I. Park?!

57 7 2
                                    

"Ya! Sulji" teriak seseorang

Merasa terpanggil aku membalikan tubuh menghadap seorang gadis yang memanggilku tadi, sambil membawa beberapa buku yang akan aku kembalikan ke perpustakaan "Halo" kataku.

Hos hos hos

Deru nafasnya terdengar oleh telingaku, dia terlihat sedikit kelelahan dengan beberapa peluh yang jatuh membasahi wajah cantiknya dan juga lehernya. Sepertinya dia telah melakukan lomba lari maraton untuk menemukanku, sesulit itukan mencariku?

"Hah kau-- kau dari mana.. dari mana saja sih?" ucapnya terbata bata sambil mengatur nafasnya

"Dari tadi aku hanya di perpustakaan lalu ke loker mengambil buku yang aku pinjam dan aku kembali lagi ke perpustakaan, aku kira kau tidak masuk sekolah hari ini jadi aku ke kelas hanya untuk absen"

"Aku mencarimu, ingin berbicara sesuatu yang penting sekali" jawabnya.

"Ada apa?"

"Kembalikan buku bukumu itu dulu dan kita ke kantin untuk membicarakan ini, sini aku bantu. Ah kenapa suka sekali dengan tumpukan buku novel ini sih" gerutunya mengambil beberapa buku yang aku pegang.

"Baiklah, sekarang katakan ada apa" kataku sambil melahap makananku. Kami sudah berada di kantin.

"Ugh itu- anu"

Ada apa dengan gadis berkuncir satu ini? Gerogi sekali, seperti sedang bicara dengan guru BK saja

"Hei" ucapku sambil memegangi tangannya, berusaha membuatnya tidak gerogi lagi "Katakan pelan pelan padaku, kau ini kenapa? Hm?" ucapku lembut, dia membalas tanganku

"Dengarkan aku dan jangan memotong omonganku dulu, ya?" katanya serius

"Dan-- dan berjanjilah kau tidak boleh marah setelah aku mengatakan ini" lanjutnya dengan wajah yang sedikit memelas

"Katakan"

"Jimin, Park Jimin musuhmu itu dia kakak ku" katanya, aku hanya tersenyum

Iya, jadi memang akhir akhir ini aku sering kena teror dan menjadi korban langganan kejahilan dari seorang bernama Park Jimin. Sosok yang mengaku jika dirinya itu temanku. Tapi aku tidak menganggapnya sebagai temanku, sungguh aku kesal sekali dengannya. Jimin itu sangat creepy, aneh dan dia selalu menggangguku. Entah apa kesalahanku padanya tapi yang pasti dia selalu menggangguku. Seperti sengaja membuat hidupku tidak tenang.

Sedikit list kegangguan apa yang dia perbuat padaku:

1. Menghilangkan buku perpuastakaan yang aku pinjam sehingga mengakibatkan aku berakhir di kamar mandi dengan seperangkat alatnya lalu menggosok, mengepel. Jangan lupa tentang mengganti buku itu dengan buku yang sama dan baru tentunya.

2. Mengambil sebelah sepatuku dan melemparnya ke kolam ikan sekolah "Itu karena kau sengaja lupa tidak mengingatkan aku jika ada tugas. pelit" katanya. Dasar busuk. Setan kau Jimin.

3. Sering memakan bekal yang aku bawa secara diam diam saat aku pergi membeli minum.

4. Memindahkan posisi sepedaku.

5. Diam diam mengikutiku saat pulang sekolah. Setelah sampai rumah dia akan berlalu begitu saja, entah kemana aku jelas tidak peduli.

Park bantet Jimin memang kurang kerjaan, sehingga dia selalu menjadikan aku korban atas kegabutan yang melandanya.

Dan sebenarnya aku tau jika bantet satu itu bersaudara dengan sahabatku sendiri, Park Yumi.

Aku memilih diam karena apa? Ya untuk apa aku mengadu pada Yumi? Memangnya kelakuan si bantet Jimin itu akan terhenti untuk tidak mengganggu ku dan bertobat? Kuyakin 1000% tidak akan. Iya sungguh. Aku sangat yakin sekali.

Baiklah kembali ke TKP, kantin sekolah,

"Aku kira apa, aku sudah tau tentang itu" kataku melepas tanganku dan memakan makananku lagi

"Ya ya ya! kenapa tidak cerita padaku?!" nadanya sedikit meninggi, membuat orang orang yang ada di kantin melihat ke arah kami.

"Kenapa harus cerita? Tidak penting sekali aku menceritakan tentang dirinya"

"Kau tau? Dia seperti itu karena dia menyukaimu. Katanya lucu sekali jika dirimu memarahinya, katanya juga gemas melihat wajahmu yang berubah jadi merah saat kau marah" lanjut Yumi

"APA?! BANTET ITU? PFTTT, HAHAHA" maafkan suara tawaku yang akan memecahkan gendang telinga kalian jika mendengarnya

"Serius, sumpah Jimin menyukaimu"

"HAHAHA bagaimana bisa? Tapi tapi biarkan saja, kau tau aku kan?" balasku menyeka air mata ku yang keluar karena tertawa yang kelewat terbahak bahak.

"Nah itu dia, kau tau aku sangat ingin pergi ke konser BTS ku? Aku akan bisa melihat malaikat malaikatku itu setelah aku berhasil dengan misiku ini" jelasnya "Kau tau? Aku di beri misi oleh Jimin, misiku adalah mendekatkan mu dengan Jimin, hanya sebatas tau dan dekat untuk selebihnya dia yang akan menangani sendiri"

Aku masih tidak yakin dengan penjelasan Yumi, dia tau pasti aku tidak ingin lagi kenal dengan apa yang namanya itu cinta. Tunggu, aku benar kan? Bantet -ah maksudku Jimin menyukaiku, dan sekarang Yumi akan membantunya mendekatkan kami dan setelah itu mulailah kisah cinta baru itu. Iyakan?

Hah, kuberi tahu kalian. Bukannya tidak mau, maksudku aku tidak peduli dan sumpah sangat muak dengan kisah klise itu, karena aku masih sangat kecewa dengan pria yang selalu ku nomer satu kan dulu. Yang aku kira dia adalah satu satu nya pria yang bisa aku dan ibuku percaya. Tapi ternyata 20 tahun lamanya hubungan ayah dan bunda bukan apa-apa bagi ayah sehingga dirinya dengan tega berselingkuh. Bagaimana perasaanku? Keadaanku? Hancur. Sekali. Bayangkan, ayah yang ternyata kalian bangga kan begitu tega menghianati kalian. Sampai sini kalian bisa membayangkan betapa sakit hatinya aku dan bundaku?

Belum selesai sampai di situ karena saat aku berada di titik bawahku aku juga harus kehilangan pria lain yang aku sayangi juga. Seokjin, Kim Seokjin. Dia kekasihku, hanya milikku sebelum jarinya di isi oleh cincin tunangan dari wanita lain --Hais aku jadi mengingat hal menyebalkan itu lagi kan

"Aku tidak tahu apa aku bisa membantumu atau tidak, kau tau kan maksudku Yum?" kataku setenang mungkin

"Aku masih terauma, aku sangat benci mereka" kataku lalu menunduk

"Coba saja dulu, aku yakin Jimin tidak akan seperti bedebah brengsek Seokjin itu. Dan ayahmu, bagaimana pun dia tetap ayahmu. Ku mohon maafkan dirinya dan maafkan dirimu sendiri. Aku tau kau tidak bisa membenci ayahmu. Sulji, ayahmu pasti sangat menyesal melakukan itu. Aku yakin di sana ayahmu menangis tau kau begini dan bagaimana bundamu bisa tenang? Bunda mu dengan ikhlas bisa memaafkan kesalahan ayahmu. Pelan-pelan pasti kau juga akan bisa. Bunda mu akan sedih jika tau putrinya masih membenci ayahnya, padahal kau dan ayah mu sangat dekat. Sulji jika memang kau belum memaafkan ayah mu kau sama saja membohongi dirimu sendiri. Aku tau ini sulit, tapi aku tau kau pasti bisa. Sepulang sekolah ini kita ke makam ayah dan bundamu, bagaimana?"

Tidak terasa mereka larut dalam kisah cinta mengenaskan itu, di sisi lain ada 2 pria yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Itu Jimin dan Jin, tidak- mereka tidak bersama. Dan tentu Jimin mendengar semuanya. Sengaja memantau dari kejauhan.

Sedangkan Jin, dia merasa terpukul mendengarnya. Sungguh dia merasa sangat bersalah. Setelah itu dia berlalu entah kemana meninggalkan orang orang.

-
Hi semua. Apa kabar?

Anpaman & EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang