2.DIA

179 15 16
                                    

Cyla berteriak karena Ia tiba-tiba saja melihat sosok anak kecil yang membawa boneka di tangan nya. Salah satu kelemahan Cyla adalah ketika Ia melihat sosok anak kecil, dia sangat takut dengan hal itu, terlebih lagi jika sosok tersebut membawa boneka. Bisa saja Cyla sampai pingsan karena ketakutan.

Arjuna langsung menarik Cyla ke dalam pelukan nya. Dia memang sudah mengenal Cyla dengan cukup baik, wajar saja, mereka menjalin hubungan sudah satu setengah tahun lama nya. Dia tau kalau dalam kondisi seperti ini, Cyla sangat tertekan.

"Lo ngeliat 'dia' lagi?" tanya Arjuna dengan pelan.

Cyla tak kuat untuk mengeluarkan suara nya, dia hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Kita jalan ke mobil gue, lo tutup mata aja. Tetep peluk gue, oke?"

Cyla menuruti perkataan Arjuna. Dia menutup mata nya rapat-rapat dan masih dalam posisi memeluk kekasih nya. Arjuna harus telaten berjalan dengan pelan-pelan sambil memeluk tubuh Cyla yang mungil. Untung saja kondisi sekolah pada waktu itu sudah sepi, jadi tak ada seorang pun yang melihat hal itu.

Sampai di mobil, Cyla baru membuka mata nya dan menghembuskan napas lega. Akhirnya Ia bisa pergi menjauh dari sosok yang sangat menyeramkan, menurutnya.

"Udah tenang?" tanya Arjuna sembari menyetir mobil.

Cyla hanya diam, pandangan nya lurus ke arah kaca yang ada di tengah-tengah dirinya dan Arjuna.

"GUE BILANG PERGI, FARO!" teriak Cyla dengan mata yang nampak emosi.

"Cyla, lo kenapa? Kita cuman berdua disini."

"Inget kakak kelas yang meninggal karena jatuh dari Roof?"

Arjuna mengangguk kan kepala nya.

"Dia, Faro. Sejak tadi pulang sekolah, dia ngikutin gue."

"Kenapa ngikutin lo?"

"Mau minta tolong." jawab Cyla sambil mencoba untuk menetralisir amarah nya.

"Gak usah di tolongin. Nanti lo ribet lagi. Gak inget dua minggu lalu waktu nolong hantu anak kecil itu? Lo hampir ketabrak mobil, Cyla."

"Gue juga gak mau, tapi gue harus," ucap Cyla dengan serius.

"Udah sampe. Turun, yuk."

Arjuna turun bersama Cyla dan memilih tempat duduk yang berada di luar ruangan.

Langit sore dengan warna jingga nampak indah di tengah keramaian kota, dua insan yang sedang duduk berhadapan, kini masih saling diam. Sampai akhirnya pesanan mereka berdua datang di bawakan oleh seorang pelayan.

"Cepet ngomong apa yang mau lo jelasin. Gue mau cepet pulang." ucap Cyla karena sudah muak dengan keheningan yang melanda.

"Iya-iya. Tolong jangan cemburu kalo gue sama Adel, oke? Kita cuma temenan, gak lebih."

"Oh, oke."

"Gak marah, kan?" tanya Arjuna.

"Menurut lo?"

"Ya gue rasa lo masih marah sama gue, Cyl."

"Cewe mana sih yang gak kesel kalo cowo nya tiba-tiba deket sama cewe yang baru aja dia kenal? Lo pernah mikir gak, Jun? Gue manusia biasa, bukan malaikat. Hati gue juga bisa sakit kalo lo terus-terusan kayak gitu." Cyla menumpahkan segala yang Ia pendam selama ini, perihal kedekatan Arjuna dan Adel.

"Maaf. Gue salah, gak seharusnya gue terlalu dekat sama dia."

"Gak pa-pa, gue maafin kok. Udah, kan? Gue pulang dulu ya, nanti Mama nyariin."

CYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang