BAB III

315 45 9
                                    

"Kamu diet ya, Bin? Pipimu jadi agak tirus."

Pertanyaan itu terlontar di suatu siang dari bibir seorang Han Seungwoo. Changbin yang sedang menyesap teh herbalnya hanya memberikan jawaban berupa gelengan kecil.

"Stres sama tugas. Makanya jadi kurus."

"Kasihan sekali sahabatku ini."

Sahabat. Satu kata itu mampu memporak-porandakan segala perasaan yang Changbin curahkan untuk Seungwoo. Harusnya tidak separah ini efeknya, tetapi entah mengapa si mungil merasakan sakit yang hebat di dadanya.

Bunganya mekar lagi, cabangnya semakin kuat melilit paru-paruku.

Changbin mengembuskan napas keras, berusaha menghilangkan sesak yang mencekiknya tanpa ampun. Obsidiannya melirik Seungwoo yang tampak asyik dengan ponselnya, seperti sedang berbalas pesan dengan seseorang. Pandangannya jatuh pada bibir si tampan yang menyungging sebuah senyum kecil.

Mengapa kamu begitu indah jika aku tidak bisa menjangkaumu, Woo? Mengapa kamu terasa sangat jauh padahal nyatanya kau ada disini?

"Seungwoo!"

Baik Changbin maupun Seungwoo serempak menoleh ke kanan. Mahasiswi Sastra Rusia yang sedang ditaksir Seungwoo tampak melambaikan tangan dengan semangat, yang dibalas dengan sumringah oleh pemuda bermarga Han itu.

"Maaf aku lama, Woo. Kelasku baru saja berakhir."

"Tak apa. Aku belum lama menunggu." Seungwoo membawa gadis itu mendekat dan duduk di sebelahnya, "Bin, ini Saerom yang aku ceritakan padamu kemarin, dan Saerom, ini Changbin. Dia sahabatku sejak kecil."

Seperti dipukul palu besar yang tak kasat mata, Changbin merasa kepalanya berdenyut teramat sakit. Apalagi ia merasa dadanya seperti terbakar, setiap tarikan napasnya menjadi sangat menyakitkan.

"Halo Saerom. Senang bertemu denganmu."

Meski demikian, Changbin mengulurkan tangannya pada Saerom, yang dibalas dengan hangat oleh gadis itu. Ah, benar kata Seungwoo. Saerom sangat cantik dan sempurna, sangat pas jika mereka berdua disandingkan.

"Maaf aku tidak bisa menemani kalian mengobrol. Sebentar lagi aku ada kelas."

"Sampai jumpa, Changbin. Senang bertemu denganmu juga."

Changbin mencengkeram dadanya dengan kuat kala ia meninggalkan kantin. Salah satu cabang dari pohon bunga marigold itu menusuk bronkusnya. Ia terbatuk hebat hingga tersungkur di koridor yang sepi. Maniknya memandang nanar sesuatu yang baru saja ia muntahkan.

Empat kelopak marigold yang berlumuran darah. Bunga itu kembali gugur bersamaan dengan airmata yang meluruh di pipinya.

.

.

.

***

.

.

.

Changbin tidak dungu untuk memahami bahwa selama ini hanya dirinyalah yang menjadi pihak yang mencintai, bukan dicintai. Matanya mampu menangkap dengan jelas segala tingkah laku Seungwoo dan Saerom saling menyukai satu sama lain. Hati Seungwoo telah diambil sepenuhnya oleh gadis cantik yang menjadi idaman seluruh mahasiswa, dan Saerom membalas perasaan Seungwoo.

Benar-benar gadis yang sangat beruntung.

Bukankah menyedihkan? Belasan tahun Changbin menaruh hati pada Seungwoo, mencintainya dengan segenap hati dan perasaan yang ia miliki, menjadi orang yang selalu ada saat pemuda tampan itu membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah. Lalu Saerom datang diantara mereka dan merebut Seungwoo dari sisinya.

Fallen Petals || Seo Changbin x Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang