4. akustik

43 4 0
                                    

Gue sedang duduk sendirian dikamar, karna bang el sedang lembur ditempat kerjanya sedangkan ical sudah keluar dari jam 7 malam.
Merasa bosan gue menghidupkan tv yang menempel di dinding dengan bantual alat yang disebut briket.
Gue mencari chanel tv yang menanyangkan asean games. Setelah menemukannya gue berlari kedapur untuk mengambil cemilan, dan air putih.

Tournamen favorite gue adalah bulutangkis, gue ga pinter olahraga sejujurnya. Tapi ga tau, pokoknya suka aja gitu apalagi yang mainnya cowok ganteng, kalau di ibaratkan idol dia udah menjadi bias nomer satu dihati gue.

Permainan dimulai dari tunggal putri, gue dengan telaten memperhatikan tv. Dan sialnya pas bagian tunggal putra tiba-tiba saliran tv gue burem alias renyeuk alias ga ada gambarnya. Gue mencak-mencak kesel, mau streaming juga ga bisa karna paket data gue cuma tinggal 500mb.

Kegabutan gue makin menjadi, jika saja tidak ada pemberitahuan pesan masuk dari hp gue.
Gue membuka pola kunci diatas layar ponsel dan disana sudah menunjukan pop-up whatsapp

P.jepry : emil?

Belum sempat membukanya gue sudah mengetikkan sesuatu di kolom reply tapi sedetik kemudian gue berubah pikiran, ketikkan yang belum sempat terkirim gue hapus dengan cepat dan menutup layar obrolan tersebut.
Sejujurnya gue masih nyesek dengan kejadian kemarin, meskipun gue tahu bagi dia mungkin gue bukan siapa-siapa.
Mengingat hal itu ada sesuatu yang nyeri dalam diri gue.
Sebagian orang mungkin menganggap gue lebay, tapi percayalah suka bertepuk sebelah tangan itu tidak enak, seperti lo sedang ingin es krim belum sempat lo memakannya  es krim tersebut sudah jatuh ke tanah dan terinjak oleh kaki orang lain. Sedangkan uang lo udah habis, udah ga ada kesempatan sama sekali.
Meskipun orang-orang masih menganut sebelum janur kuning melengkung lampu hijau akan selalu ada.
Tapi sesuka apapun gue, gue masih sadar diri. Gimana kalau cewek yang dimaksd kak dhika juga suka balik?
Untuk sekarang gue lebih memilih mencoba meredam rasa suka gue, susah memang apalagi bisa dibilang dia cinta pertama gue, mau itu cinta monyet atau apapun intinya gue belum pernah ngerasain sesuatu selain sama dia.

Gue mematikan layar televisi, karna percuma nyala ga ada sesuatu yang mau gue tonton. Gue beranjak dari tempat tidur gue menghampiri cermin yang ada di depan sana.
Gue mulai meneliti setiap inchi wajah gue.
"Apa cewek itu lebih cantik dari gue ya?" gue mulai memutar-mutarkan badan gue. Sadar bahwa galau terlalu lama tak membawa faedah sam sekali, Gue mengambil camilan yang tadi gue bawa membuka kenop pintu dan menuruni anak tangga menuju dapur.

Saat akan balik ke kamar, suara deru mobil terdengar diluar sana. Sepertinya bang el sudah pulang, baguslah gue belum makan malam mau makan sendirian untuk saat ini rasanya tidak enak.
Buru-buru gue membuka pintu ruang tamu yang terkunci. Benar saja sosok laki-laki yang berlesung pipit itu tengah berjalan dari mobilnya.

"Tumben bang pulang cepet?" tanya gue. Karna biasanya kalau lembur sampai tengah malam dan ini masih jam 8.

"Iya tadi dibantuin sama jepry."

Gue mengangguk samar.

"Kamu udah makan?"

"Belum bang."

"Ya udah mau makan apa abang masakkin." dia merangkul bahu gue menuju dapur. Mulai membuka lemari pendingin dan megeluarkan beberapa bahan makanan.

"Ya lord, terimakasih telah memberikan abang yang pengertian. Semoga dia selalu sehat."

Gue sangat menyayangi abang gue, gue merasa beruntung punya dia. Setelah ayah tidak ada, dia lah yang bantu keuangan ibu untuk biaya gue dan ical sekolah.

"Ngelamunin apa?" tanya bang el sambil menyodorkan sepiring spaghetti carbonara.

"Hehe engga, ko cuma sepiring bang?"

Tetangga Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang