Chapter 1. Senoparty

3K 86 3
                                    

"Udah gue ajakin sejak kita masih maba, kenapa sih lu ga pernah mau ikutan Zo? Heran gue" kata seorang laki-laki bertampang chinese yang duduk di jok belakang mobil Mercedes-Benz putih. Lelaki chinese tersebut berperawakan ramping, pakaiannya bermerk mahal dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak lupa, dia memakai sepatu Yeezy.

"Kan gue udah bilang, Arya. Gue tuh suka ada acara lain Ar" balas seorang laki-laki lain yang duduk di sebelah lelaki chinese itu.

Kalau cowok yang ini memakai kacamata dengan frame tipis. Badannya lebih ramping dan langsing dari lelaki chinese di sebelahnya. Kulit cowok ini putih cemerlang, sampai terlihat seperti artis korea. Orang sering bilang tampangnya mirip dengan Ardhito Pramono.

"Ya elah, alesan aja dah lu. Lu juga kalau weekend suka kosong ga ada kerjaan kan. Apalagi kalau lagi awal semester kuliah gini yang super gabut. You can't lie to us, Zo" kata seorang perempuan yang duduk di jok depan.

Sekilas kulit cewek itu terlihat putih mulus, tampangnya sudah seperti selebgram dengan followers sebanyak 2 juta. Awkarin aja mungkin kalah. Perempuan ini memiliki wajah tipikal blasteran, seperti bule tapi ada sentuhan Indonesianya.

"Kenzo tuh punya pacar tau. Kerjaannya bucin mulu tiap weekend, makanya ga mau ikutan dugem. Ketemu dimana cewenya Zo? Tinder ya?" kata seorang laki-laki yang memegang kemudi mobil mewah itu.

Laki-laki yang sedang mengendarai mobil itu berotot, punya tampang Batak dengan rahang yang tegas dan tentunya brewokan. Kulitnya sawo matang dan rambutnya perfectly styled dengan gel membentuk jambul yang hakiki. Sangat pantas dipanggil Daddy.

"Gak anjir, Rel. Gue ga ada make aplikasi online-dating laknat itu" kata Kenzo, menyanggah pernyataan sang pengemudi. "Kalian semua kan tau keluarga gue tuh ribet soal pergi-pergian sama temen. Gue mau kerja kelompok aja sering ditanya-tanya dan minta izinnya susah banget. Ditambah lagi bokap gue selalu aja ngajakin gue buat melakukan sesuatu pas weekend, ya terus gue harus gimana?" balas Kenzo.

"Iya, iya, tau kok. Keluarga Kusumaningrat kan serba ribet dan strict. Tapi kadang lu harus learn to break the rules, Zo. Lihat tuh Farel sama Arya, keluarga mereka juga rada kayak keluarga lu. Tapi mereka tetep bisa have fun. Ya kan?" kata perempuan di jok depan.

"Noh Zo, dengerin kata Sherly. Jangan cuma belajar Anatomi sama Fisiologi mulu. Ya gue ngerti sih lu tuh mahasiswa dengan IPK sempurna, tapi ga usah belajar-belajar terus juga" kata Farel.

"Iya jir, kerjaan lu belajar doang. Ada tes kecil aja lu begadang sampai malem, sampai belajar kayak orang kesetanan. Lu tuh harus let loose and be free Zo!" kata Arya.

"Iya, iya. Be free and break the rules. Ngerti kok" jawab Kenzo dengan agak ketus.

"Sekali-sekali gapapa lah kayak malam ini. Lu tuh perlu tau lepas stres, apalagi sekarang masih belum terlalu sibuk kuliah juga kan" tambah Sherly. Dia tersenyum dan memutar kepalanya ke belakang, menghadap ke Kenzo. Aura keibuan dari Sherly sangat terlihat di saat-saat seperti ini.

Kenzo membalas senyum Sherly dengan senyum yang lebih lebar lagi. "Iya, gue tau Sher. Makasih ya guys udah mau ngajak gue malam ini" kata Kenzo kepada Farel, Sherly, dan Arya.

"Ya udah, malam ini lu lepasin aja semuanya. Let's fuck this shit up and party!!" seru Arya dengan penuh semangat. Semua orang dalam mobil tersebut ikut bersemangat dan Farel menekan pedal gas lebih kuat. Mobil Merci itu melesat di tol dalam kota, tepat di tengah-tengah gemerlapan pencakar langit Jakarta yang tiada habisnya.


———— ❈ ————


MetropolitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang