4 | Hurtful

674 108 12
                                    

Seulgi mengurung diri di dalam kamarnya sejak malam itu. Gadis itu tak mengijinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya, dia tak ingin berbicara dengan siapapun. Seulgi hanya keluar saat tengah malam untuk makan, itupun hanya beberapa suap karena dia tak selera dan masuk lagi ke dalam kamarnya untuk menangis sampai dia tertidur. Namun keluarganya tak pernah berhenti untuk membujuknya meski sudah diabaikan oleh Seulgi.

Tok..tok..tok

"Seulgi-ah?" Suara Ibu Kang terdengar dari balik pintu. "Ayo turun, kita sarapan. Kau sudah tak sarapan selama dua hari ini. Ayo, Sayang, makanlah walau hanya sesuap saja."

Seulgi tak menjawab. Tubuhnya terkulai lemas di atas lantai marmer yang dingin, menghadap cahaya matahari yang menembus pintu kaca balkoninya. Rambut panjangnya terurai berantakan menutupi mukanya yang sembab. Matanya yang bengkak menatap kosong sesuatu yang berada di luar pintu kaca yang ada di hadapannya.

"Sayang, kau mau eomma masakkan sesuatu?" Ibu Seulgi mencoba membujuk. "Bagaimana dengan bubur ayam? Kau suka bubur ayam kan, Sayang?"

Seulgi masih tak ingin menjawabnya.

Tok...tok..tok...

"Seulgi-ah?" Kini suara Ayah Kang yang terdengar. "Sayang, buka pintunya. Kau tak rindu dengan Appa, eomma dan oppa-mu, hm?"

"Ayolah, Sayang. Appa ingin melihat wajahmu. Ayo keluar dan kita sarapan bersama." Bujuk Ayah Kang. "Seulgi-ah, kau tak ingin menjawab Appa?"

"Appa, sudahlah." Sela Seokjin yang dari tadi berdiri di depan pintu kamar Seulgi bersama kedua orangtuanya. "Appa dan eomma sarapan saja duluan, biar aku yang urus Seulgi."

Ayah Kang menghela napas berat, menatap lama pintu kamar Seulgi, kemudian beranjak dari sana bersama istrinya. Setelah memastikan ayah dan ibunya benar-benar pergi, Seokjin mengeluarkan kunci cadangan dari dalam sakunya, kemudian masuk ke dalam kamar Seulgi setelah berhasil membuka pintu itu.

Seokjin yang melihat kaki Seulgi di balik tempat tidur, langsung mendekatinya dan terkejut mendapati Seulgi yang terbaring lemah di atas lantai.

"Kang Seulgi!" Seokjin menggoyang-goyangkan pundak Seulgi. Perempuan itu tak merespon, matanya masih tertutup. Kemudian isakannya tiba-tiba pecah, keluar dengan perih dari dalam mulutnya. Bibirnya melengkung ke bawah dan airmata membanjiri wajahnya.

Seokjin terkejut dan langsung merubah posisi Seulgi menjadi duduk, kemudian menarik tubuh lemah yang dingin itu ke dalam pelukannya. Tangisan Seulgi semakin pecah.

"Aku mencintai Taehyung." Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Seulgi, dia mencengkram erat baju Seokjin. "Aku mencintai Taehyung, Oppa."

Seokjin diam, mengelus punggung Seulgi yang sesegukan dengan lembut.

"Tapi kenapa kalian tega melakukan ini padaku?" Suara Seulgi terdengar serak, mungkin karena dia sudah menangis dua harian ini. "Kenapa kalian tiba-tiba saja melakukan ini tanpa mengatakan apapun padaku?"

"Kenapa kalian...jahat padaku?" Seulgi sesegukan, air matanya membasahi baju yang dikenakan Seokjin. "Aku mencintai Taehyung, kalian tahu kan? Tapi kenapa malah memaksaku untuk menikah dengan orang lain?"

"Seulgi-ah..."

"Kenapa kalian melakukan ini pada Taehyung?" Seulgi berusaha menekan kata-katanya dengan sisa tenaga yang dia miliki. "Apa salah Taehyung sampai dia berhak diperlakukan seperti ini, oppa?"

"Apa mencintaiku berarti sebuah kejahatan baginya? Memangnya aku seberharga apa sampai dia tidak diijinkan untuk mencintaiku?" Seulgi menangis sejadi-jadinya, nafasnya yang tersengal membuat bahunya naik-turun. "Kalian selalu bilang bahwa aku sangat berharga, tapi sekarang, kenapa memperlakukan aku seolah tidak punya harga diri begini?"

Disapproval Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang