PROLOG.

7.8K 573 59
                                    

JEON Jungkook bukanlah seorang Pedofil. Ia hanyalah pria berumur tiga puluh tahun yang mencintai Lalisa Kim, anak berumur enam belas tahun yang masih duduk di bangku sma.

Orang-orang bahkan sempat berfikir bahwa ia gila, mencintai bocah kecil yang masih merengek layaknya anak bayi, yang bahkan tidak bisa merapikan dasi di seragam sekolahnya sendiri. Banyak sudut mata memandang, jawabannya tentu saja mereka tidaklah cocok satu sama lain. Lalisa yang kekanakan, dan Jungkook yang begitu dewasa dan berwibawa.

Namun, tak akan ada yang pernah bisa menghentikannya. Ketika hatinya jatuh pada Lalisa, anak yang memiliki sifat ceria dengan senyumnya yang indah. Tak ada satupun yang bisa menghalanginya. Cinta itu buta, begitu bukan? Hampir semua orang pernah mendengar kalimat itu, dan hanya beberapa saja yang bisa merasakannya. Dan Jeon Jungkook salah satunya.

"Ahjussi! Aku tidak mau ke sekolah!"

"Bulan ini kamu sudah banyak bolos, berhenti merengek."

"Disekolah dingin, aku lupa membawa jaket."

"Aku membawanya."

"Perutku sedikit sakit."

"Ingin sakit sungguhan?"

"Tidak! Aku bohong. Maaf."

Gadis itu menyerah, ketika ia kalah berdebat dengan sosok yang kini tengah serius menyetir, mengantarkannya ke sekolah, tempat terburuk yang paling ia benci sepanjang harinya. Sekolah itu neraka, tidak ada yang menyenangkan disana. Hanya selalu membuatnya pusing hingga kepalanya serasa ingin meledak.

"Peringkat mu, turun hingga ke posisi lima. Apa yang kau lakukan disekolah?"

"Memikirkan Ahjussi."

Sialan!

"Lalisa..

"Aku rindu Ahjussi."

"Itu cara yang basi jika kau hanya ingin menyogokku agar tidak mengantarkanmu ke sekolah."

"Tidak, aku benar-benar rindu Ahjussi."

Selepas menghela nafas, laki-laki yang mempunyai marga Jeon itu menggapai bahunya gadisnya, membawa wajah Lalisa mendekat ke dalam ceruk lehernya. Mengelus pipi gembul itu lembut dan menciumi puncak rambutnya berkali-kali.

"Aku juga merindukanmu." Katanya.

"Aku ingin peluk Ahjussi seharian."

"Sekolah dulu."

"Tidak mau."

"Maaf, tidak bisa dibantah, kita sudah sampai."

Mobilnya terhenti, mereka yang berpelukan kini mulai berpisah, karena pria itu turun setelah ia mengambil sebuah Hoodie dibangku belakang, dan kemudian membukakan pintu mobil untuk Lalisa-nya. Diperlakukan layaknya seorang putri, terkadang membuat Lisa menjadi malu sendiri.

"Ahjussi! Aku bisa pakai hoodienya sendiri!" Gadis itu protes, ketika ia terkejut tiba-tiba saja laki-laki itu memakaikan hoodienya saat Lisa baru saja keluar dari mobil.

"Katanya dingin?"

"Tapi jangan memakaikannya didepan banyak anak-anak!"

"Memangnya kenapa?"

"Ahjussi pikir aku anak kecil!"

"Bukankah memang begitu?"

"Ahjussi..." Garis bibirnya menurun, ia ingin memeluk Ahjussi-nya lebih lama jika saja mereka tidak berada disekolah.

"Jemput aku saat pulang sekolah, nde?"

"Namjoon yang akan menjemputmu." Sahutnya datar, membalikan tubuh mungil itu menghadap ke belakang, dan kemudian menguncir surai halus yang sedikit berantakan.

"Nah, kau lebih cantik jika begiㅡah.."

Penampilan Lalisa dengan tubuh yang tenggelam dari Hoodie besar, dan juga dengan rambut panjangnya yang dikuncir, adalah ide paling sialan pernah laki-laki itu buat. Ya! Terlihat begitu imut hingga ia tak bisa menahan wajahnya agar tidak memerah.

"Ahjussi? Kenapa? Apa terlihat aneh?"

"Lisa, kembali masuk ke mobil sebentar."

Belum sempat mendapat sepertujuannya, gadis itu langsung ditarik hingga membuatnya sedikit terkejut, terlebih lagi ia sadar dengan posisi yang mereka lakukan. Lisa bisa gila, ia duduk tepat dipangkuan lelaki itu, dan ia tak bisa mengatakan apapun ketika sebuah ciuman kecil tercipta.

"A-ahjussi."

"Disini, aku yang lebih merindukanmu. Lalisa." Ujarnya menenggelamkan wajah pada leher gadis yang kini tengah mengusap pelan rambutnya itu.

"Sepuluh sekolah nanti kita habiskan waktu bersama! Jangan sedih, Ahjussi."

"Tidak, nanti malam tidurlah denganku."

"E-eh? Tidur? Tidur bersama?"

Gadis itu tak mendapatkan jawaban, ketika tubuhnya langsung melayang dan keluar mobil hingga membuatnya melamun sebentar layaknya orang bodoh. Tunggu sebentar! Apa Ahjussi itu baru saja menendangnya keluar dari mobil? Sepertinya ya, karena Lisa bisa mendengar bahwa laki-laki itu mengucapkan selamat tinggal dengan senyumnya yang sangat menawan. Dan kemudian pergi meninggalkannya yang masih terdiam tidak percaya.

"Apa, tadi Ahjussi menyuruhku untuk tidur bersama dengannya?" Ia menggigit jarinya gugup. "Ah! Tidur bersama?! Itu gila!" Racaunya lagi.

Ia mengusak rambutnya sendiri sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke kelas, dengan langkah yang cepat ia berjalan sembari menutupi wajahnya. Ia rasa wajahnya memerah, sialan. Ahjussi itu membuat pikirannya terbang keluar dari otak hingga rasanya tidak akan ada pelajaran yang masuk ke dalam kepalanya. Sudah dibilang kan, nilainya turun karena ia memikirkan Jungkook Ahjussi!

Jadi itu bukan salahnya, sama sekali bukan!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

If u like this, please vote for this chapter. Oh! Don't forget to coment too!

See u guys>~<💙

You In MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang