Tiga Belas - Curiga (3)

12.6K 1.5K 507
                                    

Dimas baru saja bangun dari tidurnya. Begitu menemukan kedua orangtuanya berada dikedua sisinya, bocah kecil itu tersenyum lebar. Dia memeluk Calista, mencium pipinya kuat-kuat hingga Ibunya itu melenguh pelan. Kemudian Dimas melakukan hal serupa pada Revan sampai Ayahnya terbangun.

"Selamat pagi, Ayah..." ucap Dimas riang.

Revan tersenyum kecil lalu memeluk Dimas erat. "Selamat pagi, Dim." Balasnya sambil menciumi kepala Dimas. "libur ya hari ini?"

"Iya, kan udah terima raport."

"Dimas hebat, dapat peringkat tiga di sekolah."

"Tapi kata Ibu, lebih hebat lagi kalau Dimas dapat peringkat satu."

"Iya, peringkat satu itu memang yang paling hebat. Tapi Dimas dapat peringkat tiga juga udah hebat kok, Ayah bangga sama Dimas. Makanya Dimas harus semakin rajin lagi belajarnya, biar makin hebat, terus dapat peringkat satu."

"Tapi Ayah ya, yang ajarin Dimas belajar?"

"Oke."

"Karena Dimas udah hebat dapat peringkat tiga, hadiahnya mana?"

Calista yang sejak tadi diam-diam mendengarkan percakapan kedua lelaki itu tersenyum kecil, kemudian membuka kedua matanya. "Memangnya Dimas mau hadiah apa dari Ayah sama Ibu?"

Revan dan Dimas menoleh serentak pada Calista.

"Eh, Ibu udah bangun?" Dimas menyerbu Calista dengan pelukan. "selamat pagi, Bu..."

"Ih, tumben anak Ibu moodnya bangus banget pagi-pagi. Gini nih kalau libur sekolah, bangunnya nggak perlu harus pakai drama Ibu ngomel." Sindir Calista geli, tangannya membelai kepala Dimas. Revan tersenyum melihat keduanya.

"Habisnya Dimas senang, udah lama nggak tidur bareng-bareng gini." Jawab Dimas disertai cengiran lucunya.

Calista melirik Revan sejenak, lalu tertawa geli. "Dimas senang, Ayah yang menderita."

"Loh, memangnya kenapa?" tanya Dimas dengan dua bola matanya yang membulat lucu.

Revan mencebik pada Calista yang kini tertawa. "Kamu tidurnya kaya lagi main sepak bola, Dim, Ayah sampai jatuh dua kali ke lantai."

"Iya?!" tanya Dimas histeris, lalu dia menatap Ayahnya tercengang, tapi setelah itu malah tertawa terbahak-bahak. "maaf ya, Ayah... Dimas nggak sengaja."

"Hm." Gumam Revan malas. Mengingat kejadian tadi malam membuat Revam merasa sedikit kesal. Dua kali jatuh dari tempat tidur hingga Calista terbangun dan menatapnya terkejut.

Putra mereka ini memang luar biasa sekali ternyata.

"Jadi, Dimas mau hadiah apa?" tanya Calista.

Dimas tampak berpikir sebentar. "Boleh beli mainan nggak, Bu?"

"Boleh..."

"Yang banyak, ya?"

"Banyaknya seberapa?"

"Hm... sepuluh?"

"Kebanyakan, mubazir, itu kan mainan Dimas udah banyak banget. Lima aja, ya?"

Dimas mengerucutkan bibirnya penuh protes meski kepalanya mengangguk tidak rela. "Tapi nanti main-mainnya di Mall yang lama, jangan pulang cepat-cepat. Ya, Bu, ya?"

"Iya, nanti pergi sama Ibu." Sahut Revan.

Dimas menoleh menatap Ayahnya. "Ayah ikut juga dong!"

"Ayah di rumah aja ya, Dim, capek."

"Ih... masa Ayah nggak ikut... kan udha lama banget Dimas nggak main bareng Ayah."

"Nanti pulang dari mall kita main sepuasnya di rumah."

CALISTA Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang