4. Second Round

336 4 0
                                        

Adara menggeliat ketika mencoba mengumpulkan kesadarannya. Tubuhnya terasa remuk hampir disetiap sendi. Namun bagian bawahnya lebih sakit dari yang lain sehingga membuatnya merintih.

"lo udah bangun." ucap sosok yang berjalan mendekat kearahnya. Tubuh laki-laki polos itu terpampang jelas di hadapannya. Dan dengan cepat Adara sadar dengan semua kejadian yang baru saja terjadi. Adara hanya ingat cowok itu berhenti ketika dirinya mulai tak sadarkan diri.

"Apa lo haus?" tangan sosok itu yang tak lain adalah Andre.

Adara hanya membalas dengan tatapan tajam dan berharap bisa membunuhnya.

"Aaarrrrrrhhhhh..." Adara meraung dan mecoba menyerang Andre tak memperdulikan tubuh polos mereka saling bersentuhan. Namun dengan lihai tanganya yang masih terikat langsung dicekal, membuat tubuhnya kembali telentang diatas sofa.

Adara tak perduli lagi bahkan jika dia bertingkah seperti orang gila dan meraung-raung saat ini. Yang dia tahu, dia hanya ingin membunuh cowok ini.

"Tenang sayang jangan terlalu agresif seperti itu, minum dulu ya." ucap Andre sambil meminum segelas air dan tanga Andre yang bebas menutup hidung Adara, sehinga membuatnya harus bernafas dari mulut. Ditengah momen itu, Andre langsung mengalirkan air itu melalui mulut ke mulut, memaksaknya meneguk air yang masuk. Andre melakukannya beberapa kali hingga dia rasa cukup.

"uhukkk...uhukkk.." Adara terbatuk sebentar, Namun kemudian meraung kembali menyerang Andre. "Bajingan, gue akan bunuh lo. Gue bakal bunuh lo sekarang juga... Aaaarrrrggghhhhh... gue bakal bunuh lo."

"Ahahaha..." Andre hanya tertawa konyol mendengar ancaman Adara. Orang waras mana yang akan mendengarkan ancaman dari pihak yang kalah. "Tapi sebelum lo bunuh gue, gue bakal sebarin vidio sama foto kita berdua."

Adara seketika terdiam, tubuhnya kaku mendengar ucapan Andre. "Lo gak percaya sama gue?"

"Ok sekarang lihat." Ucap Andre sambil memperlihatkan putaran vidio yang menapilkan perbuatan bejatnya. "Sekarang gimana kalau vidio ini gue kasih ke orang tua lo atau ke sekolah, lalu apa temen-temen lo masih mau temenan deket sama lo?"

mendengar penuturan Andre, Adara kian memucat. Tubuhnya kembali gemetar ketakutan ketika membayangkan semuanya.

"Sepertinya gue bakal mulai dari temen-temen lo dulu. Gue penasaran melihat wajah konyol seperti apa yang akan mereka berikan."

"JANGAN." teriak Adara.

"Lo tadi bilang apa?"

"Gue mohon Ndre jangan... hiiikkk...hikkk.. jangan kasih tahu siapa pun... hhiikk.. hikkk."

"hem... sayang sekali. tapi gue tetep bakal kirim ke mereka." Adara terdiam. Bayangan teman-temannya melihat jijik ke arahnya sudah terbayang di kepalanya. Dia tak mau melihat hal seperti itu. Apa lagi melihat wajah kedua orang tuanya.

"Tapi jika lo mau nyerahin diri lo buat gue. rahasia ini bakal aman." ucap Andre

Mendengar hal itu dengan sekuat tenaga Adara mencoba melepaskan cekalan Andre. Adara takut, benar-benar takut pada sosok cowok dihadapannya. Adara mencoba berdiri ketika berhasil melepas cekalan Andre.
Namun karena rasa sakit yang amat menyakitkan di bagian bawahnya, Adara tak berdaya ketika dirinya tersungkur kelantai.

"Gak, gue gak mau... Gak mau...gue gak mau." racau Adara sambil merangkak atau bahkan menyeret tubuhnya menjauh dari sosok menakutkan itu

"Tenang, gue gak bakal berhenti sampai gue sendiri bosen main sama tubuh lo." ucap Andre menindih kembali tubuh Adara yang dalam posisi tengkurap. Kemudian menyatukan dirinya dari belakang dengan Adara.

"Arrrrhhhhh... tidak. Hiikkk... Hikkk.. keluarin... Kelurin Ndre... Hikkk.. gue-gue gak mau... hikk...hikkk." Adara kembali meracau dan meraung, bahkan meronta ketika Andre masih menggerakkan diri didalamnya.

Andre terus bergerak semakin cepat, membuat Adara semakin menangis. Sosok Andre kali ini berhasil menjadi sosok iblis dalam hati Adara. Menjadi sosok paling menakutkan yang tak akan bisa Adara hilangkan.

"Gak... hiikk... hikkk... gak.. jangan... jangan lagi ndre...hikkk...hikkk." tangis Adara yang tak didengar Andre ketika dirinya mencapai pelepasan didalam dirinya. Tubuh Adara bergetar menerima pelepasan itu.

"uhukkk... uhuk... Hikkk...hikkk..." Adara hancur kali ini. Andre berhasil mencabik dan mengoyak seluruh tubuhnya hingga membuat tubuhnya lemas dan sakit disetiap bagian. Tenaganya sendiri terkuras habis hanya untuk menangis dan meronta.

Melihat tubuh Adara yang sudah tak berdaya, Andre mulai melepas ikatan kedua tangannya. "Mari kita lanjutkan di kamar." Ucap Andre sambil menggendong rubuh Adara.

@@@

Adara bangun dengan pandangan kosong, semua itu tergembar jelas di kedua matanya yang sudah tak memberikan sinar kehidupan. Jiwanya sudah mati tercabik-cabik tak tersisan.

Bahkan wajahnya tampak terlihat mengerikan dengan rambut berantakan dan mata membesar karena terlalu banyak menangis. pergelangan tangannya memerah karena bekas ikatan.

Adara kemudian berjalan gontai kearah dapur. Menuangkan sereal dan susu dari dalam lemari pendingin. Melakukan sesuatu yang sering dia lakukan di pagi hari. Seperti insting untuk mempertahankan kehidupannya. Dirinya bahkan tak perduli dengan keadaan tubuh polosnya.

"Duh gusti, apa yang sedang terjadi?" Bi Ipah kaget melihat keadaan rumah dan majikan mudanya yang seperti ini. Pikiran buruk mulai terbayang di dalam benaknya. Secepat mungkin Bi Ipah mengambil baju ganti di kamar dan memaksakan Adara untuk memakainya.

Tanpa sengaja Bi Ipah melihatt bekas merah di sekujur tubuh majiakannya. Sosok wanita paru baya itu bergetar tak kuasa menahan tangis. Masih tak percaya keadaan mengerikan ini akan menimpa majikannya.

"Non, siapa yang lakuin ini non?" tanya-nya yang tak mendapatkan jawaban. Gadis cantik ini sekarang tidak ada bedanya dengan boneka hidup yang tak memiliki jiwa. Hanya menurut atas semua perintahnya.

Arrogant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang