"Rayna kelas berapa?" tanya Jiyoung mulai akrab.
"Kelas 11 Ahjumma" jawab Rayna sambil tersenyum manis.
Namun, jawaban Rayna membuat Jiyoung malah mengernyit heran, "loh....bukannya kamu masih umur 14 tahun?"
"Waktu SMP, saya suruh ikut akselerasi" sahut Kangjoon, sebagai ayah dari Rayna. Sedangkan, sang anak hanya tersenyum setuju. Setelah lama berbincang, Rayna merasa ada hasrat dari alam yang mesti diselesaikan.
"Appa, aku mau ke toilet," bisik Rayna pada Kangjoon.
"Oh! Manager Hwang, toilet dimana ya?" tanya Kangjoon langsung merespon permintaan Rayna tadi.
"Toilet? Itu lurus aja, nanti kalo liat pintu tulisannya 'ruang pakaian' nah di depannya ada toilet, bisa kan?" Rayna mengangguk mengerti instruksi yang diberikan Jiyoung tadi.
Rayna pun segera beranjak dari tempat ingin memenuhi hasrat alamnya. Sesuai instruksi, Rayna lurus hingga ia mencari dimana ruang pakaian yang menjadi patokan tadi, rupanya pintu ruangan itu terbuka hingga hampir tak terlihat oleh mata gadis itu.
Mata Rayna malah membelalak terkejut saat terlihat jelas apa yang ada di dalam ruang pakaian itu. "Renjun!!" Rayna terduduk terkejut melihat keadaan Renjun yang begitu mengenaskan, hingga ia melupakan hasrat yang tadinya mencuat.
Renjun terlihat pingsan dengan wajah penuh luka, ditambah terlihat jelas bekas cetakan seterikaan di punggungnya. Teriakan Rayna membuat Jiyoung dan Kangjoon buru-buru lari menuju suara, takut Rayna mengalami sesuatu.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa, sayang?" tanya Kangjoon sambil mengelus surai anaknya yang kecoklatan. Rayna sedari tadi terlihat murung dan gelisah, bahkan saat sudah berada di mobil.
"Renjun.....Appa" lirih Rayna sambil memainkan kukunya, kepalanya menunduk, gelisah dalam mencuat jelas di hatinya.
"Tadi kan Hwang Ahjumma udah bilang bahwa Renjun akan baik-baik saja" ujar Kangjoon berusaha menenangkan anaknya dari kuatnya rasa gelisah itu.
"Nggak, Appa....Rayna takut...." Suara Rayna semakin melirih, rasa gelisah dan khawatir tak mau pergi, pikirannya hanya tertuju pada lelaki yang ia kenal dua tahun lalu, awalnya Rayna hanya menganggap menolong Renjun adalah sebagai tanggung jawab dirinya atas jabatannya sebagai sekertaris kelas, tapi lama-kelamaan ada gejolak rasa lain di hatinya.
Kangjoon hanya bisa menghela nafasnya, tak dipungkiri ia juga merasakan sesuatu yang aneh saat melihat betapa buruknya kondisi Renjun tadi. Mungkin tak bisa ia bayangkan, jika nanti Rayna tak menemukan Renjun di ruang pakaian saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blamed |Hwang Renjun| [END]
Acak"sialan! kau yang membunuh anakku!" "pembunuh! mati saja sana!" "Ayah....Bunda....bukan aku!"