Hablur - iwaoi

1K 91 8
                                    

Summary: Menurutmu Iwaizumi dan Oikawa sekuat apa? Mereka hanya dua anak manusia yang sedang bertahan hidup.

©naviolait

Haikyuu!! © Haruichi Furudate

(tidak ada keuntungan material dalam pembuatan fanfiksi ini)

***

Iwaizumi sulit sekali mengabaikan jutaan keping kristal salju yang jatuh dari langit. Pria itu selalu terpaku pada kenyataan bahwa bintik-bintik itu tidak pernah takut untuk menemui bumi, walaupun mereka tau cara satu-satunya untuk bertemu adalah dengan jatuh; yang berarti sakit. Dan sialnya, mereka jatuh dengan begitu indah, berselok cantik bersama iringan angin sebagai penghantar laju.

Iwaizumi merasakan saluran nafasnya tercekat setiap kali mendamba. Lalu, pasti lelehan bening turut hadir dan berselancar tanpa jeda di pipi setelahnya.

Menurut Iwaizumi, kristal salju itu bodoh.

Untuk apa?
Karena apa?
Kenapa?

Tanya yang sama sudah menjadi suatu kebiasaan, setiap detik, setiap menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun.

Iwaizumi tidak pernah mengerti. Tidak akan pernah.

Nafas hangat lelaki itu terlihat mengembun di udara pada sela-sela syal hitamnya. Hidungnya memerah, pun manik itu memiliki reaksi yang sama. Berat kepala ia tengadahkan, menangkap dinding langit dalam pandangan dengan sorot sendunya.

"Mereka bodoh, persis sepertimu," gumamnya, lalu tawa hambar terlempar samar. "Seberapa kalipun aku menolak, kau tetap saja datang lagi padaku." Serak suara sebab tenggorokan yang mengering atau mungkin sebab serak tangis-terlalu sulit untuk dipahami-mengiris ulu hati semakin tebal.

"Oikawa, kau mau jatuh seberapa banyak lagi? Kita tetap tidak akan bisa."

Pandangannya turun, mengunci objek yang hanya terdiam dalam bisu di depannya. Oikawa, objek dari lemparan tanya yang Iwaizumi tuju sedang tertunduk dengan dinding jemari terkepal kuat.

"Aku tidak peduli." Ketegasan dalam kalimat balasan itu menyentak kesadaran Iwaizumi entah untuk keberapa kalinya. Rasanya sudah bosan, dari mereka masih saling menganggap bahwa relasi antara keduanya hanya sebatas teman, sampai saat ini rasa tumbuh yang menjadi sebuah kesalahan di mata manusia lain.

Oikawa mengangkat wajahnya, menyatukan kontak dengan sorot tatap tanpa keraguan.

Oikawa tidak pernah takut untuk terjatuh. Seberapa seringpun Iwaizumi menolak, dia akan tetap menghampiri. Layaknya kisi bravais yang tidak akan membiarkan monokristalinnya terjatuh sendirian, mengelana sendirian.

Oikawa tidak akan membiarkannya.

Jika dunia jahat, dan membiarkan mereka terjatuh pada kerasnya aspal, maka biarkan mereka mati bersama, biarkan rasa sakitnya dirasakan mereka berdua.

Oikawa tidak keberatan sama sekali.

Karena itu Iwaizumi.

"Aku tidak peduli, Iwa-chan."

Lalu hal yang di lakukan Iwaizumi selanjutnya adalah berjalan mendekat, menyentakan dinding jemari itu dan membawa bidang bahu lawan bicaranya dalam kenyamanan tidak berujung.

Benar. Oikawa bodoh menurut Iwaizumi. Dan Iwaizumi lebih dari kata bodoh itu sendiri.





a/n

hai!
ini chap pertama untuk pairing iwaoi..

gimana menurut kalian?

oiya, aku mau bilang makasih untuk author yang lain karena ngebantuin ngebeta/ngereview hehehe...

hope you guys enjoyed!

see ya next week!

Resonansi TantrumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang