7. Decision

117 5 0
                                    

Kini nampak dua perempuan tengah asik perkutat di meja dapur. Kak Rena sebagai kepala koki tampak tengah menyiapkan beberapa peralatan di atas meja.

Sedangkan Damar asik bermain vidio game di ruang tamu. Tak ingin ikut campur dalam kegiatan para perempuan rumah itu.

"Adara biasa masak apa?" Tanya Kak Rena pada Adara.

Adara yang masih kikuk tampak bingung harus menjawabnya. "Ehhh... a-aku gak bisa masak kak."

"Yasudah kalau gitu kita bikin omlet aja yang gampang." Usul Kak Rena sambil meletakkan beberapa bahan.

Adara yang belum pernah masuk dapur semakin kikuk ketika memegang peralatan memasak. Meski terkadang ia sesekali melihat Bi Ipah memasak, namun dirinya hanya bisa bertahan 5 menit sebelum bosan.

"Kak, mendingan aku lihatin kakak masak aja ya." Tolak Adara halus. Namun langsung di balas gelengan kepala oleh Kak Rena.

"Gak papa, sekalian belajar ya." Ucap Kak Rena memaksa dan membuat Adara tak bisa menolak.

Selama sesi belajar memasak, Kak Rena dengan telaten mengajari Adara. Dan Adara sendiri dengan terpaksa mengikuti semua perintahnya. Dari cara mengocok telur, memotong sayuran yang tidak seukuran, hingga menggoreng telur yang menyebakan minyaknya terbang kemana-mana.

Namun Adara merasa puas setelah mampu menghasilkan sebuah telur dadar yang bewarna coklat tua.

"Gimana Kak?" Tanga Adara penuh semangat. Kak Rena yang menyaksikannya hanya tersenyum penuh makna. Dia seakan tak tega untuk menyebut hasil ini sebagai makanan layak.

"Hem... kamu siapin piring disana!"

Tampa menunggu waktu lama, Adara sudah menyiapkan masakannya di atas meja makan. Sedangkan Kak Rena tengah menyelesaikan sentuhan akhir dengan menyiapkan beberapa lauk tambahan.

Ketika Adara tengah meletakkan makanan di atas meja, seorang anak perempuan nampak berjalan menuju meja. Tangan mungilnya sesekali mengusap kedua matanya. Tampak rasa kantuk masih mendera gadis kecil itu.

"Maaa..." panggilnya pada Kak Rena sambil mencoba melihat sosok baru yang ada di rumahnya. Adara yang tengah asik menata meja tak terlalu memperhatikan tatapan gadis kecil itu.  Dirinya hanyut dengan kesibukan baru yang dia temukan.

Karena mulai merasa kesal pada dirinya yang tak dapat mengenali Adara, Rara, gadis kecil itu sontak turun dari kursinya. Memandangi Adara dari dekat lamat-lamat.

Kak Rena yang melihat hal itu hanya tersenyum, melanjutkan kegiatannya membuat susu untuk buah hatinya yang telah menjadi kebiasaan gadis kecil itu.

"Kakak siapa? Kakak temennya Om Andre" Tanya Rara penasaran. Gadis kecil itu ternyata cukup berani bertanya pada orang yang baru dia kenal. Adara yang di tanya tiba-tiba sontak terkaget.

"Eh... iya." Jawab Adara tak yakin.

"Rumah kakak dimana?"

"Di perumahan Bukit Indah."

"Oh..." jawab Rara setengah berpikir.

"Apa rumah kakak jauh?" Lanjutnya.

"Ehm.. lumayan jauh." Jawab Adara singkat.

Kak Rena yang sudah selesai membuatkan susu untuk Rara, segera meminta gadis kecil itu untuk duduk kembali di kursinya."Kakak ada eskrim gak di rumah?" Tanya Rara penuh minat. Adara yang mendengar pertanyaan gadis itu hanya mengangguk, dan terpaksa kembali mendengar tentang ocehan Rara yang lain.

Tak lama berselang Irvan datang dan duduk di sebelah Damar. Melihat kedatangan temannya itu, Damar langsung bertanya padanya. "Gimana?"

"Parah." Jawabnya singkat dan mengambil stick game diatas meja. Mendengar itu Damar hanya mengangkat bahunya.

Arrogant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang