Accident

52 3 1
                                    

Aku baru saja sampai di rumah. Dari luar suasana tampak sepi, tidak seperti biasanya. Pintu gerbang yang terkuci, dan Garasi mobil yang dibiarkan terbuka. Mama juga sepertinya tidak ada di Rumah.

Perlahan aku membuka pintu gerbang, dengan bekal kunci cadangan yang selalu dititipkan Mama saat Mama pergi menemani Papa dinas ke luar kota. Mama tidak akan membiarkanku kesulitan, dan tentu saja aku juga butuh akses untuk masuk ke dalam rumahku.

Aku segera masuk ke dalam rumah. Dan berteriak seperti biasa.

"Aku pulang .."

Tidak sahutan.

"Assalamu'alaikum,"

Tetap tidak ada balasan. Aku jadi semakin khawatir.

"Ma?"

Tidak ada orang.

Aku melangkah gontai menuju ruang tengah. Ada secarik kertas yang tergeletak di atas meja, mungkin saja itu pesan dari Mama. Aku meraih kertas itu lalu membacanya.

Key, Papa kecelakaan. Mama ke rumah sakit untuk melihat kondisi Papa. Segera menyusul, dan bawa beberapa perlengkapan yang di perlukan.

Peluk cium,

Mama

Seketika air mataku luruh seusai membaca surat dari Mama. Ada rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh yang entah apa itu namanya. Aku jadi menyesal, andaikata tadi aku tidak mengabaikan panggilan Mama.

Mama, maafkan aku.

Aku berusaha menguatkan diriku. Hingga beberapa saat, aku butuh waktu untuk mencerna situasi ini. Otak waras ku masih enggan menerima apa yang telah terjadi. Kenapa bisa secepat ini? Papa bukan tipe orang yang serampangan ketika mengendarai mobil. Kenapa bisa jatuh semudah itu?

Setelah dirasa cukup kuat. Aku bangkit menuju kamar utama untuk mengambil beberapa pakaian Papa. Berjaga-jaga andaikata Papa perlu di rawat. Mama memang tidak bilang kondisinya parah, hanya saja aku tetap khawatir. Papa sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Aku segera pergi ke rumah sakit dengan menggunakan Lykan Hypersport yang sempat di berikan Papa beberapa tahun yang lalu. Persetan dengan linsesi mengumudi, kali ini keadaan sedang darurat.

-__-

Beberapa saat setelah sampai di rumah sakit. Aku menghampiri seseorang yang tengah menagis di depan bangsal IGD.

"Ma, bagaimana keadaan Papa?"

Bukan menjawab pertanyaan. Mama menangis sejadinya, membuatku takut sekaligus khawatir. Aku memeluk berusaha untuk menguatkan Mama.

"Ma?"

"Ada apa ini? Papa baik-baik saja kan? Dokter bilang apa?"

Mama menatapku dengan tatapan sendunya. Ada semacam rasa takut yang tersirat dari sorot matanya. Membuatku semakin khawatir berkali-kali lipat dari sebelumnya.

"Katakan, Ma. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Papa?"

Mama tetap terdiam. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Aku berusaha memahami itu. Aku tidak bisa memaksa, Mama perlu waktu mengatakannya. Memberikan nya sedikit ruang mungkin itu lebih baik. Aku memeluk Mama untuk yang kesekiankalinya. Mencoba menyalurkan kekuatan, sekalipun aku juga tidak kuat menghadapi kenyataan. Tapi aku juga tidak boleh lemah. Atau Mama akan hilang kekuatan.

DELUSI [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang