Suster Kesayangan

36 3 0
                                    

Please stay with me,
no matter how afraid you are of the world.

---

Beberapa hari berlalu, setelah insiden kecelakaan itu. Dokter menyatakan Papa sudah melewati masa kritisnya. Papa juga sudah melakukan operasi transplantasi hati dariku tentunya. Meski kondisinya sudah cukup membaik, Papa masih dalam keadaan vegetatif, dimana otak kehilangan kontrol atas tubuhnya sendiri.

Banyak hal yang terjadi beberapa hari ke belakang. Tentang Mama yang begitu sabar menghadapi kenyataan, ketika Papa masih dalam keadaan kritis. Tentang Dokter yang menolong Papa yang berhasil ku ketahui identitasnya. Dan tentang ku yang diam-diam mendonorkan sebagian hatiku untuk Papa.

Karena aku tahu Mama tidak akan pernah sekalipun memberikan izin padaku untuk melakukannya. Malam itu aku menemui Dokter bedah untuk melakukan serangkaian pemeriksaan. Dari hasil medis, aku dinyatakan layak untuk mendonor.

Betapa bahagianya Mama ketika mengetahui fakta itu. Fakta dimana Papa, sudah mendapatkan seseorang untuk memperbaiki hatinya. Tanpa dia tau akulah yang melakukannya. Rasanya sangat miris menyadari bahwa aku telah membohongi ibuku sendiri.

Hari itu adalah terakhir kali aku melihat Papa. Sudah beberapa minggu pasca operasi, aku belum lagi bertemu denganya. Mengingat aku juga masih dalam masa pemulihan. Aku belum bisa kemana-mana. Aku rindu, sangat rindu. Sehari tak bertemu rasanya sewindu.

---

Suasana pagi begitu damai menyelimuti hati. Aku masih disini terdiam dalam hangat nya sepi. Pagi yang dingin ini mengantarkan ku pada sekelumit rasa yang pernah hadir dan ku miliki. Aku menatap sendu ke arah jendela yang dibiarkan terbuka sejak semalam. Biasanya di jam-jam seperti ini, seseorang akan membangunkanku dan memaksa untuk sarapan.

Dan benar saja, dia datang, membuat ribut di pagi hari.

"Selamat pagi Nona Key, bagaimaina keadaanmu?"

"Sudah lebih baik."

"Syukurlah. Aku seperti biasa membawa sarapan untukmu. Jangan lupa dimakan ya! Dokter Kim akan datang sebentar lagi untuk memeriksa keadaan mu."

Dia memberikan sebuah nampan padaku, yang berisi semangkuk bubur dan segelas air hangat. Ada juga potongan buah apel sebagai pelengkap.

Tidak ada desert untuk orang sakit, huft ....

"Terimakasih suster."

"Sama-sama."

"Oh ya, perlu ku suapi?" tanyanya, aku menatapnya bingung.

"Tanganmu masih pegal akibat infus, kan?"

"Tidak perlu sus, terimakasih."

"Baiklah kalau begitu, aku akan keluar sebentar, nanti kembali lagi. Sampai jumpa, nona."

"Hmm"

Aku segera melahap bubur yang dibawakan suster itu. Tidak mau mengambil resiko dimaharahi olehnya, karena demi apapun suster itu lebih cerewet daripada Mama. Suster Ren namanya, suster yang merawatku selama beberapa hari ini.

DELUSI [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang