IV. Park Jimin

20 4 0
                                    

5 bulan lamanya

Hubunganku dan Jimin semakin berjalan dengan sangat baik. Aku juga sudah mulai melupakan tentang hal masa lalu yang sempat membuatku terlihat menyedihkan itu. Lupakan, karena sudah ada Jimin sekarang. Jimin, dia sangat mencintaiku, dan sepertinya aku juga.

"Temani aku beli bunga matahari di toko depan ya Jim"

"Iya sayang-ku, apapun yang membuatmu tersenyum senang. Pilih sesuka mu, ambil sebanyak mungkin bunga matahari itu." balasnya menggandeng tanganku menuju parkiran

Aku tersenyum senang. Jiminku yang manis. Jiminku yang terbaik sedunia.

"Jim kau suka bunga apa?" tanyaku saat di perjalanan

"Matahari, bunga matahari" jawabnya.

"Kita sama Jim. Dia memang indah sekali iyakan? Aku sangat menyukainya dan beberapa hari yang lalu aku menemukan nama pemain yang ada di novel itu yang sangat bagus saat aku membaca nya. Di sana dia adalah gadis yang manis" celotehku sangat bersemangat pada Jimin, dia mendengarkan aku dengan baik.

"Lalu apa nama yang katamu bagus itu?"

"Senja Jim, indah sekali kan namanya aku jadi ingin menyelipkan nama itu di tengah tengah namaku"

"Kenapa? Nama mu sudah yang paling bagus, sudah tertancap di hatiku. Tidak bisa lepas sangking kuatnya"

"Astaga, centil. Jimin centil. Yang ngajarin siapa coba" ucapku sedikit geli tapi senang lalu memeluk Jimin "Oya sejak kapan kau menyukai bunga matahari?"

"Sejak tadi saat kau mengatakan 'aku suka' " jawabnya

Hening

"Iya, karna apapun yang kamu sukai otomatis aku juga akan menyukainya juga. Mulai sekarang sampai seterusnya" balasnya meraih tanganku dan menciumnya

"ASTAGA AKU MENCINTAIMU!" teriak Jimin sukses membuatku melotot dan malu dan senang dan marah dan bahagia dan dan dan lainnya --Ah aku menyayangimu jim

"PARK JIMIN AKU MENYAYANGIMU" balasku berteriak, lalu kamu tertawa bersama.

Setelah membeli beberapa bunga matahari aku dan Jimin kembali ke rumah. Jimin tidak langsung pulang, dia mampir sebentar untuk istirahat katanya

"Jim mau minum apa?"

"Jus orange dingin sayang" jawabnya sambil memejamkan mata

Aku tersenyum dan berlalu mengambilkan jus untuk Jimin dan beberapa cemilan untuknya juga.

"Kalau lapar bilang ya nanti aku bisa masak buat kita makan"

"Duh calon istri banget sih"

Selanjutnya aku beralih ke bunga matahari yang tadi aku beli, ralat di belikan Jimin. Aku memindahkannya ke vas bunga selanjutnya aku meletakan bunga matahari itu di ruang tengah, meja rias di dalam kamar dan meja belajarku

"Cantik" ucapku setelah meletakkan bunga itu di meja belajarku

"Masih cantik kamu ih" tutur Jimin memelukku dari belakang "Sayang laper" lanjutnya

Lucu sekali sih Jiminku "Ayo bayi besarnya Sulji kita ke dapur, kamu duduk dulu aku yang masak"

"Sayang aku ini pacarmu bukan bayi, huh"

--

Setelah kami makan Jimin pamit untuk pulang "Sayang nya Jimin, Jimin pulang dulu ya mau mandi. Nanti pasti di sempetin kesini buat makan malam bareng. Kamu juga mandi terus istirahat. Ya?!"

Cup, Jimin menucuri satu kecupan di bibir Sulji

"Aku mencintaimu!" ucapnya berteriak sambil lari keluar rumah. Dasar Jimin!

Anpaman & EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang