Chapter 2. Naked in Casa Grande

2.2K 78 6
                                    

Semua terasa gelap. 

Dan Kenzo ngerasa bakal ada hal buruk yang terjadi. 

And the bad news is? It already happened.

**********

Kenzo mulai membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang dia sadari adalah nyeri di seluruh badannya – rasanya semalam dia seperti habis olahraga keras in 4 hours straight. Kepalanya serasa berputar 360 derajat, udah kayak lagi naik wahana di Dufan. 

Hal kedua yang dia sadari adalah tempat ini bukan kamar tidurnya sendiri. Matanya melirik ke arah sudut-sudut kamar tempat Ia berada sekarang. Banyak sekali perabotan bertemakan industrial abu-abu tapi memiliki aksen kayu. At first glance, this room looks rather expensive. Di sisi kanan kamar itu terdapat jendela yang super besar, memberikan pemandangan kota Jakarta di pagi hari. Lengkap dengan pencakar langit dan tentunya polusi udara yang menutupi gedung-gedung tersebut. 

 Iya betul, ini bukan kamar Kenzo. Lah terus ini kamar siapa?

Hal ketiga yang disadari oleh seorang Kenzo adalah dirinya tidak memakai baju. Engga, Kenzo ga pernah sama sekali tidur naked. That is totally not his thing. Tapi sekarang ga ada sehelai pun benang yang menutupi tubuh putih mulusnya. Yang ada hanya selimut lembut berwarna putih yang menutupi sebagian dari ketelanjangannya. Shit, what the fuck? 

Hal keempat dan yang terakhir dia sadari adalah.... ada suara dengkuran tepat di sebelah dia. Bahasa lebih informalnya, ngorok. Dan ketika Kenzo menengok ke arah sumber dengkuran itu, di saat itu lah dia langsung panik. Sangat, sangat, sangat panik.

"Ga mungkin, ga mungkin, ya ampun GA MUNGKIN" Kenzo berteriak dalam hati. Kalau dia sekarang bisa terjun dari balkon kamar ini, terus terbang ke langit kayak peter pan, mungkin dia akan melakukannya saat itu juga. Tinker bell, Kenzo needs your magic fairy dust like right now.

"No way, this can't be happening. This is just a dream" kata Kenzo dalam hati. Kenzo menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kembali. Lalu, dia mencoba untuk mencubit tangannya sendiri, sebuah usaha untuk keluar dari mimpi buruk-nya ini. "Fuck sakit anjing!" kata Kenzo kesakitan karena nyubit dirinya sendiri – kayak orang bego emang. 

Unsurprisingly, mencubit lengannya ga membawanya keluar dari mimpi ini. Dan yang terjadi malahan suara dengkuran orang yang tidur di sebelahnya malah semakin terdengar jelas. Kenzo melihat ke arah wajah orang yang sedang tertidur pulas di sebelah dia. Penglihatannya agak buram karena Kenzo belum memakai kacamatanya. Sehingga mau ga mau Kenzo menggeserkan badannya sedikit lebih dekat untuk melihat orang ini dengan lebih jelas. 

Kulit sawo matang. Rambut klimis yang sekarang udah jadi messy karena abis tidur. Beard tipis yang menghiasi wajah yang sempurna. Dan.... bibir yang ga tipis tapi ga tebal juga.

Dua frasa langsung muncul di kepala Kenzo saat melihat fitur-fitur dari orang yang tertidur pulas di sebelahnya. 

Fakultas Ekonomi. 

Pao Pao.

Kenzo sebenarnya adalah mahasiswa yang super pintar, tapi entah kenapa di saat-saat seperti ini, otaknya jadi super lemot. Baru setelah beberapa detik loading, dia bisa ngambil kesimpulan. 

In other words, Kenzo is now laying in bed naked, next to the hottest man he met last night. None other than Gunadhya si anak FE. Gunadhya yang benar-benar baru saja kenalan sama dia tadi malam di Senopati. Gunadhya, temannya Farel. 

"GOBLOK!" Kenzo teriak sekencang-kencangnya. Di dalam hati tapi. "Astaga Kenzo, kenapa sih lu bego banget? Kenapa lu sekarang telanjang di sebelah cowo FE yang super hot ini? Lu tuh mau jadi dokter Zo, bukan jadi lonte!" Kenzo ngomel-ngomel terhadap dirinya sendiri, tentunya di dalam pikirannya sendiri. 

MetropolitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang