c h i l

1.4K 159 5
                                    

Tidak tahu mengapa setelah Jisung pulang dari jalan-jalannya bersama Minho kemarin, perasaannya terhadap sosok guru laki-laki itu agak berubah. Sedikit demi sedikit menanam benih cinta di dalam hatinya. Entah apa Minho merasakan hal yang sama dengannya?

Ia hanya bisa berharap.

Sampai saat ini, masih belum ada yang tahu bahwa setiap pergi atau pulang sekolah pasti MinSung akan bersama. Rupanya trik yang Jisung gunakan sangat tepat. Tidak memancing kecurigaan satu orang pun disekolah. Bahkan grup yang julid setengah mampus disekolah aja juga nggak bergeming sama sekali. Amit-amit dah sampe kejadian mah.

Hari ini, sekolah ngadain Pentas Seni gitu. Acara tahunan lah biasa. Seharusnya sih biasa. Sampai Minho yang jadi MC. Itu tidak biasa. Karena biasanya kan yang jadi MC itu OSIS. Gak tau ada angin apa, sekolah menjadikan Minho sebagai MC.

Istilahnya mah sekalian nyemplung, minum air gitu. Jadi ajang Pentas Seni ini juga dibarengi dengan penerimaan anak murid baru. Kan anak sekolah lain kan pada dateng tuh buat liat kegantengannya Mas Minho, jadi pasti banyak yang bakal daftar gitu. Seperti itulah pemikiran Pak Jackson kira-kira. Gak guna banget sumpah pemikiran Jackson yang satu ini.

"Udah siap? " Tanya Minho pas Jisung udah duduk di kursi depan sama dia.

Jisung yang belum liat penampilan Minho sama sekali langsung terkejut pas liat Minho dimobil. Gila. Ini bukan Minho sama sekali.

"K-kak, kok Kakak pake baju begitu? " Ucap Jisung terbata. Gugup karena kegantengan Pak Minho.

"Oh, hari ini kan Kakak jadi MC. Emang kamu gak tau? Kakak bagus gak sih pake begini? " Tanyanya ragu. Ya, meskipun dia juga yakin kalau dia tuh udah ganteng pake banged. Pengen tau pendapat Jisung aja sih.

"Eum, ganteng banget. " Cicit Jisung.

"Apa tadi, kamu bilang apa? "

Untung nggak kedengeran, kalau enggak mah malu setengah mampus dia. "E-enggak, udah jalanin mobilnya sana. Nanti telat. "

"Bilang dulu Kakak Ganteng kayak tadi yang kamu bilang. " Goda Minho.

Sialan, rupanya si Minho denger. Mukanya mau taro dimana ini coba dah. "Halah tai kocheng. Cepetan. " Sengaja Jisung tuh misuh-misuh begini biar kagak ketahuan kalau dia tuh malu gegara digituin sama Minho.

"Jisungnya Kakak, jangan ngambek ya. " Rayu Minho supaya Jisungnya kagak ngambek begitu. Padahal dia juga tau kalau Jisung tuh lagi malu pake banget.

Baper dong gays, Jisung. Udah melebur dia.































Acara Pentas Seni sudah dimulai. Rupanya Minho tak hanya sendiri disana. Tapi juga bersama salah satu perwakilan dari OSIS. Entah siapa namanya. Jisung kurang kenal.

Semuanya berjalan lancar. Satu per satu penampilan ditampilkan dengan sempurna. Walau tak semuanya bagus, namun itulah usaha. Jisung tak menampilkan apa-apa. Lagipula untuk apa? Ia menjadi perwakilan sekolah untuk lomba mata pelajaran saja sudah cukup kok baginya. Apalagi kalau ia menang. Sekolah akan lebih bangga. Ah, tidak tentu ia harus menang.

Bukannya sombong atau bagaimana. Tapi rata-rata piala yang dipajang di sekolah, hampir seperempatnya adalah milik Jisung. Ya, sepandai itu Jisung. Makanya sekolah gak bisa maksa Jisung buat jadi perwakilan begini-beginian.

Semakin siang, semakin banyak juga tamu yang datang dan memenuhi lapangan outdoor yang disulap dan dijadikan panggung. Minho sangat berbeda. Bahkan sikapnya juga berbeda saat ia mengajar dan diatas panggung. Kalau di atas panggung, ia terlihat lebih friendly. Sedangkan kalau dikelas, ia agak terkesan lebih killer daripada sisi friendly dirinya.

SEONSAENGNIM 선생님 • MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang