9 | Daughter before her

788 94 20
                                    

Satu bulan belakangan ini hubungan Seulgi dengan keluarganya tak membaik, gadis itu selalu bersikap dingin terhadap kedua orangtuanya, terutama sang Appa. Di rumah, Seulgi hanya bicara seadanya, menampakkan mukanya hanya saat sarapan karena setelah itu dia selalu pergi keluar untuk menyelesaikan bukunya. Bukannya Ayah dan Ibu Kang tak mencoba untuk membujuk Seulgi, mereka sempat beberapa kali mengajaknya berbicara, namun si bungsu selalu saja punya cara untuk menghindar. Seokjin juga pernah mencoba berbicara dengan adiknya itu, namun Seulgi langsung mengalihkan pembicaraan mereka.

Ayah Kang tak pernah menyerah untuk membujuk anaknya, dia bahkan hampir tiap hari menawarkan tiket liburan mewah untuk Seulgi, namun anaknya itu selalu punya alasan untuk menolak. Hingga akhirnya, Ayah Kang benar-benar sampai di batas kesabarannya.

"Kang Seulgi!" Panggil Tn. Kang saat melihat anak bungsunya menaiki tangga dengan sedikit mengendap-endap.

Badan Seulgi tersentak, lantas dia menghela napas pasrah dan membalikkan badannya dengan perlahan.

"Kau dari mana?" Ayah Kang menatap Seulgi tajam, nada bicaranya terdengar marah, pertama kalinya dia tidak menambah embel-embel 'sayang' di akhir kalimatnya untuk Seulgi.

"Dari rumah teman." Seulgi tak berani menatap mata laki-laki paruh baya itu.

"Siapa?" Ayah Kang seolah menuntut jawaban dari anaknya.

"Wendy." Jawab Seulgi pelan, hampir tak bersuara.

Ayah Kang masih menatap Seulgi lekat. "Sekarang kau sudah bisa membohongi Appa?"

Seulgi diam.

"Angkat kepalamu, tatap mata Appa, dan jawab dengan jujur." Ayah Kang menekan kata-katanya, membuat Seulgi terpaksa menuruti perintahnya.

"Aku.." mata Seulgi bergetar, berusaha terlihat tegar di hadapan sang ayah. "Dari rumah Wendy."

Ayah Kang menghela napas kasar. "Jawab dengan jujur!"

Seulgi menghentakkan badannya karena terkejut, ini adalah pertama kali ayahnya berteriak padanya.

"Kau dari rumah laki-laki itu, kan?!" Ayah Kang meninggikan suaranya. "Kenapa kau berbohong?! Kau melakukan sesuatu dengannya tadi malam?!"

Tangan Seulgi terkepal, matanya menatap sang ayah, membalasnya dengan lebih tajam. "Appa!"

"Kau milik Im Jaebum, Kang Seulgi!" Ayah Kang memekik murka. "Mau ditaruh dimana muka Appa kalau keluarga Im tahu apa yang sudah kau lakukan di belakang mereka?!"

Seulgi menundukkan kepalanya, kedua tangannya terkepal, dadanya naik turun karena nafas yang memburu, emosi di dadanya mulai naik dan menjelma menjadi air yang mengisi pelupuk matanya.

"Apa maksud Appa? Memangnya aku melakukan apa dengan Taehyung tadi malam?" Seulgi menatap sang Ayah dengan lekat, matanya yang berembun masih bisa terlihat tajam penuh amarah. "Sebutkan apa yang aku lakukan dengannya tadi malam!"

"Kau tidur dengannya, kan?" Suara laki-laki paruh baya itu memelan, namun masih penuh penekanan. "Jawab aku! Kau tidur dengan Kim Taehyung kan?!"

Tatapan Seulgi makin tajam, namun air berhasil lolos dari matamya. "Ya!"

"Iya, aku tidur di rumahnya tadi malam!" Seulgi tak mau menghapus air matanya, biar ayahnya tahu betapa hatinya sakit mendengar ayah kandungnya sendiri menuduhnya seperti itu. "Aku tidur di kasurnya! Sedangkan Taehyung—apa Appa tahu dia tidur dimana? Dia tidur di sofa yang keras di ruang tv! Iya aku tidur di rumahnya, terus kenapa?!"

"Memangnya apa peduli Appa?!" Seulgi berusaha untuk tetap menegaskan suaranya meski bergetar. "Tahu apa Appa tentang seberapa keras dia berusaha menahan diri untuk tidak menyentuhku?! Tahu apa Appa tentang dia yang berusaha menghormati kalian karena aku sangat berharga bagi kalian?!"

Disapproval Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang