III. Bisakah aku menolakmu?

19 4 2
                                    

Author pov
Setelah kejadian itu, Sulji memutuskan untuk pindah keluar kota. Mau apalagi dia di kota yang seolah setiap titiknya memilik kenangan manis dengannya? Dengan Kim Seokjin. Sulji memutuskan untuk tinggal bersama nenek yang satu satunya orang ia miliki saat ini. Tentu wanita tua itu tau semua. Sulji menceritakannya. Sampai berbulan bulan lamanya Sulji sampai mengurung diri di rumah.

Dan akhirnya nenek mulai khawatir dengan cucunya yang rapuh itu, nenek tidak tinggal diam, nenek memberi nasihat dan segala omongannya bahwa Sulji harus melanjutkan kehidupannya termasuk untuk sekolah. Dan pada akhirnya, setelah menimbang dan berpikir jernih benar kata nenek 'Jangan hanya karena cinta kau terus terlihat menyedihkan seperti ini' kata nenek.

Mau sampai kapan juga?

Sejak kejadian itu, seorang gadis muda bernama Sulji enggan dengan masalah cinta. Bisa di katakan Sulji terauma dengan cinta. Butuh waktu lama rasanya untuk Sulji membuka hati dan menerima kembali apa itu cinta. Memaaf kan apa yang sepatutnya di maaf kan. Dan memulai kembali kehidupan baru setelahnya.
Flashback off

--

Sulji pov
Setelah kurang lebih seminggu berjalan, masih sama dan tidak ada perubahan. Hanya saja aku sering melamun, memikirkan permintaan yang tidak di paksa sama sekali oleh Yumi.

Aku benar benar berpikir keras tau, ini membuatku pusing dan bingung

Ting

Yumi:
"Jangan terlalu di pikirkan, aku terlalu egois jika memaksamu menerima kemauanku. Seminggu ini kau banyak melamun, aku tidak suka."

Seperti itu pesan masuk yang aku terima dari Yumi, seperti kalimat penenang untukku. Lihat betapa manis dan sangat pengertiannya dia kepadaku.

Ugh, bukannya tenang aku malah semakin memikirkan ini.

Sulji

"Kau sangat ingin pergi ke konser BTS itu?"

Yumi:
"Apa aku harus menjawab pertanyaan konyol itu? Tentu saja sangat ingin"

"Tapi apa aku bisa menikmati konser itu jika sahabatku ini merasa tidak nyaman? Kumohon, aku tidak memaksamu dan Jimin akan mengerti"

Sulji
"Akan aku pikirkan sekali lagi, jangan khawatirkan aku. Aku menyayangimu"

Dan setelahnya tidak ada balasan dari Cindy melainkan pesan baru dari si bantet, Jimin

Jimin:
"Yak pendek! Kau dimana? Sedang apa? mau ke pasar malam denganku?"

HAHAHA baiklah mungkin ini tidak akan buruk, pergi ke pasar malam dengan Jimin

Segera aku mengetik balasan,
"Jemput aku jam 7 dan jangan telat!"

Jimin:
"Siap"

Dan disinilah kami, iya aku dan Jimin. Berjalan jalan sambil memakan jagung bakar yang kami beli, ah maksutku Jimin yang beli jagung bakar ini untuk aku dan dia tentunya. Hei aku sedikit geli dengan sikap baiknya ini, mengingat jika di sekolah kami seperti tom dan jerry. Mungkin lebih heboh.

Aku dan Jimin memutuskan naik ke wahana kincir angin. Indah sekali langit langit malam yang bertabur bintang, saat kincir angin mulai berputar aku merasa dekat dengan bintang bintang itu. Garis lengkung seperti bulan sabit dengan tidak sengaja terukir wajahku, ini benar benar indah.

"Yak kenapa ini tinggi sekali" keluh Jimin

"Hais dasar penakut"

"YA! YA! KENAPA BERHENTI DI ATAS?!" teriaknya frustasi sambil menutup matanya --lucu.

Anpaman & EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang