01

234 47 31
                                    

"Semua punya masalah, semua punya rahasia."
****

Kaki terus melangkah, melewati jalanan lenggang di malam hari. Kios-kios yang berada di emperan jalan mulai tertutup. Para pedagang kaki lima pun mulai membereskan dagangannya masing-masing. Langit semakin gelap, dan lampu jalanan semakin terlihat terang menyala beradu dengan sinar rembulan.

Sambil menenteng tiga kresek yang berisi jajanan pinggir jalan, aku berjalan dengan langkah santai, membiarkan kakak perempuanku berjalan ke depan semakin jauh.

Mataku tiba-tiba menangkap dua orang manusia yang tengah berhadapan di bangku pedagang mie ayam yang tak jauh dari tempatku berdiri.

Tidak salah lagi, mereka berdua adalah kakak kelasku. Pasangan kekasih. Dan, yang membuatku terpaku adalah, laki-laki itu adalah laki-laki yang sedang kukagumi. Lelaki yang satu tahun belakangan ini terus menghantui pikiranku.

Aku memang tau dia mempunyai pacar. Aku tau pacarnya siapa. Tapi, tidak salah kan, jika aku merasa cemburu?

Memang aneh rasanya, tapi itulah kenyataannya. Aku menerima dia sudah mempunyai pacar, aku terima kenyataan itu, tapi manusiawi, bukan? jika hatiku merasa ada yang janggal.

"Retta, lama banget jalannya," Kakak-ku---Viona, menghampiriku.

Aku mengerjapkan mata, lalu menatap ke arah Viona malas. Dasar tidak tau diri, dia yang mengajakku keluar malam-malam, dia yang berbelanja, dan dia pula yang menyuruhku membawa semua makanan yang di belinya, dan sekarang, dia menyuruhku untuk berjalan cepat, saat mataku tak sengaja menatap orang yang kusuka sedang bermesraan. Benar-benar tak tau diri!

Viona menggandeng tanganku dan mengajakku berjalan cepat dari tempat itu.

***

"Viona, Retta, dari mana saja?" suara Ibuku yang lembut menyapa, saat aku dan Viona memasuki rumah.

Viona berjalan menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya.

Aku menghampiri Mama yang tengah merapikan meja makan, ku taruh tiga kresek yang sejak tadi ku tenteng. Aku memeluk Mama dari belakang, sudah lama tidak bermanja-manjaan dengannya.

"Kenapa, sayang? kok manja begini," tanya Ibuku heran, dia mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Aku memejamkan mata. Ingin sekali rasanya berbagi cerita pada Mama, tentang apa yang sedang kurasa, tentang perasaan yang sedang aku rasakan.

Suara kaki dari arah tangga mulai terdengar, Adikku yang laki-laki turun dari kamarnya. Ia sangat rapi menggunakan pakaian berwarna hitam, celana hitam juga jaket yang ia taruh di pundak. Saat berjalan menuju ke arah Mama, aroma parfum-nya begitu kuat menyeruak.

Viona bangkit dari sofa dan berjalan ke arah kita bertiga.

"Mau kemana, Lang?" tanyanya, pada Gemilang.

"Ke rumah Jessica." Gemilang membalas dengan santai, membuat kami bertiga yang berada di hadapannya memelototkan mata. Yang benar saja, sekarang sudah hampir pukul 10 malam, dan Gemilang bilang, dia akan ke rumah pacarnya?

"Astaghfirullah, nyebut, Nak." Mama memegang dadanya, terkejut.

"Gila, kamu." Aku pun tak kuasa mengeluarkan kata-kata lain selain itu.

RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang