Garis Kematian - @Catsummoner

70 14 2
                                    

"... asal jangan lupa dedlen. Hari ini, lho!"

Sebaris kalimat yang terpampang manis di ruang bicara grup kepenulisan yang belakangan ini kuikuti membuat jantung serasa berhenti berdetak sepersekian detik.

Deadline, katanya? Hari ini???

Gusti nu Agung! Hari ini, tepatnya sekitar sejam lagi sudah batas kematian untuk pengumpulan karya!!!

Laptop ... sudah cukup lama sejak terakhir kupencet tombol shut down. Untuk menyalakan kembali, butuh setidaknya lima menitan utk boot up. Aaahhh ... ingin rasanya aku meneriakkan kata-kata kutukan pada laptop bapuk yang bahkan kalah cepat proses mengolah datanya dibandingkan laptop pinjaman dari mertuaku dulu.

Tidak ... tidak. Aku tidak boleh membuang waktu untuk melakukan hal-hal yang bisa menjadi karma yang menggigitku kembali di kemudian hari. Sebapuk-bapuknya itu laptop, dia sudah sangat membantuku menjalani kerjaan beberapa tahun terakhir. Lagipula, bukankah ada istilah, "Jelek-jelek, punya sendiri?"

Sekarang, aku harus memantapkan segenap kemampuan dan konsentrasi untuk mulai menulis.

Sempatkah?

Aku mencoba menenangkan diri. Bukankah beberapa bulan yang lalu aku berhasil menyelesaikan event gila yang mengharuskan untuk menulis setiap hari? Kalau saat itu bisa. Kali ini juga bisa. Tidak ... Aku harus bisa!

Sebelum itu, lebih baik kubaca sekali lagi persyaratan karya yang harus kutulis melalui catatan grup. Mataku membeliak. Tanpa sadar bibir bawahku beradu dengan gigi.

Apa ini ... file tulisan harus disimpan dalam bentuk document?

Aduh, gawat! Aplikasi di ponsel hanya menyediakan fungsi menyimpan dalam bentuk txt.

Dalam kepanikan kucoba meminta saran pada teman-teman melalui ruang bicara. Ah, syukurlah masih ada yang memantau!

Kinu, biarpun kau kardus, saat ini ... aku padamuuu!!!

Sampai diberi panduan berupa screen shot segala. Sayang sekali aku bahkan sudah kehabisan waktu untuk merasakan haru atas kebaikan hatinya. Segala informasi itu sama sekali baru bagiku.

Ah, tidak ... tidak. Sebetulnya aku sudah tahu keberdaan fungsi itu tetapi selama ini aku tidak pernah sempat menjajal kemampuannya. Ya, aku termasuk generasi tua yang membutuhkan waktu lama untuk mempelajari teknologi, jadi begitu menguasai satu hal, akan kugunakan terus hingga batas maksimal yang bisa kucapai sebelum memberanikan diri mencoba teknologi baru lagi.

Ah, sarannya tidak sempat kuikuti lagi. Waktuku terlalu terbatas untuk mencoba-coba hal baru. Maafkan aku, sahabat ... Sekarang ini aku lebih memIlih untuk berjuang dalam jalan yang kukenal, daripada malah tersasar. Namun, sungguh ... kuucapkan terimakasih banyak dari lubuk hatiku yang terdalam untuk bantuannya.

Sambil menunggu mesin-mesin mini dalam laptop mulai meraung untuk menyalakan segala fungsi canggihnya, kucoba menulis sebisa mungkin di aplikasi catatan telepon pintarku saja.

Jemari tangan kanan dan jempol tangan kiriku terus menari dengan kecepatan tinggi. Memencet-mencet tombol virtual pada layar sentuh ponsel pintarku. Mencoba merangkai kata dan kalimat sebanyak yang aku bisa.

Apakah sudah masuk di akal?

Apakah tulisan ini layak untuk dipersembahkan bagi grup yang memberi kesempatan bagi anak-anak dalam kepalaku kesempatan untuk muncul ke dunia sebagai sebuah cerita?

Aku tidak tahu.

Saat ini aku hanya bisa terus menulis semampuku. Untuk nantinya kukirim ke laptop melalui nirkabel. Ya, teknologi. Apa jadinya makhluk malas sepertiku tanpanya.

Menyesal juga, mengapa tidak kupelajari dengan lebih mendalam. Sehingga aku tidak perlu repot-repot mengirim file txt ini untuk diubah dalam bentuk doc.

Ah ... waktu terus berjalan dengan tenang. Tidak terlalu cepat, tidak juga terlalu lambat. Tidak peduli apakah ada manusia yang sedang berkutat dikejar putaran jarum detiknya yang terus berdetak konstan.

Bulir-bulir keringat mulai membasahi pelipisku.

Tidak bisa begini terus. Tulisan ini harus segera kukirim ke laptop supaya aku tahu sudah sejauh mana aku melangkah.

Pertama-tama, buka dulu program software menulis dokumen di laptop. Ya, karena program satu itu termasuk yang butuh waktu untuk siap digunakan, nomor dua setelah software menggambar.

Detik-detik yang mencekam. Akhirnya aku melihat jumlah angka yang terpampang. Syukurlah, aku berhasil mencapai batas minimal jumlah kata yang diharuskan.

Akan tetapi, ketika aku melirik pada penunjuk waktu. Aku menyadari bahwa garis kematian hanya terpaut dua menit dariku. Aku harus segera mengirim karya ini sekarang juga!

Secepat kilat kubuka email dan bergegas mengirim secepat mungkin.

Ketika kulirik lagi waktunya.

Ah ... Ternyata aku terlambat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love  Box - Kado untuk NPCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang