BAB V

349 46 9
                                    

Trigger warning! Suicidal thought, selfharm

Bagi yang merasa tidak nyaman silakan skip ^^

.

.

.

.

.





Temaram ruangan itu tak membuat sosok yang meringkuk di salah satu sudutnya terusik. Pipinya yang semakin tirus menyisakan jejak airmata lara yang menyayat hati. Ingatannya berputar pada kejadian di kampus tadi siang, pertengkarannya dengan Seungwoo hingga pemuda tampan itu meninggalkannya seorang diri. Segala makian dan tuduhan yang dilayangkan untuknya, tak ubahnya seperti lebah yang berdengung marah di telinganya.

"Kamu itu bodoh, jelek, tidak berguna, Seo Changbin. Jelas Seungwoo lebih memilih Saerom dibandingkan dirimu."

Berulang kali kalimat itu ia gumamkan bak sebuah mantra. Segala sakit yang menghajarnya tanpa ampun sudah tak lagi dihiraukannya. Hatinya jauh lebih sakit hingga seperti nyawanya dicabut secara paksa.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

"Lemah! Lemah! Lemah!"

Changbin mulai membenturkan kepalanya ke dinding. Awalnya hanya benturan ringan, tetapi semakin keras seiring airmatanya yang mengalir cepat ke pipinya. Tak peduli jika terluka, ia sudah mati rasa.

Sebuah cutter kini telah berada dalam genggamannya. Manik obsidian itu memandang mata silet yang masih mengilat itu dengan pandangan kosong. Mungkin benda ini bisa mengakhiri segala penderitaannya.

Changbin mengarahkan cutter itu ke pergelangan tangan kirinya, tepat di urat nadinya yang terlihat menonjol karena tubuhnya yang semakin kurus.

"ARGH!!"

Cutter itu terhempas ke lantai begitu saja. Changbin meremas surai karamelnya dengan frustrasi. Ia ingin mati, dalam kepalanya meneriakkan kalimat yang menyuruhnya untuk segera mati. Namun pada satu sisi akal sehatnya menentang keras.

Changbin merebahkan dirinya di lantai, membiarkan malam memeluk tubuh ringkihnya dan menghapus segala kesedihannya bersama gelap yang akan berganti esok hari.

.

.

.

***

.

.

.

"Woo~"

Seungwoo terlengak kala Saerom memanggilnya. Ia menyunggingkan sebuah senyum tipis untuk menyahuti panggilan sang gadis.

"Maaf cupcake, aku melewatkan sesuatu?"

"Tidak. Aku hanya khawatir kamu melamun sejak tadi." Saerom mengusap bahu Seungwoo dengan lembut, "Mau berkeluh kesah denganku, captain?"

Seungwoo tidak langsung menjawab. Ia malah teringat pada Changbin, sahabat yang telah menemaninya selama belasan tahun. Pemuda itu memang merasa bahagia karena memiliki kekasih yang begitu sempurna seperti Saerom, tetapi ada satu sisi pada hatinya yang merasa kosong. Rasanya tidak sama seperti saat ia bersama Changbin.

"Seungwoo?"

"Ah, maaf aku melamun, cupcake." Seungwoo tersenyum, "Aku bertengkar dengan Changbin."

Fallen Petals || Seo Changbin x Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang