Cinta Dalam Diam

84 7 4
                                    

Cinta dalam diam membunuhku secara perlahan. Diam-diam, dia menyusup ke celah-celah rasa, menyisakan sedikit rindu disana. Ada rasa penasaran setiap kali rindu itu bisa hadir. Ada rasa ingin mendekati, namun hati tak mampu untuk memiliki. Tapi aku benci keadaan ini, karena setiap kali rindu itu datang, aku tidak bisa menepisnya, sekalipun dengan sangat hati-hati. Hingga pada akhirnya, hal yang tidak aku harapkan, terjadi dalam sekejap.

--__--

Pagi yang sunyi, ku tatap ke luar jendela, sisa-sisa air masih menempel bekas hujan semalam. Aku mengusapnya perlahan, hingga pandanganku tertuju pada seseorang yang entah sedang apa dia di jalanan sana.

Aku menatapnya samar di balik jendela. Ada sedikit rasa penasaran. Ingin tahu apa yang sedang dilakukannya. Namun aku buang jauh-jauh perasaan itu. Lagipula, aku juga tidak ingin mencampuri urusannya.

Jam 07:30 aku segera bersiap-siap untuk pergi ke Kampus. Aku segera membereskan buku, kemudian merapikan khimarku yang semula acak-acakkan. Hari ini, aku harus datang lebih awal, mengingat kali ini jadwalnya Dosen killer itu mengajar.

Setelah semuanya siap, aku segera melangkah ke luar kamar, menghampiri Mama yang sudah menunggu di meja makan.

"Pagi, Ma." sapaku pada Mama.

"Pagi juga, Key." balas Mama dengan senyum hangatnya.

"Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama.

"Papa sudah berangkat sejak satu menit yang lalu." jawabnya.

"Ayo cepat sarapan Key. Nanti kamu terlambat." ucap Mama, sembari menyiapkan nasi untukku.

"Iya, Ma." jawabku. Setelah itu akupun sarapan dengan sedikit terburu-buru, karena takut Dosen itu datang lebih pagi dariku.

Setelah selesai sarapan, aku segera berangkat ke Kampus. Tak lupa sebelum itu aku pamitan pada Mama sambil mencium tangannya

"Keysa berangkat dulu ya, Ma." pamitku pada Mama.

"Hati-hati." ucap Mama. Aku hanya mengangguk pelan.

"Assalamu'alaikum." ucapku.

"Wa'alaikumussalam." jawab Mama.

Lalu akupun berangkat diantarkan oleh supir andalan Papa. Sementara itu, Mama masih tetap berdiri di ambang pintu sambil memperhatikanku yang mulai menjauh.

Beberapa menit berlalu, aku telah sampai di Kampus.

"Terimakasih sudah mengantar ku, Pak. Nanti tidak usah di jemput, aku ada rapat organisasi. Takutnya agak lama." kataku pada supir yang mengantarku.

"Baik, Non."ucapnya. Kemudian dia pergi meninggalkanku.

Aku segera melangkah ke Kelas, dengan langkah yang terburu-buru. Hingga tanpa sengaja aku menambrak seseorang yang ada di depanku, sampai menjatuhkan beberapa barang miliknya. Seketika itu juga, dia memungut barangnya yang jatuh tanpa bantuan dariku.

"Maaf, aku tidak sengaja." Aku merasa bersalah. Sekilas dia menatap ke arahku, binar matanya sangat menyejukkan.

"Tidak apa, lain kali jalannya hati-hati." ucapnya seraya berdiri berhadapan denganku.

"Terimakasih, sekali lagi aku minta maaf." ucapku merasa tidak enak padanya. Sesaat dia tersenyum, manis sekali.

"Tak apa, tidak perlu di pikirkan." ucapnya. "Kalau begitu aku permisi. Assalamu'alaikum." sambungnya lagi, kemudian dia berlalu meninggalkanku.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." ucapku yang masih gugup, aku masih merasa syok dengan kejadian tadi.

Dengan ragu aku melanjutkan langkah untuk pergi ke Kelas. Sedari tadi entah kenapa jatungku tidak bisa berhenti berdegup. Ada rasa bersalah karena tidak membantunya memungut barang yang jatuh tadi. Namun disisi lain, dia membuat hatiku berdesir. Tatapan matanya yang sejuk, membuatku kepikiran terus. Mungkinkah ini yang dinamakan cinta ? Jika iya, aku akan merahasiakannya dari siapapun.

🐰🐰🐰

To be Continue.

DELUSI [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang