3. SMA Tangkasa

34 4 0
                                    

Masih hidup gak nih pembaca JAKSEL? Absen dulu yuk sini.

Bel istirahat berdering nyaring membuat suasana seluruh kelas lantas menjadi riuh seketika, termasuk kelas XI MIPA-5. Kelas yang sebelumnya tenang dan damai itu kini bak pasar malam saat Bu Vera, guru matematika mereka pergi meninggalkan kelas.

Viola, gadis yang berstatus anak baru itu menoleh heran menatap bangku kosong disebelahnya. Sudah jam istirahat, tapi kenapa sosok teman sebangkunya sama sekali belum masuk ke kelas? Apa dia tidak masuk sekolah?

"Lo pasti heran ya kenapa temen sebangku lo ga masuk?"

Sebuah suara membuat Viola medongakan pandangannya kedepan mendapati sosok gadis dengan rambut sebahu yang berdiri di depan mejanya. Dengan cepat Viola mengangguk, membuat gadis di depannya mengeluarkan tawa kecil.

"Ga usah kaku gitu. Ayo ke kantin bareng gue, sekalian gue jelasin tentang sekolah ini. Lo juga pasti udah tawu nama gue kan?"

Ah, iya Sherly gadis yang berbicara tentang eum apa? Arion ya? Yang sampai saat ini masih membuatnya bertanya-tanya.

"Iya Sherly kan?" Ucap Viola memastikan dan tentu saja disambut cengiran bersahabat oleh Sherly. Gadis dengan rambut sebahu itu tampak bersemangat. Tangannya menggandeng tangan Viola mengajak teman barunya itu keluar dari kelas menuju kantin. Keduanya berjalan beriringan di koridor.

"Good. Oh iya sebelum gue jelasin, gue boleh nanya ngga Vi? Lo kenapa pindah kesini? Bukannya enak di Bandung?" Tanya Sherly membuka percakapan membuat Viola tersenyum tipis dan diam-diam menghembuskan nafas lega.

Untung sekali Viola mendapat teman seperti Sherly bahkan di hari pertama dirinya sekolah di Tangkasa karena jujur saja, Viola bukan orang yang gampang berbaur di lingkungan baru dan dirinya merasa sangat terbantu dengan adanya Sherly.

"Gue pindah kesini? Sebenernya enggak ada alasan khusus. Gue pengen aja balik ke Jakarta gitu, soalnya Paman gue sama keluarganya disana katanya juga mau perjalanan bisnis lama ke luar kota. Jadi ya, orang tua gue khawatir kalo gue sendirian. Sekalian aja balik gitu," Jelas Viola, sebenernya ada satu hal lagi yang membuatnya menyetujui keputusan selain karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir. Ah tapi– tidak usah dibahas, itu tidak penting.

Mendengar penjelasan panjang lebar dari Viola, Sherly membulatkan mulutnya. "Ohh, tapi sayang banget ga sih? Kita kan uda mau kelas akhir, eh lo malah pindah."

"Ya, mau gimana lagi kan? Lagian kalo gue enggak pindah lo nggak akan bisa temenan sama anak Bandung kaya gue," Viola terkekeh di akhir kalimatnya.

Keduanya berjalan menyusuri setiap area kepunyaan SMA Tangkasa, yang awalnya berniat pergi ke kantin berubah haluan menjadi tur singkat yang dipimpin oleh Sherly.

Sejauh ini, Viola sudah menghafal beberapa tempat yang menurutnya penting. Seperti letak UKS, kantin, 3 lapangan ohlaraga, lab.komputer, ruang tata usaha, ruang seni dan perpustakaan.

Teman barunya itu benar-benar membantu Viola dalam hal melaksanakan kewajiban sebagai murid pindahan yaitu mengetahui seluruh area sekolah dengan baik. Gadis dengan tubuh agak pendek itu menjelaskan setiap hal dengan sangat rinci. Seperti sekarang contohnya.

"Toilet yang paling bersih itu cuma yang deket ruang guru. Tapi pokonya kalo lo kebelet jangan pernah milih yang deket kantin oke?"

Viola mengangguk singkat, dalam hati gadis itu mencoba merekam setiap perkataan yang terucap dari bibir Sherly. Keduanya kini berbelok ke arah kantin, tempat tujuan terakhir mereka.

"Nah jadi gitu deh sejarah SMA Tangkasa, masih ada yang lo penasaran atau ngga tau?" tanya Sherly layaknya tour guide sungguhan setelah selesai menjelaskan awal terbentuknya SMA Tangkasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAKSEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang