Setelah menepikan mobil, gue dan yang lain nya berhambur keluar. Kita berempat segera menuju gerai bakso.
"Mas lihat menunya ya." ucap bang el pada pelayan gerai.
"Gue bakso urat aja." ucap kak dhika.
"Aku, mau bakso beranak bang." disusul suara gue.
"Kalau kamu cal?"
"Aku mie ayam aja bang, tapi pake bakso beranak."
"Busett, perut apa perut?" sindir gue pqda ical.
"Gue pesen doble, karna gue tau lo bakalan kurang. Perhatian kan gue?"
Mendengar pernyataan ical, gue sedikit malu. Iyalah gebetan gue lagi liatin. Ntar kalau dia nganggep gue cewe rakus gimana? Kan ga lucu.
"Kalian udah gede masih aja ribut." bang kelvin berdiri dan berjalan untuk memberikan pesanan.
"Emang kamu suka bamget bakso mil?" tanya kak dhika.
"Ouh jangan ditanya kak, dia nih kalau makan bakso susah di rem paling sedikit tuh 2 porsi." ical menjawab
"Woww, kuat juga ya." kak dhika tertawa.
"Ketawanya renyah baget gusti."
Tak lama pesanan kami pun datang.
Gue langsung mengambil sambal dan membubuhkanmya dimangkuk gue."Ekhemm." bang kelvin berdehem sambil melihat ke arah gue.
"3 sendok jangan lebih." dia mengingatkan"I-iya bang, iya 3 sendok aja, hehe."
Bang kelvin emang paling rewel kalau masalah pedes. Bukan apa-apa dulu gue pernah diare sampe 3 hari gara-gara makan pedes berlebihan.
Gue menikmati bakso dengan khidmat sampai tak terasa punya gue udah habus duluan. Karena gue makan ga sambil ngobrol kayak mereka bertiga.
"Buseet, makanan lo udah habis kak?" tanya ical tak percaya.
"Iya."
"Terus lo mau pesen lagi?" tanya ical yang melihat gue sedang memegamg buku menu.
"Enggak lah ical, itu mangkukmu kan masih penuh hehe."
"Perut apa perut?" sindir ical balik.
"Dah ah sini mangkoknya taro di tengah." gue menggeserkan mangkok yang berisi mi ayam ke tengah2 gue dan ical.
Ical hanya menggelengkan kepalanya.***
Setelah selesai makan, kami beristirahat dulu sejenak menurunkan makanan. Karna kalau langsung dibawa berjalan takutnya malah kalikiben. Itu lho yang area perut sakit karna habis makan langsung aktivitas.
"Bang habis ini kita ngapain?" tanya gue pada bang el.
"Main lah, hidup tuh harus banyak refreshing biar ga bodoh kaya lo."celetuk ical.
" icall, mulutnya." peringatan bang el
"Hehe maaf bang, soalnya fakta."
Bang kelvin menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ke rumah hantu yuk?" ical menyeret tangan bang el.
"Naik kora-kora aja." gue narik tangan sebelahnya.
"Heh gue yang duluan ngajak bang el ya."
"Engga gue maunya kora-kora."
"Kagak mau, gue baru makan takut mabok."
Bang el hanya diam mendengarkan perdebatan gue.
"Ya udah emil sama aku aja gimana?" tanya kak dhika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Rumah
Teen FictionSejauh apapun aku melangkah, entah kenapa pada ujungnya aku akan tetap merindukan rumah. Apalagi disamping kamarku adalah kamar dia.