Arc 2-5: Sawah Surjan

41 6 0
                                    

Bab 19: Sawah Surjan

Bab 19: Sawah Surjan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Kelopak netraku memejam akibat teriknya mentari terlalu silau. Terlebih lagi, aku berdiri di tempat yang teduh, sementara indra penglihatku terpaksa harus melihat pemandangan nan menyilap mata.

Lanskap di depanku sekonyong-konyong berganti menjadi sesuatu nan menakjubkan. Bayangkan, yang awalnya hanya ada jalan kecil dan dinding bangunan-bangunan, kini menjelma pepohonan lebat pula rindang, tanah cokelat subur, rumput-rumput hijau segar nan berlimpah, serta tanaman hias yang ditata rapi.

Aku baru sadar, daripada disebut sebagi rumah, kediaman Sister Mint di hadapanku lebih tepat dibilang demi istana. Bangunan setinggi kurang lebih tujuh meter, pilar-pilar berukir unik yang menyangganya, serta atap limas bergaya eksentrik dengan genting tanah liat model istimewa yang menyelubungi bubung. Ditambah pula berbagai macam tanaman ornamen yang berwarna-warni bunga pun daunnya, dan rerumputan hias pendek nan hijau segar.

"Cris, apakah ini kediaman Sister Mint yang ada di foto?" Ketua yang sedari tadi mematung di samping akhirnya buka mulut.

"Hem." Aku tak menaruh perhatian pada pertanyaan Ketua, melainkan melangkah sendiri menuju pintu masuk istana itu. Ada dua petugas pria berpakaian bak pelayan yang berjaga di sana. Di depan pintu ada kumpulan ubin yang dibuat corak berbeda supaya bisa mencolok perhatian, juga terdapat karpet merah panjang yang menjulur sampai halaman.

"Hei, Cris! Tunggu!" Ketua berlari kecil untuk menyusulku.

Dwipetugas itu membukakan pintu dari kedua sisi, tanpa berucap sepatah kata pun. Mereka mempersilakan kami masuk dengan gestur sopan santun nan khas pelayan kerajaan; badan agak membungkuk, kepala menunduk, serta lengan kanan dibengkokkan di depan dada.

Aku dan Ketua begitu terpana kala menampak interior ruangan. Dinding merah tinggi bercat mahal, pilar-pilar penyangga yang tak kalah uniknya dengan pilar eksterior, tegel bermotif cantik, lelangit yang berhiaskan lampu gantung pernak-pernik nan berkilauan.

"Istana ini benar-benar mewah, ya.... Aku bertanya-tanya dari keturunan mana Sister Mint ini?" pikirku.

Seorang pria kurus tinggi melangkah dari ujung ruangan, dengan beberapa pelayan mengiringi di samping belakang. Pria tersebut mengenakan tuksedo, rambut hitamnya gilap, dan tangan berkaus saling bertaut di depan perut.

"Selamat datang di istana Keluarga Geile! Kalian pasti utusan dari Geng Alpha Besar!" Pria berkumis itu melakukan gestur penyambutan nan ramah. "Perkenalkan, aku sang kepala keluarga, Profesor Giltch Meirer Geile!"

Geile...? Berarti memang benar Lime ada sangkut pautnya dengan ini....

Aku agak membungkuk, mengembangkan senyuman yang biasa ditunjukkan saat pertemuan formal. "Terima kasih atas sambutannya, Profesor. Aku di sini sebagai perwakilan dari Geng Be-Alpha Besar, Cris, dan ini partner saya, Marjan."

Tower in Resonance (hiatus lama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang