"Jim, akhirnya kau sembuh juga. Sekarang kau sudah tidak akan pernah merasakan pusing pusing sialan itu lagi. Sudah cukup 3 bulan, itu setauku tapi yang ternyata malah 5 bulan ini kau merasakannya. Tapi sekarang sudah tidak sakit lagi kan? Kau senang sudah tidak sakit lagi? Jim aku marah karena kau tidak mau cerita kalau sebenarnya pusingmu itu karena Leukimia bukan pusing biasa. Kenapa kau tidak memberitahu aku? Kenapa kau sendiri yang menahan dan bahkan merasakan sakit itu sendiri? Kau terlalu kuat Jim. Kau pria ku yang kuat.
Sayang, terimakasih sudah mencintaiku sampai detik ini. Terimakasih atas semua usahamu untuk berusaha merobohkan benteng yang sengaja aku bangun agar aku tidak masuk dalam dunia percintaan yang memuakan itu lagi. Tapi ternyata jika itu bersamamu tidak terasa buruk. Malah aku selalu bahagia.
Terimakasih, selama ini Jimin mau menemani Sulji kemana mana.
Terimakasih, Jimin selalu bersikap manis sekali.
Terimakasih, Jimin selalu berusaha untukku.
Terimakasih, Jimin selalu kuat.
Terimakasih, Jimin selalu tangguh.
Terimakasih, Jimin yang egois tidak mau berbagi rasa sakit kepada siapapun. Termasuk kepadaku.
Terimakasih, Jimin sudah membuat Sulji merasa di sayangi setiap detiknya sama Jimin.
Terimakasih Jimin atas semuanya.Aku gajadi marah sama kamu soalnya yang di terimakasihin ke kamu banyak sayang.
Jimin jangan sakit lagi ya. Jimin selalu bahagia disana. Tunggu Sulji di surga ya Jimin. Kalau Jimin ketemu ayah sama bunda tolong bilang ke mereka kalau Sulji juga kangen mereka. Sulji janji akan sering berkunjung kesini untuk -yaa cerita seperti biasanya. Sulji pasti kangen Jimin. Sulji sayang Jimin. Sayang banget.
Thankyou for everything Chim. Love you forever and ever. Sayang Park Jimin"
Aku menaruh bunga matahari kesukaanku dan Jimin tepat di atas batu nisan atas nama Park Jimin. Kenapa bunga matahari? Karena itu kesukaanku, ingat?
"Apapun itu yang menjadi kesukaanmu aku juga akan menyukainya" Park Jimin
Aku mencium batu nisan itu sebelum aku pergi untuk pulang bersama Jungkook.
Kalian pasti bingung kan? Begini, sekarang Jiminku sudah benar benar sembuh. Tuhan sangat menyayangi Jimin jadi Tuhan mengambil semua penyakit Jimin dengan konsekwensi Jimin harus ikut dengan Tuhan, di ajak ke tempat terindah dekat dengan Tuhan. Yang berarti Jimin harus pergi selamanya.
Flash back on, rumah sakit
Aku dan Jungkook sampai di rumah sakit. Terlihat di depan ruang ICU ada Yumi, mama dan papa. Mereka terlihat sangat lemas menunggu kabar dari dokter tentang Jimin. Aku langsung memeluk mama, menangis sejadi jadinya. Berharap Jimin tidak kenapa kenapa. Berharap dokter mengatakan bahwa Jimin akan selalu baik baik saja.Pintu terbuka memunculkan dokter yang menangani Jimin, dan berkata
"Jimin, penyakitnya sudah memasuki stadium akhir dan menggerogoti seluruh tubuh bagian dalam Jimin. Jimin sangat kuat, dia salah satu pasienku yang sangat hebat. Mungkin jika ini bukan Jimin maka kupastikan dia tidak akan bertahan selama ini. Tuhan menyayangi Jimin, ini sudah takdir. Aku harap kalian tidak kecewa dengan takdir yang di buat Tuhan" akhir dokter itu
Jangan tanyakan bagaimana merahnya aku saat itu. Sungguh sangat menyedihkan. Aku benar benar hancur. Aku merasa seperti orang bodoh yang selama ini tidak tahu penyakit apa yang di derita Jimin. Saat itu untuk ketiga kalinya aku berada di titik terbawahku.
Jimin-ku meninggalkan aku dan semuanya untuk selama lamanya. Tidak ada lagi keributan yang akan terjadi di kelas setelah ini. Tidak ada lagi yang akan mengetuk pintu rumahku malam malam hanya untuk membawakan aku makanan. Tidak ada lagi yang akan menelfonku setiap jam 2 malam hanya karena minta di temani dia yang sedang buang air besar "Ah akhirnya kau mengangkat telfonku juga, sayang temani aku sebentar saja. aku ingin buang air besar. jangan di matikan telfonnya. aku mencintaimu" Tidak ada lagi bulan sabit yang akan aku lihat di wajah tampan Jimin. Tidak ada lagi mata yang menyipit nyaris tidak terlihat di wajah damai Jimin. Tidak ada lagi sekarang, karena Jimin sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anpaman & Euphoria
Romansa"Sudahlah, aku lelah. Aku bosan dengan alur yang begini begini saja. Tapi untukmu aku akan mencoba kembali. Hanya untukmu, kau sahabatku" Kang Sulji