BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA⚠️
HAPPY READING💙
"Naik," titah Jaksel, yang kini sudah berada di atas motor seraya menatap gadis cantik berambut panjang yang sepertinya adalah gadis aneh yang sebelumnya berlari saat bertemu dengannya di minimarket.
Gadis itu menatapnya ragu-ragu, sebelum menoleh ke arah Alfi, dengan tatapan memelas.
"Naik aja kak, dia ngga bakal macem-macem kok sama lo!" ujar Alfi menenangkan sang kakak, tahu jelas pikiran absurd milik saudarinya itu.
Viola menatap Alfi dengan tatapan serius yang mungkin jika disuarakan berucap 'yakin lo?'dan kemudian dibalas anggukan mantap oleh cowok itu. Gadis itu merengut kesal sebelum kemudian mendesah pasrah.
Jaksel mengangkat sebelah alisnya, tampangnya sekriminal itu kah? Sampai gadis yang menjadi kakak Alfi ini sepertinya ogah-ogahan pulang bersamanya.
Tepat setelah Viola naik ke atas motornya, Jaksel menyalakan mesin motor miliknya dan kini menjalankan motor besar itu meninggalkan warung yang menjadi tempat ngumpul Arion.
Arion, Geng yang menjadi salah satu ciri khas SMA Tangkasa ini dipimpin oleh Jaksel. Dengan 176 anggota yang berasal dari 3 angkatan sekaligus, Arion cukup ditakuti oleh kebanyakan murid di sekolah. Arion sendiri rata-rata beranggotakan cowok-cowok yang mempunyai tampang diatas rata-rata dan bertubuh atletis.
Walaupun kenakalan anak-anak Arion sudah dikenal oleh seluruh penjuru sekolah, tetap saja mereka semua mempunyai banyak fans dari kelas senior maupun junior. Mungkin Efek dari ketampanan anak-anak Arion yang terlalu besar.
Termasuk Jaksel, laki-laki yang mempunyai mata tajam itu memiliki penggemar dimana-mana. Bahkan ada beberapa yang berasal dari SMA lain, saking terkenalnya Arion.
Euforia di motor besar milik Jaksel terasa cukup sepi. Berbanding terbalik dengan suasana jalanan malam yang ramainya minta ampun. Malam minggu, jelas membuat wilayah Jakarta menjadi 2 kali lipat terasa penuh oleh lautan manusia. Lampu-lampu jalan bewarna-warni diiringi klakson mobil dan motor yang bersahu-sahutan lantas menjadi backsound alami saat dihadang lampu merah.
"Minimarket mana??" Tanya Jaksel, ketika mengingat ucapan Alfi sebelumnya. Cowok itu berbicara sedikit keras, takut-takut cewek yang ada diboncengannya ini tidak dapat mendengar apa yang ia katakan.
"Eng.. ga jadi. Langsung pulang aja," ujar Viola pelan membuat Jaksel hanya mengikuti kemauan gadis yang seumuran dengannya itu.
Suasana kembali hening, setelah pertanyaan singkat yang diujarkan Jaksel sebelumnya, keduanya lebih memilih membungkam mulut daripada melanjutkan percakapan.
****
Canggung dan gelisah, adalah hal yang tepat untuk mewakilkan perasaan Viola saat ini. Duduk di belakang orang yang sama sekali tidak ia kenal, membuat gadis itu tak bisa berbicara dan bersikap sesukanya. Terlebih orang yang mengantarnya pulang, adalah laki-laki yang sebelumnya pernah membuatnya takut.
Semuanya gara-gara Alfi! ya tentu saja Viola akan memarahi habis-habisan anak itu jika dia sudah pulang ke rumah.
Alasan yang pertama, karena laki-laki itu membuatnya pulang bersama sosok yang ia ketahui bernama Jaksel ini. Dan yang kedua adalah karena Alfi berteman dengan orang-orang yang terlihat seperti preman, termasuk laki-laki yang sedang memboncengnya ini.
Viola bahkan membatalkan niat utamanya keluar dari rumah, yaitu pergi ke minimarket. Sungguh dia tidak nyaman, jika harus berlama-lama dan merepotkan Jaksel. Tentu saja, juga karena gadis itu masih sedikit takut dengan manusia di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKSEL
Teen Fiction"Gue tau! Lo pasti engga suka sama gue kan?!" Tuding Viola geram. Sementara cowok yang sedari tadi menjadi buntut sapi dadakannya spontan tertawa lepas. "Darimananya gue keliatan engga suka sama lo? Coba gue tanya." Jaksel sialan!! Dari sudut panda...