d e l a p a n

1.3K 167 4
                                    

Gak tau ada angin apa, tiba-tiba Minho mengajak Jisung ke rumah orangtuanya. Jangan tanya sama Jisung. Dia sama bingungnya. Bukan cuma bingung, tapi juga grogi. Masalahnya kan dia bukan siapa-siapanya Minho. Eh, tapi emang harus jadi siapa-siapa apa?

Pokoknya pas itu cuma bilang dandan yang cantik. Pas ditanya malah cuma bilang 'mau ketemu orang, spesial'

Kan gak jelas.

Acaranya sih malem. Jadi, pagi sampai siangnya dia masih bisa sekolah. Biasa lah diantar jemput sama Minho. Bapak guru ganteng.

Oh, iya. Sepertinya mulai terendus aksi mereka berdua. Padahal kan Minho banyak yang deketin, tapi kenapa bisa nemploknya sama Jisung. Sebenarnya, wajar aja kalau Minho suka sesama jenis. Banyak disekolah ini.

Di Minho nya sih gak masalah. Jisungnya yang masalah. Dia kenak bully mulu sama geng cabe sekolah. Iya, yang kayak orang gak ada adab itu.

Tiba-tiba dia di cegat aja pas pagi sebelum bel. Di tarik jambak, atau di selengkat. Masih batas wajar sih. Jadi, Jisung gak apa-apa. Terus Minho juga gak curiga.

Soalnya kan perempuan itu keliatannya baik gitu sama Minho. Apalagi bapaknya punya kuasa. Jadi, Minho juga tak bisa menolak. Walaupun bapak dia juga pemiliknya. Hanya saja yang membedakan bapaknya komite sekolah. Seharusnya sih Minho bisa tolak. Tapi, apa daya kesempatan mana datang dua kali.

Mana bisa ditolakkan modelan kayak Somi begitu. Kan mengundang sekali. Untung iman Minho lemah. Eh maksudnya kuat gitu. Jadi dia masih kuat ngadepin makhluk kayak Somi. Doain aja ya, guys.

Iya, kayak sekarang ini.

"Pak Minho, kok saya di cuekkin? " Ucap Somi sambil membusungkan dadanya ke hadapan Minho. Saat ini Minho tengah berada di ruang guru. Lebih tepatnya mejanya.

"Enggak, Somi. Saya gak cuekkin kamu. Abisnya kamu daritadi begitu aja sama saya. Katanya mau ngomong sama saya. " Jawab Minho seraya menaikkan kacamatanya dan mengecek nilai ulangan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Iya sih, saya pengen ngomong sama bapak. Tapi bapak aja cuekkin saya. " Ujarnya dengan nada yang mendayu-dayu.

"Yaudah, gini aja. Kamu mau ngomㅡ" Ucapan Minho terpotong karena kedatangan seseorang yang sangat amat ia kenal dengan wajah yang tak bersahabat.

"Permisi, Pak Minho. Maaf menganggu, kalau begitu saya pamit dahulu. " Itu Jisung yang ngomong dan abis itu dia pergi.

Somi dan Minho hanya menatap kepergian Jisung sampai ia hilang di balik pintu ruang guru. Ruang guru ini isinya kosong. Minho masih ada disini karena nggak mau bawa tugasnya ke rumah. Jadi mendingan selesain aja, tanggung katanya.

"Ehm, maaf ya Somi. Saya punya urusan. Kalau kamu mau ngomong sama saya, besok aja. Saya duluan. " Pamit Minho untuk mengejar Jisung yang ia harap belum jauh.







•°•°•






Jisung berjalan ke luar sekolah sambil sesekali menendang batu yang menghalangi jalannya ke halte. Padahal batu itu hanya sebuah krikil atau mungkin batu kecil. Tapi tetap saja tak luput menjadi sasaran pelampiasan kekesalannya.

Harusnya ia tidak kesal dan tidak bersikap seperti itu pada Minho. Lagipula, apa haknya untuk cemburu?  Sebenarnya, Jisung telah menunggu Minho selama satu jam lebih sejak jam pelajarannya berakhir. Awalnya, Jisung akan marah dengan Minho yang melupakannya. Tapi entah kenapa rasa amarah itu meluap begitu saja dan digantikan dengan kekesalannya terhadap sikap Somi ke Minho.

SEONSAENGNIM 선생님 • MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang