Empat Hadiah - @RyeraReyr

145 20 5
                                    

"Ini di mana?" tanya Alex. Beberapa saat yang lalu dia sedang duduk di atas tempat tidurnya, membaca buku sambil berkhayal. Sekarang, dia berdiri di sebuah padang rumput yang subur dan indah. Hamparan hijau dengan kilau bewarna-warni menyambut matanya ke mana pun Alex menoleh. Tempat ini terasa ... ajaib. Sangat ajaib.

"Cepat, cepat!" teriak sosok hijau kecil yang tak mirip dengan makhluk mana pun yang pernah dilihat Alex. "Ayo cepat! Pestanya sebentar lagi! Cepat!"

"Pesta apa?" Alex menunduk, berusaha melihat makhluk hijau itu lebih jelas.

"Bayi Kerajaan Dongeng!" jawab si makhluk hijau dengan tak sabar. "Pesta penamaan sang bayi Nusantara! Ayo cepat! Kita tidak ingin terlambat, betul bukan?"

Alex mengangguk asal dan mengikuti makhluk hijau itu berlari menembus rumput lebat. Alex menoleh ke sekitarnya, takjub melihat kilauan aneka warna yang tadi dia lihat ternyata adalah peri-peri cantik yang memakai pakaian tipis yang melambai-lambai selagi mereka berterbangan di antara batang-batang rumput, tertawa dengan riang.

Alex, si makhluk hijau, dan para peri berhenti di pinggir hutan setelah berlari entah berapa warna. Alex tidak merasa lelah sama sekali, dia malah merasa gembira seolah seluruh kebahagiaan dunia telah menggenangi hatinya.

Alex memandang sekelilingnya, mengamati dengan takjub semua yang juga hadir di sana. Bidadari yang jelita. Hewan-hewan yang dapat berbicara. Para penyihir dengan jubah hitam panjang menjuntai. Roh-roh alam yang rupawan. Bahkan manusia-manusia berwajah ramah dan hangat.

"Keren," bisik Alex kagum.

Si makhluk hijau meliriknya. "Kau bukan dari Kerajaan Dongeng, ya?"

Alex ragu-ragu, takut untuk menjawab tidak. Bagaimana jika menyusup masuk adalah hal yang ilegal di tempat ini, bahkan jika dia saja tak mengerti mengapa dia bisa ada di sana?

"Jawab saja. Tak ada yang akan memakanmu di sini, aku jamin."

"Bukan, aku bukan berasal dari sini," Alex akhirnya berkata.

"Ah!" Mata si makhluk hijau berkilat-kilat antusias. "Tak ada waktu yang lebih tepat lagi untuk berkunjung! Selamat datang!"

"Eh, terima kasih." Alex sekali lagi memandang sekelilingnya. "Memang sekarang sedang ada apa?"

"Pesta penyambutan bayi Nusantara yang baru," makhluk hijau itu menjelaskan dengan senang hati.

"Mana bayinya?" Alex menoleh, mencari-cari.

"Sst," kata si makhluk hijau. "Belum saatnya si bayi datang. Kita harus menunggu."

Alex mengerutkan dahi. "Sebenarnya bayi Nusantara itu bayi apa, sih?"

"Penduduk Kerajaan Dongeng yang baru," balas si makhluk hijau. "Itu sebabnya kita harus menyambutnya!"

Makhluk hijau itu tidak terlalu membantu, sebenarnya. Alex baru saja memutuskan untuk mencari sumber informasi lain ketika bunyi Plop! nan merdu meledak di udara dan semuanya mendadak saling bergumam penuh semangat.

"Itu bayinya!" si makhluk hijau memekik antusias. "Lihat, dia imut sekali!"

"Bayi itu cowok atau cewek?" Alex ikut memperhatikan. Bayi itu tidak terlihat mirip adik perempuannya maupun adik laki-lakinya sama sekali.

Si makhluk hijau menatapnya jengkel. "Bayi Nusantara tidak memiliki gender," dia mengumumkan dengan gaya angkuh.

"Oh."

"Tapi," Makhluk Hijau berbisik pada Alex dengan gaya bersekongkol, "bayi ini lebih mirip cewek."

"Oh, oke." Alex tidak melihat perbedaan sama sekali.

Mendadak, muncul cahaya keemasan yang menyilaukan di sekeliling si bayi. Setiap detiknya, cahaya itu semakin terang dan semakin menyilaukan sampai-sampai hampir seperti menelan si bayi.

Alex menahan jeritan. "Apa itu?"

"Upacara penamaan!" Makhluk Hijau menjawab girang. "Kerajaan Dongeng akan menentukan nama yang sempurna untuk bayi itu!"

Mereka menunggu beberapa lama lagi sampai sebuah suara berkata, "Nusantara Pen Circle."

Semuanya bersorak dan bertepuk tangan. Si bayi mengeluarkan rengekan kecil.

Para penyihir melangkah maju. Semua orang langsung diam, mengamati.

"Apa yang terjadi?" Alex bertanya pelan, gelisah, takut para penyihir akan menyakiti si bayi.

"Tidak apa-apa," Makhluk Hijau menenangkan. "Sekarang waktunya mereka memberikan anugerah pada Nusantara Pen Circle. Hadiah."

Alex mengangguk.

Penyihir pertama maju. "Aku menghadiahkan kebaikan hati pada bayi Nusantara Pen Circle. Hatinya akan senantiasa dipenuhi cahaya." Sebuah cahaya bewarna keemasan mengelilingi si bayi. Penyihir itu lalu mundur.

Penyihir kedua maju. "Aku menganugerahkan bayi Nusantara Pen Circle kemampuan untuk menuturkan kisah-kisah terindah di dunia. Hendaknya kisah-kisah itu membawa cahaya ke dalam dunia." Bayi itu bercahaya lagi. Penyihir kedua mundur, memberi tempat bagi penyihir ketiga maju.

"Hadiah dariku agar bayi Nusantara Pen Circle selalu membawa kemahsyuran ke mana pun kakinya melangkah. Hendaknya namanya yang penuh cahaya akan selalu menerangi mereka yang dikuAlexi kegelapan," kata penyihir ketiga dengan suara monoton. Sekali lagi si bayi diselimuti cahaya emas hangat.

Ketiga penyihir berbalik ke tempat mereka semula. Semuanya bertepuk tangan. Lalu mereka diam, seperti sedang menunggu sesuatu.

"Dia telat," bisik Makhluk Hijau.

"Sia-?" Diiringi suara ledakan keras, penyihir keempat muncul di samping si bayi.

Dia tertawa, kedengarannya jahat sekali.

"Itu peri jahat dari cerita Putri Tidur?" Alex bertanya.

"Bukan," balas Makhluk Hijau bingung. "Itu penyihir jahat dari Kerajaan Dongeng."

"Kalian mengadakan pesta tanpa mengundangku?" Penyihir jahat dari Kerajaan Dongeng terkekeh.

"Dia melebih-lebihkan," Makhluk Hijau memberi tahu Alex. "Tak ada yang diundang dalam pesta ini. Kita datang sendiri begitu mengetahui ada bayi Nusantara yang baru lahir."

"Apa dia akan menyakiti bayi Nusantara Pen Circle?" Alex bertanya cemas.

"Tidak, kok," jawab Makhluk Hijau santai. "Dia hanya akan menghadiahkan yang jelek-jelek pada si bayi."

"Apa?" Alex panik dan hendak merangsek maju. Dengan sigap para peri menyihirnya agar tak bisa bergerak.

"Semua penduduk Kerajaan Dongeng harus memiliki secuil kegelapan," kata Makhluk Hijau dengan nada meminta maaf. "Kalau kau mencegah bayi Nusantara Pen Circle mendapatkan bagiannya, keseimbangan dunia akan kacau."

Di depan Alex, si penyihir jahat sekali lagi tertawa jahat. "Aku juga punya hadiah untukmu, Bayi Manis."

Semua yang hadir di sana terdiam menahan napas, menunggu kejelekan apa yang akan ditimpakan si penyihir jahat.

"Aku menghadiahkanmu ...." si penyihir memberi jeda sejenak, tersenyum puas. Entah dia sedang berpikir atau memberi efek agar terdengar dramatis. "Aku menghadiahkanmu ... bayangan gelap cambuk agar selalu mengikuti bayi manis ini ke mana pun dia pergi. Semoga cambuk itu dapat terus memecutnya agar dia tak pernah berhenti berlari."

Alex mengerutkan dahi sewaktu si penyihir menutup kalimatnya dengan pekikan-pekikan yang mungkin dimaksudkan terdengar mengerikan, tapi malah terdengar menggelikan di telinga Alex.

Segera setelah si penyihir jahat menghilang pergi, semua penduduk Kerajaan Dongeng yang hadir langsung bergerak mendekat pada si bayi Nusantara Pen Circle. Sihir yang tadi menahan Alex agar tetap diam di tempat menghilang. Alex ikut mendekat, penasaran.

Dilihatnya bayi itu sedetik, lalu dia berkedip dan mendadak Alex sudah berada di kamarnya lagi.

Love  Box - Kado untuk NPCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang