitas kembali." Itu Jeno yang berucap, ia juga mengkhawatirkan kondisi Chenle. Tanpa Chenle diantara mereka suasana menjadi agak sepi, yah walaupun masih ada Haechan yang selalu berisik dengan rengekannya.
"Hhhhh..." Haechan hanya membuang nafasnya berat. Ia mengambil handphone-nya di kantung seragam. Mengetik sebuah pesan dan dikirimkan kepada Chenle. "Aku mengirimkan pesan pada Chenle karena kita masih belum bisa menjenguknya."
Setelah meletakkan handphone-nya kembali, atensinya teralihkan pada pemuda yang sedang mengaduk makanannya tanpa minat. "Jisung-ah" itu panggilan pertamanya. Semua yang ada di meja kantin tersebut mengikuti arah pandang Haechan.
"Jisung.." panggilnya lagi namun masih belum ada respon. Haechan semakin mengereskan suaranya. "PARK JISUNG!"
Jisung tersentak dan menolehkan kepalanya memperhatikan Haechan yang mulai terlihat kesal. "Ada apa?" jawabnya setelah sekian lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't You Love Me Back? (End)
FanficCOMPLETE Chenle menyukai sahabatnya Jisung. Tetapi Jisung menganggap bahwa perasaan Chenle padanya sangat menjijikkan. Tokoh utama: - Zhong Chenle - Park Jisung cerita ini mengandung unsur bxb...