2. Anger and stupid

258 3 0
                                    

Saat ini Andre tengah berjalan kembali ke rumah sederhananya. Hanya rumah kecil minimalis yang tampak sudah lebih berumur 15 tahun di sekitar perkampungan. Beberapa cat pewarna dinding sudah mulai pudar dan terkelupas. Sebenarnya tak banyak yang tahu bahwa dirinya tinggal di rumah itu.

Namun di depan rumahnya kali ini sudah berdiri dua orang berpakaian rapi dengan setelan jas hitam. Keduanya memiliki postur tubuh tinggi yang mampu memberikan rasa takut pada orang sekitar. Andre tertegun ketika keduanya langsung melayangkan pukulan kearah wajah dan perutnya.

"Tuan muda, hari ini kami ditugaskan untuk menyampaikan pesan." ucap salah satunya saat tubuh Andre terhuyung mundur. Kemudian sebuah suara terdengar dari benda pipih di tangan orang itu.

"..."
Andre hanya bisa diam melihat wajah orang dibalik benda pipih itu. Semua rasa sakit yang dia rasakan seketika hilang. Kemudian diganti dengan perasaan marah yang amat sangat pekat. Perasaan yang sudah dia tahan hingga sekarang berhasil merembes keluar.

",,, pukul dia sekali lagi." Perintah orang itu diakhir panggilannya dan dilaksanakan kedua dengan tegas yang membuat Andre kembali terhuyung.

Baru kali ini Andre tidak mampu menopang kepalanya dengan benar. Tubuhnya terhempas di atas tempat tidur dengan kedua tangam menutupi seluruh wajahnya. Ini semua merupakan bentuk pertahanan terakhirnya untuk menghentikan kemarahannya mencapai ubun-ubun. bahkan tangan kanannya meremas handphone yang ditinggalkna oleh kedua orang tersebut.

Hingga saat ini ada garis batas yang tidak pernah ada satu orangpun mampu melewatinya. Namun hari ini, seorang anak perempuan yang selalu menabrak garis batasnya benar-benar sukses mengahancurkan pembatas tersebut. "Luar biasa... luar biasa... sangat-sangat luar biasa...HAHAHAHA."

Perasaan ini seperti seorang tukang kebun yang melihat anak tetangganya menginjak-injak pekarangn di depan matanya. Alhasil, hal ini membuat si tukang kebun merasa ingin mengcongkel keluar kedua bola matanya.
Perasaan gelap ini benar-benar mampu membuat Andre menjadi gila.

"HAHAHAHAHAAH..."

@@@

Ketiga gadis di atas panggung malam ini benar-benar mampu membuat semua mata terpesona. Dengan tubuh berkeringat tiba-tiba salah satu dari mereka turun. "Lo mau kemana?" tanya Asifa yang masih asik meliuk-liukkan tubuhnya.

"Gue turun dulu ambil minum."

"Oh, Oke jangan banyak-banyak. Bahaya kalau lo mabuk nanti kita gak sampai rumah." Ucap Julia mengingatkan.

"Anjir gue gak sepayah itu." balas Adara membela diri. Kedua temannya langsung saja terkekikik mendengar balasannya.

Dimeja bar, Adara langsung memesan minum dengan kadar alkohol ringan. Bukannya dia tidak ingin mabuk, hanya saja jika dia memesan minuman berkadar tinggi akan menambas rasa kering ditenggorakkan. "Pesan yang ringan."

Dan tak selang beberapa lama minuman berwarna hijau itu sudah tersedia di depannya. Namun belum sempat Adara meminumnya kedua temannya turun dengan tergesa-gesa. "Kita pulang!" Perintah Asifa sepihak tak menunggu balasan dari Adara.

Adara hanya memalingkan wajahnya ke arah Julia mencari penjelasan.

"Deren." Satu kata yang keluar dari mulut Julia langsung memberikan penjelasan. Daren adalah pacar Asifa. Meski Adara dan Julia selalu menentang hubungan mereka berdua, Asifa masih saja keras kepala mempertahankannya.

Adara dan Julia tahu jika Daren sebenarnya bukan cowok baik-baik. Mereka sudah sering kali melihat cowok brengsek itu berjalan-jalan dengan cewek lain. Tetapi tetap saja Asifa terlau dibutakan dengan yang namanya cinta.

Adara sendiri sebenarnya tak pernah mengenal yang namanya cinta dari lawan jenis. Karena dia tahu bahwa semua cowok yang mendekatinya hanya memuja tubuh dan kecantikannya.

Di dalam mobil Asifa kembali menangis dan Julia mencoba menenangkannya di bangku belakang. Alhasil Adara benar-benar menjadi supir dadakan didepan.

"Kan udah kita bilang dari dulu kalau tu cowok emang brengsek." ucap Julia kesal.

"Tapi gue cinta sama dia Jul."

"Tapi lu gak bisa disakitin kayak gini terus." Bantah Julia.
"Hik..Hikk..Hiikkk."

"Brengsek, cowok kayak gitu tu gak pantes dapetin cinta lo." kali ini Adara tak mampu lagi menahannya kemarahan. Dia sudah jengah mendengar rengekan dari gadis menyebalkan ini. "Apa perlu gue ingetin berapa kali lo mewek kayak gini? udah gak keitung Sif."

"Tapi gue bener-bener cinta sama dia. Lo ingetkan gimana gue memperjuangkan dia?" balas Asifa keras.

"Lalu apa yang lo dapetin selama ini? gak adakan? selama ini apa dia balas balik perasaan lo? Gakkan. Berapa kali dia udah nyakitin lo? berapa kali lo liat dia jalan bareng cewek. udah gak keitung, sebaiknya lo besok ngomong sama dia buat putus!" perintah Adara.

"Hikkk... Hikkk... gue gak bisa Ra, gue gak bisa."

Adara kembali marah, dirinya ingin sekali membedah isi otak cewek bego dibelakangnya ini. "Dasar cewek bego, gue sadar gue gak paham soal cinta-cintaan kayak gini. tapi gue tahu ini cuma obsesi gila lo. bahkan hingga manusia bisa nikah sama monyetpun, si Deren gak bakal ngebales cinta lo. Karena cinta gak bakal bikin lo sakit dan bikin temen-temen lo tiap hari jadi gila kayak gini."

"Apa lu sadar kalau tingkah lo udah bikin kita berdua juga pusing. gue gak mau tahu, ini terakhir kalinya gue denger lo nangis buat cowok brengsek itu. kalau lo masih kekeh sama dia, gak perduli mau lo gantung diri atau nyebur ke kali karena patah hati, gue gak bakal dateng ke pemakaman lo."

"Ra, lo kok ngomong gitu sih!" ujar Julia mengingatkan pasalnya kata-kata Adara sudah melewati batas.

"Biyar Jul... biyar cewek bego ini sadar sebelum terlambat. Dari pada Sifa terus kayak gini, gue yakin dia gak bakal bertahan satu tahun lagi sebelum masuk kubur. Besok lo harus putus." ucap Adara final.

Ucapan Adara kali ini benar-benar memukul telak Asifa. Bahkan karena ucapan itu dia langsung menghentikan tangisnya. Pikirannya kosong, Julia yang berada disampingnya juga terdiam menyadari kebenaran kata-kata itu.

Adara sendiri sadar jika kata-katanya memang menyakitkan untuk didengar. Tapi jika cewek bego tak berotak ini tidak disadarkan, selamanya dia akan berkhayal soal cinta yang omong kosong itu.

Ketika mereka sampai di depan rumah Asifa, Asifa turun dan berjalan gontai menuju rumanya.

"Lo gak mau ikut nginep aja Ra?" tanya Julia ketika dirinya sudah turun dari mobil.

"Gak gue balik aja. bisa abis si Sifa jika gue turun sekarang. Mending lu temenin si drama queen. Terakhir kali dia bisa semingguan gak keluar kamar, gue takut nanti tercium bau tak sedap dari dalam kamarnya." ucap Adara menyengir.

"Ya sudah lu hati-hati." balas Julian sambil tersenyum.

Arrogant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang