10. Laki-laki Nekat

3.9K 263 16
                                    

Dara menyipitkan mata saat di halaman rumahnya terparkir sebuah motor yang serasa asing tapi tidak juga terlalu asing. Seperti perempuan itu pernah melihatnya. Dara melepas helm dengan lelah. Rasanya ingin sekali segera berbaring di kasur sembari mengumpulkan niat untuk bebersih.

Dara sempat melirik jam tangannya sebelum melepas kunci dari tempatnya. Dia memang terlambat pulang karena motornya berbelok ke perpusda lebih dari dua jam lamanya. Perempuan itu memang memiliki kebiasaan baru setelah bekerja, dua hari sekali dia pasti pergi ke Perpusda yang berada tepat di samping gedung Kartini untuk membaca atau memanfaatkan wifi gratis dan cepat di sana.

Hal tersebut dia gunakan untuk agenda me time, mereward diri sendiri dengan streaming youtube sepuasnya. Duduk lesehan menghadapi laptop sembari memperhatikan berbagai jenis orang yang memiliki keperluan lain-lain di sana. Salah satunya, anak-anak sekolah yang menjadikan tempat itu untuk kencan gratisan.

Dara melangkahkan kaki dengan langkah yang diseret, dari luar dia bisa mendengar orang yang sedang bercakap-cakap. Ada suara Ibu, Tari, dan seorang laki-laki.

Dara melepas flatshosenya dan meletakannya di rak yang ada di teras. Telinganya semakin jelas mendengar suara itu.

Sebentar, seperti suara yang tidak asing untuk Dara. Rasa penasarannya semakin mencapai puncak saat Dara mengucap salam dan masuk ke dalam rumah dengan pintu yang memang terbuka lebar.

"Assalamu'alaikum..." sapa Dara membuat percakapan di sana terhenti. Tari dan Ibu yang memang posisi duduknya menghadap ke arah pintu langsung menyambut dengan senyum lebarnya. Sedangkan sosok yang memunggunginya, menoleh dengan perlahan.

Dalam pandangan Dara, semua bergerak seakan mendapat efek slow motion. Bagaimana laki-laki berbatik pendek itu menoleh, membenarkan letak kaca mata, dan tersenyum.

Dara berkedip sekali, dua kali, dan...

"Lho Mas Tama?" tanya Dara dengan wajah yang tidak terkendalikan.

Jadi motor yang terparkir di depan, benar motor yang sedikit dia kenali. Suara yang tadi dia dengar? Astaga kenapa laki-laki itu bisa tersesat hingga ke rumahnya?

"Mba, jangan di depan pintu gitu.. Ndak delok!" tegur Ibu memutus pandangan tanya Dara ke arah Tama yang belum mendapat jawabannya. Dara langsung duduk di samping Tari, berseberangan dengan Tama yang masih duduk dengan santai.

Laki-laki itu melirik jam tangannya, "Kok baru pulang, Ra?" tanyanya. Padahal jam sekolah sudah selesai sejak tadi-tadi.

Dara melirik apa yang ada di atas meja, ada teh yang pasti disuguhkan untuk Tama. Ada sepiring gethuk yang pasti untuk Tama juga, dan dua kotak martabak berbeda jenis. Pasti buah tangan laki-laki itu.

"Tadi ke perpusda dulu, kok Mas ada di sini?" tanya Dara lagi dengan wajah menuntut penjelasan. Namun, laki-laki itu hanya mengusap pelipisnya dengan senyuman. Sedetik kemudian, jawaban yang laki-laki itu beri membuat lutut Dara lemas.

"Mas datang buat nglamar kamu."

Bahu Dara turun, jantungnya merosot hingga lapisan tanah paling dasar. Sepertinya jantungnya sudah tidak berdetak saking kagetnya.

"Mba! Mas Tama bawain martabak keju kesukaan, Tari..."

Dara sama sekali tidak peduli dengan kalimat adiknya, tidak peduli juga dengan martabak yang Tari pamerkan. Sekarang dia sibuk menganalisis apa yang laki-laki berkaca mata itu lakukan? Ini mimpi atau bagaimana sih?

Bu Imah yang melihat anaknya bingung hanya terkekeh, perempuan itu menepuk bahu putrinya.
"Mba mandi dulu sana, baru ngobrol sama Mas Tama..."

PERNIKAHAN IMPIAN √(PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang