38. Tawaran

5.6K 444 107
                                    

"Apa Ara udah baikan, A?" tanya wanita yang sedang mengelap sudut bibir anak laki-laki yang meletakan tangannya di jendela kereta. Mulutnya penuh dengam potongan pisang yang sedang berusaha dia kunyah. Sedangkan laki-laki berkaca mata memegang pinggang bocah kecil itu dengan erat, takut-takut putra kesayangannya kehilangan keseimbangan.

"Semoga saja, Bun. Seminggu lalu, dia masih banyak diam..." ujar laki-laki itu sembari menarik pelan tubuh putranya dan mendudukan di atas pahanya.

"Habiskan dulu ya pisangnya, kalau makan harus duduk..." jelasnya saat bocah berkaos dengan gambar lumba-lumba itu mendongak ke arahnya.

Wanita yang tidak lain Bunda Bayu itu tersenyum kemudian menyuapkan lagi potongan kecil buah pisang. Bayi berumur satu tahun itu menepuk-nepuk tangannya senang.

"Pinter banget cucu nenek ini, hemm" gemas wanita itu. Kemudian, Bunda kembali mengarahkan pandangannya kepada Bayu yang mengusap pelan rambut Senja.

"Seandainya aja dulu Aa nggak pisah sama Ara, pasti sekar--"

Bayu memotong pengandaian Bundanya, "Dulu Bun... Bukan sekarang. Semua posisinya udah berubah...."

Bunda menghela nafas, "Memang udah berubah, A. Semua berubah semenjak Ara pergi, Naila datang. Senja lahir..."

Bunda menjeda, kepalanya memutar semua kejadian yang sudah berlalu.

"Kalau Senja lahir dari Ara, pasti dia dilimpahi kasih sayang seorang Ibu!"

"Bun, Naila udah nggak ada..."

"Kalau begitu, sekarang jadikan Ara ibunya Senja. Menata semuanya sebagaimana mestinya..." Bunda mengambil Senja dari pangkuan Bayu. Bayu menggeleng pelan. Matanya mengarah ke kaca kereta api yang menampilkan gelapnya persawahan.

"Senja mau Bunda baru?" tanya Bunda kepada Senja yang dibalas dengan tawa senang bocah kecil itu.

"Jangan mengada, Bun..."

Bunda menoleh pasti, menatap Bayu dengan keyakinan. "Apa yang mengada, A? Ara sekarang janda, Aa duda. Lalu bagian mana mengadanya?"

Bayu terkekeh miris.

Bunda melanjutkan perkataannya.
"Bunda tau, Aa punya rasa kembali ke Ara kan?"

Bayu menoleh spontan, kemudian menggeleng.

"Bohong!" Bantah Bunda. Sembari mengelap mulut dan tangan Senja dengan tisu basah, Bunda kembali bersuara.

"Untuk apa Aa seminggu sekali jauh-jauh ke Solo kalau bukan untuk memastikan bahwa Ara baik-baik aja?"

"Aa ngecek firdaus.co yang di Solo, Bun..." sanggah Bayu. Laki-laki itu masih mencoba mengelak, membuat Bunda tertawa.

"Sebelum seperti ini, Aa ke Solo cuma dua bulan sekali. Sesekali sebulan sekali... Ini? Seminggu sekali A? Serius buat ngecek firdaus.co?"

Bayu menghela nafas.

Mengingat bagaimana sikap Dara selama ini, Bayu pesimis. Dia tidak berani berharap bisa memperbaiki hubungannya, apalagi membangun kembali bangunan yang sudah runtuh dan rubuh bersama Dara.

Perempuan itu membangun tembok tinggi dan kuat hingga Bayu tidak memiliki kesempatan untuk mendekat.

Brengsek memang, Bayu masuk di kehidupan Dara saat perempuan itu baru saja merasakan kehilangan. Bahkan ketika tanah penimbun Tama belum sepenuhnya kering. Namun, ini di luar kendalinya. Awalnya Bayu hanya ingin membantu Dara bangkit, setidaknya membuat Dara merasa dia tidak sendiri.

Kenyataannya, rasanya semakin menggebu. Hingga membuatnya memilih sering ke Solo dengan alasan pekerjaan.

🌱

PERNIKAHAN IMPIAN √(PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang