"Emil pulang."
"Gimana jalan-jalannya?" tanya yangti yang sedang merajut.
"Hmmmm, seru yangti. Tapi tadi papasan sama anak punk."
"Anak punk dimana?" tanya ibu keluar dari arah dapur.
"Pas di pemukiman daerah taman sari tadi."
Ibu memutar-mutarkan tubuh gue." tapi kamu gapapa kan?" tanyanya khawatir.
"Ya enggalah, malah ada hikmahnya." ical yang sedang main game ikut nimbrung. "Iya engga?" tanyanya pada gue.
"Apa?" sarkas gue.
"Muka lo kak, udah kaya kepiting rebus."
"Udahlah emil mau mandi." gue meninggalkan mereka. Ical yang tertawa sedangkan ibu dan nenek saling lempar pandang ga tau yang dimaksud ical.
Di ruang tengah gue melihat bang el sedang menonton tv.
"Abang udah mandi?""Udah, ga keliatan ini gantengnya tumpah-tumpah?" dia mengibas-ngibaskan rambutnya yang setengah basah.
"Engga." gue menjulurkan lidah.
"Kamu mau mandi?" tanya bang el yang melihat gue berkalung handuk dan menenteng baju ganti.
"Iya." gue berjalan menuju kamar mandi.
"Didalam ada orang."
"Hmmm?" gue berjalan dengan mata yang melihat kebelakang alias bang el.
Bruk..gue menabrak manusia dengan wangi maskulin keluar dari kamar mandi. Baju gue jatuh berceceran jatuh dengan bokong yang juga mencium permukaan benda keras itu.
"Maaf, kamu gapapa kan?" tanya orang yang gue tabrak. Dia mengulurkan tangannya.
"Engga kak." gue menjabat uluran tangannya.
Setelah gue berdiri. Kak dhika berjongkok untuk membantu gue mengambil baju yang terjatuh tadi.
"Jangan sentuh." teriak gue refleks.
"Huh?" dia mendongak mentap ke arah gue.
Gue langsung berjongkok mengambil alih pakaian tersebut dengan paksa. Namun naas benda yang gue mau tutupin sehelai bra pink menjuntai tepat didepan matanya saat gue berdiri.
Gue berdiri kaku, ga tau harus gimana kaki gue rasanya terpaku. Kalau ada cermin sepertinya muka gue sudah merah.
Kak dhika tampak kaget, ditambah lagi saat dia melihat ekspresi muka gue. Oke ini bukan salah kak dhika karna ini adalah kecerobohan gue. Seperti mengerti dia langsung menutup wajahnya. "Kaka ga liat."
"Kenapa?" tanya bang el yang suaranya gue denger lewat pintu.
"Ada insiden kecil." jawab kak juli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Rumah
JugendliteraturSejauh apapun aku melangkah, entah kenapa pada ujungnya aku akan tetap merindukan rumah. Apalagi disamping kamarku adalah kamar dia.